Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengunjungi Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, untuk meninjau aktivitas bongkar muat barang ekspor dan impor di pelabuhan tersebut meski dalam kondisi pandemi.

Bahlil yang diterima oleh Direktur Utama PT Pelindo II/IPC Arif Suhartono menyampaikan peran strategis BUMN tersebut bagi investasi, yaitu dalam hal kemudahan arus barang impor dan ekspor bagi proses produksi sebuah perusahaan.

“Saya mendengar dari Dirut IPC. Walaupun arus barang ekspor impor mengalami penurunan akibat pandemi, arus barang domestik justru mengalami eskalasi. Ini sinyal yang bagus. Artinya ada ketahanan ekonomi lokal di Indonesia. Harus didukung itu," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

Bahlil menilai sinyal positif ekonomi di daerah yang masih bergeliat harus direspon oleh pemerintah dan diberikan dukungan berupa kemudahan seperti insentif fiskal.

Selain itu, BKPM juga akan mendorong upaya IPC untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri di masa pandemi ini. Hal ini sejalan dengan semangat pemerintah menggalakkan program peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di perusahaan.

"Masa pandemi ini dapat menjadi kesempatan besar untuk meningkatkan TKDN dan mengembangkan industri lokal. Mari kita bangun optimisme dan kreativitas agar kita tidak terpengaruh banyak dari pandemi ini," kata Bahlil.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama IPC Arif Suhartono menilai momentum pandemi menjadi kesempatan IPC untuk menunjukkan komitmen perusahaan mendukung perekonomian nasional dengan tetap memberikan pelayanan kepelabuhanan tanpa terganggu pandemi.

"Kami menyambut baik kunjungan Bapak Kepala BKPM. Selama masa pandemi dan pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), IPC selalu siap untuk memberikan pelayanan aktivitas pelabuhan yang terbaik. Ini merupakan bagian dari peran kami sebagai tulang punggung konektivitas perdagangan antar pulau di Indonesia. Kami juga mempercepat proses transformasi digital di seluruh lini kegiatan dan proses bisnis, khususnya pada aktivitas perdagangan," jelas Arif.

Kegiatan ekspor impor merupakan penyumbang utama bagi pendapatan pelabuhan, dan situasi pandemi global mengakibatkan perlambatan arus barang di seluruh dunia, tidak terkecuali ekspor impor Indonesia.

IPC sendiri mengelola 12 pelabuhan dengan total pendapatan usaha pada tahun 2019 mencapai Rp12 triliun.

Arif menuturkan arus ekspor impor barang secara keseluruhan mengalami dampak negatif dari pandemi. Penurunan yang cukup dalam terjadi pada periode akhir semester pertama tahun 2020.

Diharapkan dengan mulainya kegiatan ekonomi di negara Asia bisa membawa dampak meningkatnya arus ekspor impor di Indonesia yang mayoritas melayani intra Asia.

Pada periode Januari hingga Agustus 2020 arus peti kemas di seluruh terminal peti kemas kelolaan IPC mengalami penurunan hingga 9,9 persen atau sekitar 4,45 juta TEUs bila dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 4,95 juta TEUs.

Arif juga menjelaskan bahwa IPC sedang membangun kawasan Terminal Kijing di Mempawah, Kalimantan Barat seluas 200 hektare. Rencananya area terminal pelabuhan dibangun seluas 70 hektare, sementara 130 hektare lainnya dipergunakan untuk kawasan industri.

Terminal Kijing merupakan bagian dari perluasan Pelabuhan Pontianak yang akan menjadi gerbang utama ekspor impor barang dari dan ke Kalimantan.

"Kami minta bantuan pemerintah menerbitkan aturan soal lokasi, khususnya lahan industri, di dekat pelabuhan agar tidak ada perumahan (seperti di Tanjung Priok). Progres Kijing saat ini mencapai hampir 70 persen dan sudah ada industri yang masuk," pungkas Arif.

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020