Jakarta (ANTARA) - Kehadiran pemain asal Amerika latin khususnya Brasil dalam sepakbola Indonesia telah melekat sejak medio 90-an. Mereka kerap menjadi tumpuan klub dalam meraih kesuksesan.

Keterampilan yang mumpuni dan kemampuan di atas rata-rata pemain lokal membuat hampir seluruh klub di Indonesia berlomba mendatangkan pemain negeri Samba.

Pada awal kompetisi Liga 1 2020 sedikitnya ada 24 pemain asal Brasil yang tersebar di sejumlah klub, mulai dari bek, gelandang, hingga penyerang. Hanya satu posisi yang belum pernah dihuni mereka, yakni penjaga gawang.

Mereka acap menjadi tumpuan klub, sebut saja Wander Luiz di Persib. Wander membuat penampilan impresif dengan mencetak empat gol dari tiga laga.

Di ibukota, Bhayangkara FC mampu memikat Renan da Silva untuk menandatangani kontrak. Datang pertengahan musim 2018 ke Persija dan kemudian hijrah ke Borneo FC, Renan didaulat sebagai pemain terbaik Liga Indonesia musim 2019.

Kini bersama Bhayangkara FC, dia menjadi jenderal lapangan tengah skuad asuhan Paul Munster dan telah mencetak dua gol dan satu assist. Kemudian nama-nama seperti Jaimerson Xavier (Madura United), Bruno Silva (PSIS), Fransisco Torres (Borneo FC), hingga Ciro Alves (Tira-Persikabo) menjadi andalan klubnya masing-masing.

Jauh sebelum era Wander Luiz dan kawan-kawan, pemain asal Brasil juga telah mewarnai sepak bola Indonesia bahkan menjadi cerita pengantar tidur, Jacksen F. Tiago, Carlos de Mello, Antonio Claudio, Danilo Fernando, Marcio Souza, Alberto Goncalves, dan masih banyak lagi.

Kini menjelang bergulirnya lagi Liga 1 Indonesia dan juga Piala Dunia U-20 pada 2021, sepak bola Indonesia sudah kedatangan lima pemain muda Brasil. Konon, mereka akan dinaturalisasi dan diproyeksikan menjadi salah satu bagian timnas Indonesia.

Namun akan menjadi ironi apabila tujuan mendatangkan pemain muda Brasil itu untuk kepentingan timnas menghadapi Piala Dunia U-20 karena Indonesia juga memiliki talenta yang bisa berkembang jika sistem pembinaan berjalan baik dengan ukuran pembinaan yang jelas.


Arema FC, Persija, dan Madura United

Arema FC telah mengontrak Hugo Guilherme Corre Grillo yang masih berusia 18 tahun dan Pedro Henrique Bartoli berusia 19 tahun. Keduanya dari Brasil.

Pedro adalah penyerang GD Chaves U-19 yang bermain dalam Liga Juniores U-19 Portugal musim 2019-2020. Sedangkan Hugo Gilherme Correa Grillo merumput di Cuiaba Esporte Clube U-20 pada Copa do Brasil U-20 dan Sao Paulo Youth Cup.

Manajer Arema Ruddy Widodo menyatakan keduanya didatangkan atas inisiatif manajemen. Aturan pemain U-20 di Liga 1 Indonesia turut mengakomodasi kehadiran mereka.

Rudy tak menampik Hugo dan Pedro ditargetkan segera dinaturalisasi untuk Piala Dunia U-20 agar pemain lokal terangsang dalam persaingan yang ketat.

"Brasil mampu memproduksi pemain pemain muda berkualitas, dan didistribusikan serta banyak diminati berbagai negara. Bahkan, juga sebagian besar mereka bersedia untuk naturalisasi di negara tertentu untuk mengangkat derajat kariernya dan jam terbang di sepak bola," kata Ruddy.

Begitu juga dengan Persija Jakarta.  Tim Macan Kemayoran tengah menjajal kemampuan dua pemain berusia 19 tahun asal Brasil; Thiago Apolina Pereira dan Maike Henrique Irine De Lima.

