Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali memperpanjang masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) meski mungkin yang terakhir karena sebagai transisi untuk kembali menjalankan aktivitas normal.

Banyak masyarakat yang terkena dampak dari kebijakan ini. Bagi kepala keluarga yang terpaksa harus libur dari pekerjaannya berarti masih harus bersabar untuk dapat beraktivitas kembali dengan perpanjangan PSBB ini.

Langkah pertama yang harus dipertimbangkan bagi mereka yang menjadi lokomotif bagi keluarga adalah mengukur sumber dana yang masih tersedia minimal sampai pandemi 
virus corona (COVID-19) ini berakhir.

Bagi mereka yang bekerja di perusahaan atau instansi pemerintah untuk bekerja dari rumah memang tidak menjadi persoalan. Namun tidak demikian untuk  profesi tertentu yang selama pandemi ini justru berkurang atau bahkan hilang penghasilannya.

Profesi seperti tenaga pemasaran yang mengandalkan penghasilan dari bonus dan insentif dapat dipastikan akan berkurang penghasilannya selama masa PSBB ini.

Kondisi serupa juga dialami pedagang dan pengusaha yang selama ini mengandalkan omzet dari pekerja kantoran tentunya akan kehilangan sumber pendapatannya selama kebijakan bekerja dari rumah.

Sebagian terpaksa harus menerima kenyataan kehilangan sumber pendapatan selama pandemi corona. Beberapa ahli keuangan menyarankan agar lebih bijak dalam mengelola dana-dana yang masih dimiliki, setidaknya jangan dihabiskan semuanya.

Dana yang masih disimpan sebanyak 70 persen disisihkan untuk tabungan. Sedangkan sisanya dipergunakan untuk investasi, setidaknya bisa menutup penghasilannya yang berkurang atau hilang.

Baca juga: JK lega kembali Jumatan berjamaah di masjid
Baca juga: Jimly: Normal baru dimulai dari rumah ibadah
Bekerja dari rumah menjadi solusi di tengah pandemi untuk mendapatkan penghasilan tambahan. (HO BTN)

Tantangan
Penyebaran virus corona memberikan dampak signifikan pada sektor keuangan nasional yang turut mengubah perilaku masyarakat dalam pengelolaan keuangan.

Mengelola keuangan saat pandemi menjadi tantangan tersendiri bagi sejumlah masyarakat karena membutuhkan cara yang berbeda dari yang biasa dilakukan.

Melakukan langkah-langkah kecil secara finansial seperti menabung dan melakukan investasi, menjadi segelintir cara yang dapat dilakukan untuk bisa mempersiapkan skenario keuangan pasca pandemi COVID-19.

Firsan Nova, salah satu kontributor penulis The Iconomics yang juga CEO Nexus Risk Mitigation and Strategic Communication mengatakan, masyarakat harus mulai mengelola tabungan secara bijak.

Pada situasi seperti ini masyarakat perlu memperketat pengelolaan uang di tabungan dan sebisa mungkin simpan tabungan tersebut di bank. Disarankan untuk tidak mengambil semua tabungan di bank guna meminimalkan pengeluaran yang tidak diperlukan.

Menurut Firsan, sebaiknya merencanakan dana tabungan untuk bertahan sampai waktu yang lebih panjang sekitar 6 bulan hingga setahun.

Pada masa pandemi ini, memang menuntut masyarakat lebih berhati-hati dalam mengatur keuangan dan memilih untuk lebih banyak menyisihkan pendapatannya untuk ditabung.

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, pada Maret bulan rata-rata porsi pendapatan masyarakat yang digunakan untuk konsumsi adalah 69 persen. Angka itu turun dibandingkan Februari, yaitu 69,2 persen.

Sementara porsi pendapatan yang disisihkan untuk menabung naik dari 18,1 persen menjadi 18,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum masyarakat sudah mengurangi biaya untuk berbelanja dan memilih untuk menabung.

Baca juga: PSBB transisi, DPRD DKI minta pengetatan pengawasan pekerja
Baca juga: Pemprov DKI berlakukan ganjil genap versi toko di masa transisi PSBB


Di sisi lain, melalui pengesahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 menjadi undang-undang, LPS diberikan beberapa wewenang tambahan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan serta menjamin tabungan milik masyarakat yang disimpan di perbankan akan tetap aman meski di tengah pandemi virus corona.

