Bandung (ANTARA) - Rombongan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia (RI) mengunjungi Bio Farma di Kota Bandung, Jawa Barat (Jabar), Senin dan mendukung untuk bisa memproduksi Vaksin COVID-19.

"Ada langkah yang sangat urgent dan segera dilaksanakan, salah satunya adalah menemukan segera vaksin yang tidak saja efektif untuk melawan COVID-19, melainkan juga aman ketika kita gunakan dan di sinilah peran sentral dan menentukan Bio Farma sebagai pesohor industri farmasi yang produknya telah digunakan di lebih dari 150 negara," kata Ketua MPR RI Bambang Soesatyo.

Dalam kunjungan Ketua MPR RI didampingi bersama empat Wakil Ketua MPR, Ahmad Muzani, Lestari Moerdijat, Arsul Sani, Fadel Muhammad, serta Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny K Lukito, Direktur Standardisasi Obat dan NAPPZA BPOM RI, Togi Junice Hutadjulu dan Plt Direktur Pengawasan Produksi Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Nurma Hidayati.

Baca juga: MPR dorong pemerintah siapkan skema vaksinasi massal COVID-19

Kunjungan ini disambut langsung oleh Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir dan beberapa jajaran Board of Executives Bio Farma.

Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses pengadaan Vaksin COVID-19 untuk keselamatan masyarakat Indonesia sudah berjalan.

Hal ini tentu saja sejalan dengan amanat pembukaan Undang-Undang Dasar 45, di mana pemerintah wajib melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta memajukan kesejahteraan umum rakyat Indonesia.

"Kami meminta pemerintah untuk serius menanggulangi dan memutus mata rantai pandemi COVID-19," kata Bambang.

Bambang menyampaikan bahwa saat ini bangsa Indonesia sedang dihadapkan dengan tarik ulur dua kutub kepentingan yaitu antara melindungi kesehatan masyarakat atau menyelamatkan perekonomian negara yang terus tergerus oleh dampak pandemi COVID-19 ini.

Baca juga: Konsorsium riset COVID-19 cari mitra industri produksi vaksin

Sementara itu, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny K Lukito, mengatakan Peran Badan POM dikaitkan dengan kebutuhan vaksin dalam rangka mencegah penyebaran COVID-19 dan peran vaksin menjadi perhatian semua pihak.

Saat ini, Vaksin COVID-19 sudah mulai masuk uji klinis tahap ke III, tentunya dengan harapan keamanannya yang sudah terbukti pada uji klinis satu dan dua dengan subjek yang lebih besar akan kita buktikan pada fase uji klinis ke tiga.

"Badan POM juga sudah mendampingi ekspansi kapasitas produksi dari Bio Farma untuk nanti kita bisa melakukan tahapan pengembangan vaksin di Indonesia. Jadi, ke depannya kita tidak hanya membeli produk yang sudah jadi dari luar negeri, tetapi juga bisa memproduksi sendiri di dalam negeri," ujar Penny.

Dalam presentasi yang disampaikan oleh Honesti Basyir, Bio Farma memiliki dua pendekatan strategis dalam hal pembuatan vaksin, yaitu untuk jangka pendek dan jangka panjang.

Honesti mengatakan dalam jangka panjang, Bio Farma akan mengembangkan vaksin merah-putih, berkolaborasi dengan Lembaga Biomolekuler Eijkman yang akan menggunakan strain virus asli Indonesia.

Baca juga: Kemristek harapkan produksi massal vaksin Merah Putih di akhir 2021

Vaksin merah putih ini, kata Honesti, diharapkan akan diproduksi pada kuartal tiga dan kuartal empat tahun 2022, bekerja sama dengan lembaga Eijkman yang berperan untuk penelitian awal sampai dengan pembuatan bibit vaksin untuk kemudian pada kuartal satu dan dua tahun 2021 akan dilanjutkan oleh Bio Farma dari mulai preclinical trial, uji klinis tahap satu, dua dan tiga yang kemudian untuk diregistrasikan ke Badan POM.

Dia menambahkan sambil menunggu vaksin buatan asli Indonesia ini dibuat, Bio Farma menggandeng Sinovac untuk penyediaan vaksin COVID-19.

Saat ini, calon vaksin dari Sinovac masih memasuki tahap uji klinis tahap tiga di Bandung bekerjasama dengan FK UNPAD, kepada 1620 relawan yang bertujuan untuk melihat keamanan dan keampuhan dari calon Vaksin COVID-19 tersebut.

Alasan menggandeng Sinovac adalah berdasarkan list dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), Sinovac merupakan salah satu perusahaan yang penelitian vaksin untuk COVID-19 nya, sudah masuk ke dalam tahap Uji Klinis tahap tiga.

"Sinovac bukanlah partner asing bagi Bio Farma, karena dalam perjalanannya, Bio Farma dan Sinovac sudah melakukan pengembangan produk bersama, dan mereka adalah salah satu perusahaan vaksin yang sudah mendapatkan sertifikasi dari WHO.

Faktor lainnya adalah Vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan adalah jenis vaksin inactivated atau vaksin yang sudah dimatikan, dan Bio Farma sudah
menguasai metode pembuatan vaksin tersebut, kata Honesti.

Bio Farma sendiri, sudah siap untuk menerima bahan baku vaksin dari Sinovac pada bulan November 2020 mendatang sebanyak 10 juta dosis, dan berturut-turut akan dikirimkan 40 juta dosis dalam jangka waktu Desember 2020 hingga Maret 2021, sehingga total bahan baku vaksin yang akan Bio Farma terima dari sinovac sebanyak 50 juta dosis vaksin.

"Sinovac sudah komitmen untuk mengirimkan bulk Vaksin COVID-19 sebanyak 50 juta dosis hingga Maret 2021. Kemudian mereka juga akan memprioritaskan bahan baku vaksin COVID-19 tersebut, sebanyak 210 juta dosis hingga Desember 2021 mendatang sehingga total dari Sinovac ada 260 juta dosis," ujar Honesti.

Selain dari Sinovac, untuk memenuhi kebutuhan vaksin di Indonesia, salah satu anggota holding BUMN Farmasi yaitu PT Kimia Farma Tbk sudah melakukan MoU dengan perusahaan farmasi dari Uni Emirate Arab, G42, untuk mendapatkan 10 juta dosis vaksin dalam bentuk final product, pada Desember 2020 mendatang.

Selain 10 juta dosis pada tahun 2021, G42 komitmen untuk memberikan supply sebanyak 50 juta dosis, sehingga dari G42, akan mendapatkan total 60 juta dosis.

Baca juga: Menko Airlangga: 30 juta dosis vaksin diterima pada kuartal IV-2020
Baca juga: Pengamat: posisi Indonesia strategis dalam persaingan vaksin global
Baca juga: Luhut mau minta tambahan 20 juta dosis vaksin dari UEA

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020