Seoul (ANTARA) - Topan Maysak menghantam wilayah Semenanjung Korea pada Kamis, membawa serta hujan lebat dan angin kencang sehingga setidaknya satu orang dilaporkan tewas dan ribuan orang harus bertahan tanpa aliran listrik.

Menurut Kantor Berita Yonhap, korban yang tewas dilaporkan terkait dengan kaca jendela yang pecah akibat angin kencang dari badai dengan kecepatan 170 kilometer per jam di Busan, kota terbesar kedua di Korea Selatan.

Penerbangan pesawat juga dibatalkan atau ditunda, tulis Yonhap, pohon yang roboh dan puing-puing lainnya menyebabkan kerusakan pada sistem penerangan.

Maysak menjadi topan kesembilan pada musim ini, dan keempat yang menerjang Semenanjung Korea tahun ini, mengakibatkan sekitar 120.000 rumah tangga di Korea Selatan kehilangan aliran listrik, demikian menurut otoritas terkait.

Sejumlah bagian dari pulau resor Jeju melaporkan lebih dari 1.000 milimeter curah hujan sejak Selasa (1/9), demikian data badan cuaca setempat.

Sebagian wilayah yang terdampak parah topan Maysak hari ini sebenarnya masih dalam pemulihan dari topan Bavi yang terjadi pekan lalu serta musim muson terbasah yang pernah tercatat.

Sementara wilayah Korea Utara juga terkena topan Bavi, dan kali ini untuk pekan kedua secara berturut-turut televisi negara melaporkan secara langsung kondisi terjangan badai dan banjir yang terjadi, termasuk di kota pesisir, Wonsan.

Dalam laporan itu ditunjukkan adanya jembatan yang rusak dan lahan pertanian yang tergenang banjir, sementara sebuah mobil van dengan pengeras suara memberikan peringatan kepada warga.

Kemudian dalam hari yang sama, televisi negara Korea Utara melaporkan kembali bahwa peringatan topan telah dicabut, dan tidak ada laporan mengenai korban.

Semenanjung Korea biasanya hanya mengalami satu kali topan dalam setahun, namun menurut Pengamatan Bumi NASA, topan Haishen yang saat ini menerjang bagian selatan Jepang diperkirakan akan pula menghampiri pesisir Korea pada Minggu atau Senin mendatang.

Akibat topan tersebut, sebuah kapal, yang mengangkut 43 kru dan hampir 6.000 hewan ternak dari Selandia Baru menuju China, terbalik akibat kondisi cuaca di Laut China Timur. Sumber: Reuters

Baca juga: Kim Jong Un sebut Topan Bavi hanya sebabkan sedikit kerusakan di Korut

Baca juga: Kim Jong Un minta pejabat antisipasi COVID-19 dan topan


Penerjemah: Suwanti
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020