Tanaman sorgum varietas bioguma hasil inovasi Balitbangtan dikembangkan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. ANTARA/HO/Balitbangtan
Jakarta (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian mendorong masyarakat untuk memanfaatkan sorgum bioguma sebagai tananaman pangan karena dinilai memiliki banyak keunggulan.

Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry di Jakarta, Senin mengatakan, sorgum bioguma merupakan Varietas unggul baru (VUB) rakitan Balitbangtan yang dilepas pada pertengahan 2019 yang memiliki potensi hasil biji rata-rata 7 ton per hektare, brix gula dalam batang mencapai 15,5 persen, volume nira mencapai 122 ml dan biomasa batang 44-54 ton per hektare.

"Dari segi manfaat, biji sorgum dapat dijadikan pangan berupa beras dan tepung pengganti terigu," katanya melalui keterangan tertulis.

Baca juga: Balitbangtan-ICD siap budidayakan Sorgum Bioguma di Sumsel dan Lampung

Sedangkan nira sorgum dapat diolah menjadi gula cair, kecap dan bioetanol, kemudian batang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak (silase) dan dapat diratun hingga tujuh kali.

"Dengan banyaknya kelebihan yang dimiliki, kami mendorong masyarakat untuk memanfaatkan sorgum, khususnya sorgum bioguma ini," katanya.

Menurutnya, masih banyak masyarakat yang belum mengenal sorgum sehingga perlu dilakukannya sosialisasi secara terus menerus untuk menstimulasi kebutuhan gandum dan tepung terigu.

"Kalau kita bisa mengembangkan lebih jauh saya pikir kebutuhan pangan dan pakan bisa kita penuhi dari sorgum," ujar Fadjry.

Salah satu kelebihan lain yang dimiliki komoditas tanaman sorgum adalah adaptif kekeringan, hal tersebut dibuktikan langsung oleh Pri Ardi, petani Desa Mojodowo, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.

Baca juga: Pemprov Babel bangun 500 hektare pertanian sorgum

Pri menunjukan kondisi varietas unggul baru Sorgum Bioguma yang tumbuh subur meski tidak mendapatkan air selama kurang lebih 45 hari.

Dikatakannya, sejak umur 13 hari sorgum yang ditanam di lahan Perhutani tersebut tidak mendapat air akibat kemarau dan tidak tersedianya sumber air berupa sumur, namun sorgum tetap tumbuh seragam dan menunjukan warna hijau yang baik.

"Mulai umur sekitar 13 hari sampai sekarang umur 57 hari tidak ada air sama sekali," katanya.

Pri juga membandingkan ketahanan sorgum dengan komoditas lain, termasuk jagung yang ditanam secara bersamaan, hasilnya, jagung tampak menguning karena tidak tahan kekeringan.

"Sama-sama tidak dapat air, sama-sama tidak dapat minum, tapi sorgum lebih hijau dan lebih subur. Mungkin ini bisa dijadikan rekomendasi buat pada saudara-saudara petani kenapa kita harus mengembangkan sorgum," katanya.

Selain tahan terhadap kekeringan, menurut dia, menanam sorgum dapat memberi keuntungan lain yakni bisa panen lebih dari sekali. Ratun atau tunas yang dirawat membuat petani tidak perlu melakukan penanaman dari awal, tidak perlu pengolahan lahan, dan tidak perlu biaya untuk penanaman seperti komoditas lainnya.

Pewarta: Subagyo
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020