Pengembungan per hari hanya setengah centimeter, tetapi tetap harus waspada
Boyolali (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta masyarakat di sekitar Gunung Merapi yang rawan bencana bekerja seperti biasa dan tenang, namun tetap mewaspadai perkembangan kondisi gunung berapi di perbatasan Jateng dan DI Yogyakarta itu .

"Masyarakat boleh berada di radius lebih dari tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi, dan masih bisa bekerja atau beraktivitas seperti biasa, tetapi tetap waspada," kata Ganjar di sela kunjungan memantau langsung puncak Gunung Merapi dari Pos Pengamatan Gunung Merapi di Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali, Rabu.

Baca juga: Ganjar berharap Desa Saudara jadi percontohan nasional hadapi bencana

Gubernur mengatakan, pihaknya secara keseluruhan sudah mendapatkan penjelasan dari Badan Geologi, secara teknis. Badan Geologi sudah menjelaskan kondisi Gunung Merapi dari seluruh Pos Pengamatan Gunung Merapi, yang intinya gunung ini, perutnya lagi "membengkak".

Hal ini, kata Gubernur, artinya ada gerakan magma di dalamnya, sehingga bisa mengeluarkan sesuatu, misalnya bisa gas atau material sewaktu-waktu. Untuk itu, status Gunung Merapi di tingkat 2 atau waspada.

Bahkan, menurut Gubernur, dari hasil kunjungan masyarakat di lereng Merapi, kondisi itu sudah diketahui oleh Kepala Desa, relawan bencana, PMI, SAR desa, BPBD, BNPB. Masyarakat tidak perlu panik kita memantau terus menerus, dan informasi terkini akan disampaikan secepat mungkin.

Baca juga: Ganjar bantu pengurusan izin limbah rumah sakit rujukan COVID-19

"Kami meminta masyarakat ada latihan atau simulasi evakuasi atau mengungsi ke daerah aman. Karena, masyarakat sudah ada sistem Desa Bersaudara. Pada latihan evakuasi harus ditambah protokol kesehatan di masa pandemi COVID-19," kata Ganjar.

Menurut Ganjar, masyarakat yang mengungsi dapat menjaga jarak dengan dibatasi kardus misalnya. Mudah-mudahan masyarakat bisa memahami baik yang ada di Kabupaten Klaten, Boyolali, maupun Magelang, semua bisa waspada dalam mencegah penyebaran COVID-19.

Baca juga: Ganjar minta simulasi penanganan pengungsi erupsi Merapi saat pandemi

Ganjar mengatakan  masyarakat di lereng Merapi merasa sudah biasa dan mereka berpengalaman dari kejadian sebelumnya. Masyarakat sudah siap jika ada perintah dari kades langsung mereka mengungsi di tempat yang sudah ditentukan.

Masyarakat lereng Merapi pada bencana erupsi 2010 sudah pernah mengungsi hingga 40 hari. Pengalaman ini menjadi penting untuk bisa dibagikan dengan warga lainnya atau tetangganya. Hal ini, disebut desa tangguh bencana karena,l setiap kades bersama masyarakatnya kompak menghadapi kemungkinan bencana erupsi.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida mengatakan tubuh Gunung Merapi memang terjadi penggembungan, tetapi kecepatan penggembungan ini masih lambat.

"Pengembungan per hari hanya setengah centimeter. Hal ini, nilai masih kecil, tetapi tetap harus waspada," kata Hanik.

Menurut Hanik, kondisi Gunung Merapi bisa sewaktu-waktu mengalami erupsi eksplosif seperti sebelumnya, atau bisa jadi malah tumbuh kubah lava. Pihaknya terus memantau perkembangan gunung teraktif di dunia itu.

Baca juga: Ganjar sampaikan progres penanganan COVID-19 kepada Presiden Jokowi

Menurut Hanik, Gunung Merapi memang sejak 2018, sering menimbulkan gempa vulkanik. Sejak itu aktivitas vulkanik dari dalam Merapi tidak pernah berhenti. Hal ini yang mendasari status Merapi hingga sekarang status tetap waspada.

Oleh karena itu, lanjut dia, dengan status tingkat 2 atau waspada aktivitas di atas normal. Namun, Merapi belum membahayakan penduduk di lereng gunung pada radius tiga kilometer dari puncak.

Ganjar dalam kunjungannya di lereng Gunung Merapi, melihat langsung persiapan masyarakat menghadapi kemungkinan bencana erupsi, selain mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Merapi Desa Jrakah, juga di Tlogolele dan Klakah Kecamatan Selo Boyolali. 

Baca juga: Ganjar minta kepala daerah se-Jateng tingkatkan cek massal COVID-19

 

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020