COVID-19, membuat tatanan kehidupan dan kebiasaan manusia berubah
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kemendikbud Wikan Sakarinto mengatakan pendidikan vokasi harus dapat beradaptasi dengan kondisi "new normal" atau kenormalan baru.

"Adanya pandemi COVID-19, membuat tatanan kehidupan dan kebiasaan manusia berubah dan beradaptasi dengan kenormalan baru. Begitu juga dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) yang harus mampu beradaptasi," ujar Wikan dalam telekonferensi di Jakarta, Rabu.

Begitu juga dengan pendidikan vokasi yang diminta untuk dapat beradaptasi dengan kenormalan baru tersebut. Dia juga meminta agar kampus vokasi dan industri juga harus duduk bersama untuk mengantisipasi kenormalan baru selepas pandemi itu.

"Bagaimana kurikulum dan skema pencapaian kompetensi sumber daya manusia dirancang bersama. Jadi, perubahan industri bergeser ke kondisi kenormalan baru, juga harus diikuti dinamikanya oleh kampus dan kurikulumnya," tambah dia.

Dia menambahkan pihaknya terus mendorong terwujudnya "pernikahan massal" antara pendidikan vokasi dan dunia industri dan dunia usaha. Hal itu terdiri dari beberapa hal pokok.

Pertama, kurikulum, disusun bersama industri di mana materi pelatihan dan sertifikasi di industri masuk resmi ke dalam kurikulum di kampus. Kedua, dosen tamu dari industri rutin mengajar di kampus. Ketiga, program magang yang terstruktur dan dikelola bersama dengan baik dan komitmen kuat dan resmi pihak industri menyerap lulusan.

Selanjutnya, program beasiswa dan ikatan dinas bagi mahasiswa. Keenam, menjembatani program yang mana pihak industri memperkenalkan teknologi dan proses kerja industri yang diperlukan kepada para dosen sertifikasi kompetensi bagi lulusan diberikan oleh pihak industri.

Ketujuh, sertifikasi kompetensi bagi lulusan diberikan oleh pendidikan tinggi bersama industri. Delapan, riset bersama yakni riset terapan dengan dosen yang berasal dari kasus nyata di industri.

Baca juga: Presiden pantau kesiapan daerah terapkan tatanan kenormalan baru

Baca juga: Menteri Edhy: KKP siap hadapi kondisi kenormalan baru


"Paket "pernikahan" nomor satu sampai dengan nomor enam adalah paket pernikahan minimum. Paket nomor tujuh sangat diharapkan terwujud, serta nomor delapan dan seterusnya, sangat baik bila terwujud," kata Wikan.

Selain riset terapan, kampus juga didorong untuk melakukan program-program pengabdian masyarakat berbasis teknologi terapan untuk berperan dalam meringankan beban masyarakat selama pandemi berlangsung.

Sejumlah praktik baik sudah terwujud antara kampus dengan industri pengguna lulusannya bahkan ada yang sudah mencapai "paket pernikahan" yang lengkap. Contohnya kerja sama PT PLN Persero bersama Politeknik Elektronik Negeri Surabaya (PENS), Sekolah Vokasi UGM dan Sekolah Vokasi UNDIP.

Dari pernikahan tersebut, bersama-sama mendirikan program studi (prodi) Sarjana Terapan (D4) Teknik Elektro, yang khusus berfokus pada teknologi distribusi atau jaringan listrik.

Dia menambahkan dari contoh keberhasilan pernikahan antara PLN dengan pendidikan tinggi vokasi tersebut sehingga ada beberapa kemungkinan keberlangsungan kerja sama.

Pertama, prodi atau kampus yang sudah melakukan "pernikahan" paket lengkap, didorong untuk meningkatkan kualitas kerja samanya, serta menambah jumlah mitra industri, mendirikan atau memperkuat teaching industry atau teaching factory, meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi vokasi ternama luar negeri.

Selanjutnya, bagi prodi atau kampus yang sudah melakukan "pernikahan" tetapi belum dengan paket lengkap, didorong untuk meningkatkan lagi.

Ketiga, bagi prodi atau kampus yang baru minim melakukan "pernikahan", didorong untuk menghasilkan pernikahan yang lengkap. Keempat, bagi prodi atau kampus yang belum melakukan "pernikahan", didorong untuk menghasilkan pernikahan dengan "paket pernikahan" minimum.

Baca juga: Wilayah penerapan tatanan normal baru akan diperluas
 

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020