Gianyar (ANTARA) - Koordinator Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana menyatakan pandemi COVID-19 menjadi momentum untuk menata kawasan dan pariwisata Ubud menjadi lebih baik dari sisi infrastruktur maupun dari sisi kebersihan, keamanan dan kesehatan.

"Momentum penataan Ubud memerlukan sinergi berbagai pihak, mulai dari masyarakat Ubud, Pemerintah Kabupaten Gianyar, Pemerintah Provinsi Bali dan juga Pemerintah Pusat," katanya saat melakukan kunjungan kerja ke Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Rabu.

Dalam kunjungan tersebut, Ari Dwipayana bertemu dengan Ketua dan Pengurus Yayasan Bina Wisata Ubud, sebuah Yayasan nirlaba yang telah puluhan tahun memiliki kepedulian dalam menjaga Ubud sehingga menjadi kawasan wisata terbaik dunia.

Hadir dalam pertemuan itu, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Ketua Bappeda Provinsi Bali I Wayan Wiasthana Ika Putra, Kepala Dinas PUPR Provinsi Bali Astawa Riadi dan Kepala Bappeda Kabupaten Gianyar I Gede Widarma Suharta.

Ketua Yayasan Bina Wisata Ubud, Tjokorda Gde Bayuputra Sukawati menyampaikan berbagai hal terkait perkembangan kondisi pariwisata Ubud di masa pandemi. Dari permasalahan pengelolaan, hingga luasnya dampak pandemi yang dirasakan masyarakat di Ubud.

Cok Bayuputra mengharapkan agar pemerintah memberikan perhatian khusus atas berbagai persoalan yang terjadi sekarang, mengingat besarnya kontribusi Ubud dalam pariwisata Bali, juga Indonesia.

Bayuputra menyampaikan, hendaknya pandemi ini dapat dijadikan momentum, waktu yang tepat untuk menata Ubud lebih baik dimasa yang akan datang.

Sementara itu, Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Sukawati, yang akrab disapa Tjok Ace menambahkan bahwa keberadaan Ubud sebagai Episentrum Pariwisata Budaya Bali, saat ini memang membutuhkan perhatian yang serius. Karena itu, upaya-upaya untuk menata Ubud secara terintegrasi perlu terus dilakukan.

Hasil yang nyata, sekecil apapun penting untuk membuktikan keseriusan berbagai pihak untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi di Ubud. Agar tujuan tersebut tercapai, Tjok Ace menekankan pentingnya kesamaan pandangan dalam melihat persoalan, dan kesepakatan untuk merumuskan solusi yang nyata.

Ari Dwipayana sepakat bahwa Ubud memang memiliki kontribusi yang luar biasa terhadap pembentukan citra pariwisata Bali dan Indonesia. Karena itu, sudah sepantasnya jika penataan Kawasan Ubud sebagai salah satu destinasi terbaik dunia menjadi "concern" pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.

Ia pun menyatakan bersedia menjadi jembatan komunikasi antara berbagai pihak, agar apa yang menjadi persoalan dalam penataan kawasan Ubud dapat diselesaikan dengan baik.

Tiga tahap penanganan dampak ekonomi COVID-19, pertama adalah tahap survival, yang menyampaikan informasi bantuan-bantuan pemerintah yang telah digulirkan di masa pandemi, khususnya bagi masyarakat terdampak.

Ia mendorong agar pemerintah daerah dan masyarakat aktif mengakses bantuan-bantuan tersebut, terutama bagi yang kena PHK.

Tahap kedua adalah tahap recovery, yang menekankan pentingnya kampanye safe travel sehingga bisa membangun kepercayaan dan rasa aman wisatawan.

Ari mengingatkan agar para pengelola wisata dan pelaku bisnis lain yang sudah beroperasi agar memperhatian dengan sungguh-sungguh dan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Hal ini sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan dan menumbuhkan rasa aman bagi masyarakat, sehingga mereka mau berkunjung kembali.

Tahap ketiga, menurut Ari adalah tahap transformasi. Pandemi memberikan kesempatan untuk menata Ubud lebih baik, baik dari sisi infrastruktur maupun dari sisi kebersihan, keamanan dan kesehatan. "Ini momentum penataan Ubud," katanya.

Pada akhir acara, AriDwipayana menyerahkan bantuan 10 ribu masker kepada masyarakat Ubud melalui Yayasan Bina Wisata Ubud. Ari berpesan, agar Yayasan, ikut mengedukasi masyarakat untuk disiplin memakai masker dalam kegiatan keseharian.

Baca juga: Konser musik 'drive-in' siap diselenggarakan di Ubud Bali
Baca juga: Seminyak dan Ubud primadona wisatawan Swedia

 

Pewarta: Edy M Yakub
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020