Contohnya, dari lahan yang rusak justru masih bisa diolah untuk menjadi lahan sumber pangan
Jakarta (ANTARA) - Duta nasional Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) Indonesia Nicholas Saputra mengatakan banyak cara yang bisa dilakukan setiap orang untuk menghadapi laju perubahan iklim yang semakin nyata dihadapi saat ini.

"Contohnya, dari lahan yang rusak justru masih bisa diolah untuk menjadi lahan sumber pangan," katanya terkait peringatan Hari Bumi melalui konferensi video di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan apabila masyarakat, terutama di Tanah Air, lebih banyak yang pro atau peduli terhadap keberlangsungan lingkungan, maka sumber-sumber pangan dimaksud tidak akan rusak.

Kemudian ke depan dalam upaya menyelamatkan bumi, kata dia, setiap individu juga harus perlu memerhatikan sektor industri pakaian. Sebab, kata aktor sekaligus produser film "Semes7a" itu apa yang dipakai manusia berkontribusi besar terhadap kerusakan alam.

"Kita tahu bahwa limbah industri 'fashion' itu terbesar kedua," katanya.

Dengan besarnya dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari limbah industri busana tersebut, ia mengajak masyarakat lebih cerdas dalam menerapkan gaya hidup sehingga tidak terlalu mengeksploitasi.

Selanjutnya, kata dia,  langkah yang bisa dilakukan oleh masyarakat terutama di daerah perkotaan ialah membuat kebun di pekarangan rumah. Sebab, bagaimanapun juga mereka turut bertanggung jawab atas laju perubahan iklim.

"Kita bisa juga membuat penghijauan di kota apabila dilakukan secara kolektif," katanya.

Di sisi energi terbarukan, menurutnya, yang bisa dilakukan masyarakat ialah menggunakan energi ramah lingkungan. Sebagai contoh penggunaan solar panel dan kendaraan listrik.

Namun sayangnya, kata Nicholas Saputra, terkait kendaraan listrik tersebut memiliki nilai jual terlalu tinggi. Ia mengatakan seharusnya pemerintah bisa memberikan insentif bagi orang yang berkontribusi dalam hal menekan emisi.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ruandha Agung S mengatakan berdasarkan penelitian para ahli perubahan iklim terjadi akibat kegiatan manusia atau yang sering disebut anthropogenic.

"Kalau itu terjadi akibat kegiatan manusia, artinya yang bisa merubah juga manusia secara global," katanya.

Baca juga: Duta UNICEF: Belajar perubahan iklim dari masyarakat desa

Baca juga: Peringatan Hari Bumi secara virtual di tengah COVID-19

Baca juga: COVID-19 momentum wujudkan bumi berketahanan dari perubahan iklim

Baca juga: COVID-19 bukti fase krisis pada perayaan Hari Bumi, kata Walhi

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020