Padang, (ANTARA) - Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas (Unand) Padang Dr Feri Arlius mengajak pemerintahan daerah dan pimpinan perguruan tinggi se-Sumbar menggagas pendirian Kampus Nagari menyikapi metode belajar dari rumah pada masa pandemi COVID-19.

"Kampus Nagari itu nantinya disediakan fasilitas internet gratis. Lokasinya, di aula atau ruang rapat yang ada di 928 kantor wali nagari dan 230 kelurahan yang tersebar di 179 kecamatan pada 12 kabupaten dan 7 kota yang ada di Sumbar," kata dia di Padang, Ahad.

Menurut dia, kampus nagari ini merupakan salah satu solusi dalam meringankan biaya yang dikeluarkan mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran secara daring yang dikenal dengan istilah online learning, mobile learning, web-based learning atau e-learning.

Sejak pandemi COVID-19 merebak di Indonesia pada Maret 2020, kampus di Sumbar telah menerapkan berbagai stimulan demi meringankan beban mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran daring.

"Bantuan untuk mahasiswa itu, ternyata masih belum terintegrasi satu sama lain. Padahal, jika dikolaborasikan, potensinya sangat besar sekaligus mampu menyelesaikan berbagai persoalan mahasiswa yang tengah berada di kampungnya dalam mengikuti proses e-learning," ujarnya.

Baca juga: Epidemiolog: Zona hijau tidak jamin suatu daerah bebas COVID-19

Baca juga: Ahli: Paparkan persentase masyarakat terapkan perilaku normal baru


Ia memberi ilustrasi program Kampus Nagari ini digagas pada 1.000 nagari (kelurahan) di Sumbar. Di Provinsi Sumbar, jumlah mahasiswa diperkirakan 160 ribu orang lebih.

"Jika masing-masing nagari itu dibantu paket internet senilai Rp250.000 per bulan, maka diperlukan dana sebesar Rp250 juta. Artinya, dalam satu semester (6 bulan), dibutuhkan biaya Rp1,5 miliar," kata dia yang merupakan wakil ketua umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Alumni Unversitas Andalas (DPP IKA Unand).

Ia menilai jika biaya sebesar itu dikompromikan oleh 10 perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa terbanyak saja, maka biaya paket internet akan jauh lebih murah. Jadi Rp150 juta saja dalam satu semester atau setara Rp25 juta per bulan.

"Jika unit biaya dihitung per mahasiswa, angka yang muncul juga jadi sangat kecil, sekitar Rp10 ribu saja per orang," lanjutnya

Selain murah, mahasiswa juga mendapatkan koneksi internet secara gratis di seluruh kantor wali nagari (kelurahan) di Sumbar.

“Jika nagari (desa) tersebut berada pada area tanpa sinyal, penyelesaian masalahnya jadi lebih fokus dan mudah. Jika nagari (desa) itu sudah punya akses wifi, tentu bisa digunakan untuk meningkatkan kuota, sehingga akses internet jadi lebih cepat,” katany lagi.

Selain itu, dengan berkumpulnya mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi pada satu titik dalam satu kesempatan, tentunya akan tercipta kelompok belajar yang akan saling membantu memecahkan persoalan dalam mata kuliah yang dihadapi.

Gagasan Kampus Nagari ini, dilontarkan Feri, menyikapi pembelajaran dari rumah yang dilakukan mahasiswa maupun dosen, sejak Maret hingga akhir semester genap tahun 2019/2020 ini. Sebanyak 100-an lebih perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Sumbar telah menerapkan sistem pembelajaran daring.

Secara finansial, sistem ini ternyata membebani 160 ribu mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan tinggi, terutama untuk membeli kuota internet. Karena, mayoritas mahasiswa itu telah pulang ke kampung mereka masing-masing.

Sementara, setiap hari mereka harus terus mengikuti perkuliahan melalui aneka platform digital seperti zoom meeting, google class room, microsoft tix dan aplikasi lainnya.

“Jika 100-an perguruan tinggi yang ada di Sumbar, saling berkolaborasi sesuai porsi mahasiswanya menyediakan internet gratis di seluruh kantor wali nagari, tentu ini akan memudahkan proses pembelajaran di masa kenormalan baru (new normal) ini,” ujarnya.*

Baca juga: Padang bentuk Kongsi COVID-19 berbasis RT dan RW

Baca juga: Unand canangkan zona integritas menuju wilayah bebas korupsi

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020