Keberadaan mereka bermanfaat karena ada kewajiban memasukkan pemain U-20 ke daftar susunan pemain Liga 1 2020. Skuad Persija Jakarta sejatinya telah memiliki empat pemain asing, tiga non-Asia dan satu Asia.

"Melihat perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi, maka kami memutuskan untuk mencoba menambah amunisi pemain asing guna melengkapi komposisi tim. Apakah kami memakai semuanya, atau salah satu saja, tentu tergantung dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan dari tim," kata Presiden klub Persija Mohamad Prapanca.

Satu tim lain yang juga mendatangkan pemain muda asal Brasil adalah Madura United.  Mereka mendatangkan Robert Junior Rodrigues Santos yang akan dijajal terlebih dahulu kemampuannya sebelum diputuskan menjadi bagian dari Sape Kerrab.

Sesuai regulasi Liga 1 sebelum pandemi COVID-19, setiap tim hanya bisa mempunyai empat pemain bukan WNI yang salah satunya harus berasal dari Asia.

Jika melihat komposisi pemain asing di tiga klub ini, sebetulnya hanya Arema yang masih memiliki satu slot sepeninggal Jonathan Bauman yang mengikuti Mario Gomez untuk tidak lanjut bersama Singo Edan karena tidak menemui kesepakatan soal nilai kontrak.

Jika tertarik memakai jasa para pemain muda itu, Persija dan Madura United  harus mendepak pemain asing atau memperjuangkan naturalisasi.

Klaim investasi klub

Kehadiran lima pemain muda Brasil yang dianggap mendadak dan momentumnya beriringan dengan persiapan timnas menyongsong Piala Dunia U-20 ditanggapi beragam.

Anggota Exco PSSI Haruna Soemitro menganggap publik terlalu membesar-besarkan kedatangan mereka karena pemain-pemain itu murni bagian investasi jangka panjang klub.

"Untuk memulai kompetisi kan hal biasa mendatangkan pemain. Jadi ini sudah biasa dan jangan menganggap hal yang tidak-tidak. Terlalu jauh mikirnya (naturalisasi untuk Piala Dunia U-20)," kata Haruna.

Haruna yang juga Direktur Madura United itu mengatakan kehadiran mereka  bakal kian menggairahkan persaingan antarpemain muda Indonesia. Apalagi dia mendapat kabar dari sang agen, pemain yang datang ke Indonesia adalah pemain muda potensial di negeri Samba.

Meski murni investasi, Haruna juga akan memberi dukungan jika timnas Indonesia kepincut untuk menaturalisasi mereka.

"Soal nantinya naturalisasi itu hal lain jadi jangan sedikit-sedikit gimana gitu kalau mendengar naturalisasi. Apabila permainannya bagus dan timnas kepincut, saya pikir itu bagus untuk aset klub. Juga membuat persaingan pemain muda kita semakin ketat," kata dia.

Namun demikian tetap saja kedatangan pemain-pemain itu dipertanyakan, apalagi jika melihat pandemi COVID-19 yang membuat klub kesulitan finansial tapi justru mendatangkan pemain baru.

Sementara itu, mantan pelatih timnas Indonesia U-19 Fakhri Husaini beraksi keras atas wacana naturalisasi pemain Brazil tersebut. Melalui unggahan di media sosial Instagramnya, ia menyebut jika kabar itu nyata maka PSSI telah kehilangan integritasnya.

Dia bahkan meminta PSSI untuk menyerahkan status tuan rumah Piala Dunia U-20 apabila federasi "keukeuh" memaksakan banyak memakai servis pemain asing ketimbang pemain lokal.

"Jika memang PSSI sudah kehilangan rasa percaya dirinya terhadap pemain lokal, serahkan saja status tuan rumah Piala Dunia U-20 kepada negara lain," tulis Fakhri.

Patut ditunggu pula aksi-aksi mereka apakah melebihi kemampuan pemain muda kita atau biasa-biasa saja.

​​​​
Baca juga: PSPS yakin lolos dari penyisihan grup Liga 2 Indonesia 2020
Baca juga: Persija uji coba dua pemain muda Brazil
Baca juga: Striker Bhayangkara FC nilai kompetisi tanpa degradasi kurang gereget

 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2020