Jakarta (ANTARA) - Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) Restu Gunawan mengatakan pemerintah harus bergandeng tangan dalam mewujudkan gerakan literasi berbasis budaya atau kearifan lokal.

"Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, harus bersama-sama dan lintas sektoral. Menjadikan ini sebagai kegiatan bersama dengan nama gerakan literasi berbasis sistem kearifan lokal untuk kemajuan Indonesia," ujar Restu dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Dia menambahkan berdasarkan data yang disusun oleh Bappenas dan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa budaya literasi dalam Indeks Pembangunan Kebudayaan berada pada skor 55,03.

Baca juga: Pemerintah berupaya tingkatkan literasi remaja

"Indeks ini menunjukkan bahwa masih jauh dari yang ditargetkan. Padahal, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Kekayaan budaya sarat dengan kearifan lokal, seperti tradisi lisan, manuskrip, bahasa, teknologi tradisional dan seni," tambah dia.

Menurut dia, hal itu merupakan potensi kemanfaatan yang banyak untuk dieksploitasi secara positif untuk mengembangkan pendidikan karakter dan diplomasi budaya.

Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas, Deni Kurniadi mengatakan saat ini perpustakaan bukan lagi satu-satunya sumber informasi bagi masyarakat.

Maraknya informasi yang bertebaran memaksa masyarakat untuk pintar memilah dan memilih agar tidak terjebak dalam informasi palsu atau hoaks. Apalagi, di tengah kondisi pandemi saat ini eksistensi perpustakaan sebagai sumber informasi sehat bagi masyarakat menjadi sesuatu yang diharapkan.

"Kehadiran perpustakaan dibutuhkan sebagai media penerang di tengah ramainya informasi yang sumir. Maka itu, peran perpustakaan sebagai wahana pembelajaran bersama harus diperkuat. Ini dilakukan demi mewujudkan masyarakat yang berpengetahuan," kata Deni dalam webinar Pembudayaan Kegemaran Membaca yang mengangkat tema "Library, Literacy dan Local Wisdom".

Baca juga: Perpusnas dorong perpustakaan jadi pelopor gerakan literasi masyarakat

Baca juga: Japelidi: Kompetensi literasi digital masyarakat mulai berkembang


Perpustakaan dan literasi memiliki keterkaitan dalam upaya melestarikan kebudayaan lokal. Perpustakaan berperan dalam menyelamatkan banyak peninggalan tertulis maupun peradaban budaya lainnya yang bisa jadi punah karena tergerus zaman.

Hal itu, lanjutnya, sejalan dengan tiga arah kebijakan Perpusnas 2020-2024, salah satunya meningkatkan pengelolaan, pelestarian dan pemanfaatan bahan pustaka dan naskah kuno sebagai warisan dokumenter budaya bangsa untuk menumbuhkan nilai budaya dan kearifan lokal Indonesia.

Sementara itu, Presiden Asosiasi Pekerja Profesional Informasi Sekolah Indonesia (APISI), Hanna Chaterina mengatakan budaya dan kearifan lokal dapat dikembangkan sebagai bahan pengembangan program perpustakaan.

"Manfaatkan perpustakaan sekolah sebagai salah satu mediumnya. Tujuannya, agar para siswa dapat memahami, menghargai kekayaan yang dihasilkan dari suatu kebudayaan sejak dini, sehingga diharapkan muncul kepedulian dan tanggung jawab untuk melestarikan budaya dan kearifan lokal yang ada," kata Hanna.

Hanna mengatakan kerja sama dan berjejaring dengan berbagai pihak terkait menjadi satu kunci sukses bagaimana pengembangan program perpustakaan lewat budaya dan kearifan lokal bisa dilakukan.

Baca juga: Perpusnas : Perpustakaan miliki peran signifikan menuju kesejahteraan

"Pada praktiknya, program perpustakaan berbasis budaya lokal memerlukan kolaborasi dan dukungan menyeluruh dari pemangku jabatan dan komunitas sekolah," jelas Hanna.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020