Kain Sekomandi pada zaman dulu selain digunakan sebagai pakaian tradisional, juga dipakai sebagai alat barter.
Mamuju (ANTARA) - Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat memiliki salah satu program dalam menggaungkan cinta produk Indonesia, yakni dengan memperkenalkan berbagai produk lokal, salah satunya kain tenun Sekomandi, dalam setiap ajang pariwisata.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulbar Farid Wajdi di Mamuju, Selasa, mengatakan, pihaknya selalu menyisipkan promosi produk lokal kepada para wisatawan lokal atau mancanegara, untuk bisa mengunjungi pemintalan kain Sekomandi di Kabupaten Mamuju dan berbagai tempat kerajinan khas di daerah itu.

"Kain tenun Sekomandi dan kerajinan khas yang ada di Sulbar merupakan salah satu bagian dari ekonomi kreatif dan juga sebagai sebuah aktivitas pariwisata," kata Farid.

Menurut dia, pada setiap penyelenggaraan promosi wisata, pihaknya menawarkan berbagai hasil kerajinan tangan khas daerah sebagai bagian dari promosi wisata dan komitmen dalam menggaungkan cinta produk buatan Tanah Air.

Kain tenun Sekomandi merupakan warisan leluhur masyarakat Kalumpang Kabupaten Mamuju yang bernilai sejarah dan kaya akan nilai budaya lokal.
Baca juga: Media asing jelajahi potensi wisata di Sulbar

Tenun Sekomandi ditenun secara tradisional dan menggunakan bahan pewarna dari berbagai jenis tanaman, seperti jahe, lengkuas, cabai, kapur sirih, laos, kemiri, juga beragam dedaunan, akar pohon serta kulit kayu, kemudian ditumbuk halus dan dimasak.

Untuk mendapatkan warna yg benar-benar bagus, benang direndam berulang-ulang dalam larutan pewarna selama satu bulan sehingga memperkuat warna dan agar warna tidak mudah luntur.

Dengan bahan alami yang terbatas dan proses penenunan yang rumit, tenun Sekomandi tidak bisa diproduksi dalam jumlah massal sekaligus.

Tahap pembuatannya terbagi menjadi tiga, yakni pemintalan, pewarnaan benang, dan penenunan sehingga prosesnya bisa mencapai waktu yang cukup lama.

Satu hal yang unik dari Sekomandi ini adalah, proses pembuatan motifnya tidak menggunakan sketsa di atas benang. Salah satu motif yang terkenal adalah "Ulu Kallua Kaselle".

"Kain Sekomandi pada zaman dulu selain digunakan sebagai pakaian tradisional, juga dipakai sebagai alat barter. Tentu, ini menjadi kebanggaan warga Sulbar karena memiliki corak dan motif khas dan bahannya berasal dari alam. Hanya saja, karena pembuatannya cukup rumit dan memakan waktu lama sehingga harganya juga relatif mahal," jelas Farid Wajdi.
Salah seorang penenun kain Sekomandi (ANTARA/Amirullah)

Selain kain tenun Sekomandi, Dinas Pariwisata Sulbar juga telah menyusun format pelatihan bagi masyarakat, khususnya para pengrajin anyaman sebagai suvenir bagi para wisatawan yang berkunjung di daerah itu.

"Kami tengah merancang formatnya bagaimana caranya agar hasil-hasil anyaman di Sulbar bisa dikreasi menjadi suvenir pariwisata," ucapnya.

Dinas Pariwisata Sulbar juga lanjutnya, tengah mengembangkan pariwisata terpadu, yakni destinasi wisata dan ekonomi kreatif.

Baca juga: Menperin: Produk Indonesia harus jadi tuan rumah di negeri sendiri
Baca juga: Kakao dan pariwisata Sulbar diharapkan dukung MEA
Baca juga: Luhut dukung usaha rintisan pro produk lokal

Pewarta: Amirullah
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2020