Direktur Utama Amar Bank Vishal Tulsian memaparkan, dalam situasi krisis seperti ini, masyarakat sebaiknya tidak membiarkan mentalitas bias mengontrol keputusan mereka.

"Bersama-sama harus mempersiapkan skenario setelah pandemi COVID-19 ini pulih. Pengusaha harus mulai berpikir tentang peluang bisnis ke depan," katanya.

Para pegawai kantor sebaiknya memanfaatkan masa-masa ini untuk meningkatkan keterampilan mereka berdasarkan kebutuhan pasar.

Dalam jangka panjang, pengelolaan keuangan di tengah pandemi juga dapat dilakukan melalui investasi. Terdapat beberapa alternatif pilihan instrumen untuk berinvestasi di tengah pandemi ini, seperti menabung saham dan deposito.

Penyebaran wabah corona membuat sejumlah saham yang potensial memiliki harga jual rendah. Hal ini seharusnya bisa menjadikan momentum yang tepat bagi investor untuk membeli saham.

Namun, sebelum melakukan pembelian saham, tinjau portofolio saham dan pastikan saham yang dibeli merupakan saham yang berada dalam sektor yang berpotensi berkembang pascavirus corona mereda.

Untuk meraih masa depan keuangan yang lebih baik, investor perlu memantau saham secara berkala dan lakukan investasi saham dalam jangka panjang.

Di sisi lain deposito turut menjadi salah satu pilihan instrumen investasi aman yang dapat dilakukan di tengah pandemi ini. Dengan bunga yang tetap menjadikan keuntungannya menyesuaikan dengan bunga yang dijanjikan oleh bank.

Baca juga: Fase I transisi PSBB kegiatan sosial ekonomi dibuka bertahap
Baca juga: Pemprov DKI keluarkan protokol warga di rumah selama PSBB transisi
Tekun menjadi kunci agar berhasil dalam menjalankan usaha dari rumah.
(HO BTN)

Adaptasi
Pengamat properti Ali Tranghanda melihat perubahan demi perubahan dirasakan semakin cepat menuntut kita semua untuk dapat beradaptasi.

Kebijakan Pemprov DKI Jakarta untuk masuk ke masa transisi dalam PSBB membuat para pelaku bisnis mengambil langkah-langkah yang mungkin belum pernah dilakukan sama sekali sebelumnya.

Semua aspek kehidupan terpengaruh luar biasa dalam kondisi saat ini. Hampir semua sendi-sendi kehidupan mengalami perubahan yang drastis.

Dalam kondisi saat ini, semua pelaku bisnis dihadapkan pada sebuah tantangan untuk dapat beradaptasi mengikuti kondisi dunia yang berubah sangat cepat.

Menurut Ali, masyarakat dituntut lebih cepat lagi menyesuaikan diri, kemudian perubahan yang terjadi membuat sebuah kondisi normal yang tidak normal lagi atau yang biasa disebut the new normal.

Ali juga mengatakan bahwa kondisi saat ini membuat dunia bisnis akan membentuk sebuah tatanan keseimbangan pasar baru yang lebih sehat dari sebelumnya.

Kondisi demikian juga yang pada akhirnya membuat masyarakat termasuk kalangan usaha harus bisa beradaptasi dan melaksanakan banyak perubahan.

Sebagai gambaran saat ini berkegiatan di rumah menjadi faktor penting, namun pekerjaan dan bisnis harus tetap berjalan tentunya dengan sejumlah perubahan.

Salah satunya proses transaksi dalam era digital ini maka tidak perlu lagi dilakukan fisik antara pembeli dan penjual. Beruntung Indonesia telah memasuki era ini sehingga tinggal melakukan adaptasi misalnya soal pengiriman dan kualitas barang.

Ini juga menjadi tantangan bagi pekerja yang selama masa PSBB ini terpaksa dirumahkan. Sekarang untuk bekerja atau menjalankan bisnis dari rumah.

itu bisa dijalankan dengan mudah melalui teknologi internet, tinggal kemauan saja untuk menjalankan.
Baca juga: Pemprov DKI Jakarta telah menolak 76,9 persen permohonan SIKM
Baca juga: Jalan Sudirman Jakarta kembali padat

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020