Palu (ANTARA) - Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menilai Warga Negara Indonesia (WNI) bekas pengikut "Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS)" harus dibina secara intensif jika dipulangkan ke tanah air.

"Yang terpenting adalah dilakukan pembinaan intensif. Namun, hal itu harus melalui pertimbangan yang matang, namun tentu saja keinginan pemerintah ini sangat mulia sebab mereka adalah warga negara Indonesia." ucap Ketua FKPT Sulteng Periode 2020 - 2022, Dr Nur Sangadji di Palu, Kamis.

Pernyataan Ketua FKPT Sulteng terkait dengan rencana Pemerintah Indonesia memulangkan WNI bekas pengikut ISIS yang saat ini tersebar di beberapa wilayah di Timur Tengah.

Baca juga: Hikmahanto: WNI eks-ISIS telah kehilangan kewarganegaraannya

Dr Nur Sangadji menilai keinginan pemerintah memulangkan WNI bekas pengikut ISIS ke tanah air, merupakan satu rencana yang dapat dikatakan sebagai tindakan yang mulia.

Namun, katanya, tindakan tersebut harus diikutkan dengan pembinaan yang intensif terhadap WNI bekas pengikut ISIS, dimulai dengan inventarisasi data pribadi, asal usul serta siapa keluarganya.

Dari situ, menurut dia, dilakukan kajian, maka akan ditemukan alasan mengapa mereka (WNI bekas pengikut ISIS) bergabung dengan organisasi tersebut.

"Pasti akan ditemukan tingkat keterpaparannya. Dari sana dilahirkanlah bentuk atau metoda pendekatan dalam pembinaannya. Dilakukan dengan sungguh-sungguh secara berkelanjutan," sebut Dr Nur Sangadji yang merupakan Akademisi Aktif Untad Palu.

Baca juga: Pemulangan WNI eks ISIS, NasDem minta pemerintah cermat

Baca juga: MPR dukung pemulangan WNI mantan anggota ISIS


"Kita punya pengalaman tangani bekas narapidana teroris. Maka kita pasti bisa melakukan hal yang sama," ia menambahkan.

Intinya, menurut dia, semua warga bangsa harus mendukung untuk menyelamatkan setiap individu/kelompok yang terpapar faham radikal. Utamanya menyelamatkan/menghindarkan generasi muda/generasi milenial dari faham/aliran tersebut.

"Sebab, inilah kelompok umur yang paling rentan atau gampang di pengaruhi. Boleh jadi mereka hanyalah korban bujukan dan harapan serta iming iming. Maka, dalami perindividu untuk mengungkapnya supaya kita efektif menanggulanginya," katanya.

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020