“Tolong lakukan pembersihan jerat, jangan sampai ada jerat di konsesi perusahaan,” ujarnya.
Pekanbaru (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memberikan 47 penghargaan kepada semua pihak yang dinilai berjasa dalam penangan konflik harimau sumatera dengan manusia di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.

Penyerahan penghargaan dilakukan Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Wiratno mewakili Menteri LHK di Kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau di Kota Pekanbaru, Kamis.

“Ini penghargaan yang paling banyak saya serahkan dalam sehari selama jadi Dirjen,” kata Wiratno.

Puluhan penghargaan tersebut di antaranya diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Inhil, Polres Inhil, Kodim 0314 Inhil, KPHP Mandah, dan 37 pegawai, Polhut, dokter hewan, dan tenaga pengaman hutan lainnya di BBKSDA Riau.

Kemudian penghargaan juga diberikan kepada pihak perusahaan yakni PT Arara Abadi, unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas dan PT Riau Indo Agropalma (RIA) yang juga mitra pemasok APP Sinar Mas. Penghargaan untuk perusahaan tersebut diterima oleh Direktur PT Arara Abadi APP Sinarmas Edi Haris.

Baca juga: Usai terkam ternak, BKSDA Sumbar tangkap harimau sumatera

Selain itu, KLHK juga memberi penghargaan pada Yayasan Arsari Djojohadikusumo dan wartawan Detik.com Haidir Tanjung dan wartawan Riau Pos Kunni.

Wiratno menyatakan sangat mengapresiasi semua pihak yang terlibat dalam penanganan satwa dilindungi tersebut, mulai dari pemerintah daerah, TNI, Polri, yayasan konservasi satwa, perusahaan, jajaran BBKSDA Riau, dan jurnalis yang ikut terlibat dalam upaya penanganan konflik tersebut.

“Penghargaan ini tak ternilai harganya. Terima kasih kami ucapkan, salam dari ibu Menteri (LHK) karena anda semua begitu tulus melakukan upaya penyelamatan harimau ini,” ujarnya.

Ia berharap ini adalah momentum yang bagus untuk kolaborasi semua pihak agar konflik tidak terjadi lagi. Pihak pemegang konsesi juga diharapkan menjaga areanya dari jerat dan aktivitas perburuan yang mengancam satwa dilindungi.

“Tolong lakukan pembersihan jerat, jangan sampai ada jerat di konsesi perusahaan,” ujarnya.

Baca juga: Pusat konservasi harimau sumatera akan dibangun di Giam Siak Kecil

Kepala BBKSDA Riau, Suharyono menambahkan konflik harimau sumatera dan manusia di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) berlangsung sangat lama dan menguras waktu dan energi. Untuk satu kasus harimau yang paling menyita perhatian, yakni kasus harimau diberi nama Bonita, upaya penangkapannya mencapai dua tahun.

Meski begitu, ia bersyukur ada hikmah dalam upaya bersama tersebut karena adanya kekompakan dari semua pemangku kebijakan untuk saling membantu. Pihak perusahaan dinilai juga banyak membantu dalam penanganan konflik tersebut.

“Bahkan setelah kasus Bonita, konflik harimau seperti gak selesai-selesai. Hal ini menjadi sejarah kebersamaan mulai dari TNI, Polri, perusahaan, masyarakat, dan semua pihak sebagai wujud kebersamaan. Hari ini KLHK berikan penghargaan yang mungkin gak ada nilai rupiahnya, tapi bagi kami ini luar biasa untuk penyelamatan harimau sumatera,” kata Suharyono.

Baca juga: BBKSDA Riau turunkan tim ke lokasi harimau terkam dua sapi warga

Sementara itu, Wakil Bupati Inhil Samsudin Uti usai penyerahan penghargaan menyatakan apresiasinya terhadap jajaran BBKSDA Riau karena selalu merespon cepat ketika menerima laporan konflik harimau dan manusia di Inhil.

Ia berharap ada strategi dari KLHK untuk mencegah konflik satwa dilindungi dengan manusia. Karena, Kabupaten Inhil terdapat banyak harimau sumatera (panthera tigris sumatrae).

“Tentu kita tak ingin ini. terus terjadi karena harimau sumatera adalah satwa yang harus kita jaga agar tak punah,” katanya. 

Baca juga: Alih fungsi kawasan hutan ancaman terbesar bagi harimau sumatera

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020