dari bapaknya, karena baru datang dari Malaysia
Kediri (ANTARA) - Seorang bayi dengan jenis kelamin perempuan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, dinyatakan positif terinfeksi virus corona dan saat ini bayi tersebut isolasi mandiri di rumah didampingi orang tuanya dan dapat pengawasan tim medis.

"Ini riwayatnya dari bapaknya (bapak dari bayi) yang baru datang dari Malaysia satu bulan lalu. Lalu mau pergi ke luar pulau, jadi orangtua melakukan rapid test dan dinyatakan bapak dan bayi reaktif," kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Kediri dr. Ahmad Chotib di Kediri, Kamis.

Ia menambahkan, petugas medis juga melakukan rapid test atau tes cepat pada ibu bayi dan ternyata nonreaktif. Untuk bapak dan bayi tersebut diteruskan dengan tes swab, dan hasilnya bapak dinyatakan negatif sedangkan si bayi dinyatakan positif corona.

Ia memang menduga bayi tersebut tertular dari bapak si bayi. Dari hasil tracing yang telah dilakukan, di rumah tersebut tinggal bertiga yakni bapak, ibu dan bayi. Sedangkan untuk tetangga sekitar juga tidak ada temuan kasus COVID-19.

"Kemungkinan dari bapaknya, karena baru datang dari Malaysia. Jadi, kan bayi tidak bisa kemana-mana, pastinya orangtuanya. Ada riwayat dari Malaysia. Kondisi si bayi saat ini juga baik, dan tetap dalam pengawasan dari gugus tugas dan pihak desa," kata dia.

Baca juga: Polresta Kediri tutup akses sejumlah pusat keramaian cegah COVID-19
Baca juga: Wali Kota Kediri minta pesantren bentuk gugus tugas cegah COVID-19


Ia mengakui, kasus tersebut merupakan pasien dengan usia yang paling kecil di Kabupaten Kediri. Karena tidak ada gejala, bayi itu juga masih dalam perawatan orangtua dengan didampingi gugus tugas, tim medis dan perangkat desa.

Orang tuanya juga selalu diingatkan untuk menjaga kesehatan dengan mengenakan masker dan rajin cuci tangan. Jika nantinya ada keluhan pada si bayi, juga diharapkan langsung koordinasi dengan gugus tugas.

Ia mengakui, temuan jumlah kasus positif corona di Kabupaten Kediri cukup tinggi. Namun, yang dirawat di rumah sakit adalah mereka yang mengalami gejala berat, sehingga mendapatkan perawatan medis.

Untuk mereka yang tidak ada gejala, melakukan isolasi mandiri di rumah atau di tempat isolasi yang telah disediakan oleh pihak desa di daerah tempat tinggal masing-masing.

"Kami terus evaluasi terhadap kekurangan isolasi mandiri baru kami evakuasi. Jadi, ada protokol atau standar," ujar dia.

Baca juga: Kota Kediri permudah ambulans pengangkut pasien COVID-19 melintas
Baca juga: Kabupaten Kediri dapat mesin "PCR"


Ia juga menegaskan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Kediri saat memutuskan bahwa pasien bisa isolasi mandiri, pertama dengan melihat apakah rumah bersangkutan layak untuk isolasi mandiri misalnya kamar terpisah, tidak kontak dengan keluarga lainnya. Dengan memenuhi persyaratan itu, pasien diizinkan untuk isolasi mandiri.

Kedua, melihat kepatuhan. Kalau memang yang bersangkutan tidak mematuhi protokol akan dievakuasi dan dilakukan karantina di desa. Ketiga, apabila ada keluhan atau gejala pneumonia akan dievakuasi ke rumah sakit.

"Kalau semuanya dibawa ke rumah sakit, seberapa banyak rumah sakit disiapkan over load dan berisiko. Di sistem kami (isolasi mandiri di rumah dan tempat karantina desa), alhamdulillah rumah sakit tidak kewalahan, karena yang betul-betul butuhkan yang kami evakuasi," ujar dr Ahmad.

Di Kabupaten Kediri, data per Rabu (8/7) untuk kasusnya yang dinyatakan positif ada 261, dimana 175 masih dirawat, 70 sudah dinyatakan sembuh, dan 16 lainnya meninggal dunia.

Jumlah orang tanpa gejala (OTG) ada 156 orang, orang dalam pemantauan (ODP) ada 175 orang, dan jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) ada 77 orang. 

Baca juga: 10 warga Kota Kediri sembuh dari COVID-19
Baca juga: Ponpes Lirboyo Kediri jadi percontohan pesantren tangguh

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020