Bangkok, Thailand (ANTARA) - Sejak Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (ASEAN Outlook on Indo-Pacific) diadopsi oleh para pemimpin dari anggota Perhimpunan  negara-negara Asia Tenggaradalam itu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-34 di Bangkok, Juni lalu, upaya untuk mengkonkretkan kerja sama itu terus dilakukan.
Indonesia, sebagai negara yang menggagas outlook tersebut, kembali mengangkat kerja sama Indo-Pasifik dalam KTT ke-35 ASEAN yang diselenggarakan di IMPACT Arena, Nonthaburi, Thailand, 2-4 November 2019.

Pesan mengenai pentingnya menindaklanjuti Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik disampaikan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kepada para pemimpin negara/pemerintahan yang hadir dalam KTT tersebut.

Dalam Pertemuan Pleno KTT ke-35 ASEAN, Sabtu (2/11), para pemimpin membahas mengenai outlook yang merupakan bukti bahwa ASEAN masih dapat mempertahankan sentralitas serta membiasakan dialog dan kerja sama di kawasan Indo-Pasifik yang diwarnai perebutan pengaruh dan kepentingan.

Baca juga: Presiden Jokowi dorong kolaborasi Indo-Pasifik dalam KTT ASEAN-RRT

“Tantangan kita sekarang adalah bagaimana outlook ini dapat diimplementasikan segera,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, yang mendampingi Presiden Jokowi selama KTT berlangsung.

Pandangan ASEAN, yang diprakarasai Indonesia, didasarkan pada prinsip keterbukaan dan inklusivitas dengan memajukan dialog dan kerja sama, serta menjunjung hukum internasional untuk menyelesaikan isu regional.

Sejumlah bidang kerja sama yang diprioritaskan dalam konsep tersebut adalah maritim, ekonomi, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), serta keterhubungan.

“Sekarang saatnya ASEAN memegang peran untuk menindaklanjuti empat bidang kerja sama tersebut, karena tanpa kerja sama yang konkret, maka pandangan tersebut menjadi tak berarti,” tutur Retno.

Selain para pemimpin ASEAN, Presiden Jokowi juga mengajak mitra-mitra penting di kawasan untuk turut serta dalam kerja sama regional tersebut.

Dalam KTT ke-16 ASEAN-India, misalnya, Presiden mengungkapkan bahwa ASEAN dan India memiliki kesamaan pandangan dan aset yang dapat digunakan untuk saling mendukung kerja sama di kawasan.

Kesamaan pandangan tersebut merujuk pada konsep Security and Growth for All in the Region (SAGAR) yang dipromosikan India untuk mewujudkan pertumbuhan dan keamanan di seluruh kawasan.

Baca juga: ASEAN-India bekerja sama perkuat arsitektur Indo-Pasifik

Menurut Menlu Retno, India dan ASEAN memiliki potensi kerja sama yang besar dengan pertumbuhan ekonomi masing-masing 7 persen dan 5,1 persen, serta total populasi mencapai 2 miliar jiwa.

Salah satu contoh kerja sama yang sesuai dengan konsep Indo-Pasifik dan SAGAR, telah dilakukan Indonesia dan India di bidang maritim melalui pelayaran ekspedisi pionir kapal dagang dari Banda Aceh ke Port Blair di Kepulauan Andaman-Nicobar.

Kerja sama itu berfokus pada investasi, perdagangan, pengembangan keterhubungan, pengembangan sumber daya kelautan yang berkesinambungan, pertukaran budaya dan pendidikan, serta pengembangan pelabuhan.

Penduduk Kepulauan Andaman-Nicobar yang berjumlah sekitar 400 ribu jiwa tersebar di 38 pulau. Mereka sangat membutuhkan pasokan barang dari Sumatera, terutama Aceh, yang jaraknya lebih dekat dibandingkan dari daratan India.

Ekspedisi pionir kapal dagang ke Kepulauan Andaman-Nicobar pada akhir 2018, telah menambah alternatif jalur pasokan ke kepulauan tersebut, yang selama ini harus didatangkan dari Chennai dan Kalkuta.

Secara geografis, Aceh dan Kepulauan Andaman-Nicobar berjarak 749 kilometer, lebih dekat dibandingkan jarak kepulauan tersebut dengan Chennai atau Kalkuta yang jaraknya 1.363 kilometer.

Peluang Indonesia untuk menyediakan komoditas yang diperlukan warga India di Andaman-Nikobar berupa sayur segar, produk perikanan, dan bahan bangunan, sangat besar.

“Kegiatan ekonomi baru antara Aceh dengan Andaman-Nicobar ini jadi salah satu bentuk nyata implementasi kerja sama di bidang konektivitas maritim, baik dari sisi infrastruktur maupun investasi dan perdagangan, dalam konteks Indo-Pasifik,” tutur Menlu Retno.
Baca juga: PM Modi apresiasi inisiatif Indonesia atas outlook ASEAN

Selain itu, ASEAN dan India juga berada pada kawasan geografis yang sama yakni di sekitar Samudera Hindia, yang memungkinkan kedua pihak saling terhubung sekaligus memungkinkan India terhubung dengan kawasan Samudera Pasifik.

Sebagai salah satu mitra ASEAN, India merupakan salah satu negara pertama yang menyambut baik Pandangan tentang Indo-Pasifik.

Perdana Menteri India Narendra Modi, dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Jokowi di sela-sela KTT ASEAN, memberikan apresiasi atas inisiatif Indonesia dalam membentuk pandangan ASEAN yang membahas kerja sama Indo-Pasifik.

“PM Modi menekankan dukungannya terhadap sentralitas ASEAN, dan mengapresiasi inisiatif Presiden Jokowi dalam membentuk outlook yang pada akhirnya diadopsi oleh semua negara ASEAN,” kata Menlu Retno usai pertemuan bilateral berlangsung pada Minggu (3/11).

Selain India, Presiden Jokowi juga menggandeng China dalam upaya mendorong kolaborasi dan menjaga stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.

Dalam KTT ke-22 ASEAN-China, Minggu (3/11), Jokowi menegaskan bahwa ASEAN terbuka untuk bekerjasama dengan China dalam kerangka Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik, yang salah satunya berfokus pada kerja sama konektivitas dan infrastruktur.

Menurut dia, pengembangan konektivitas dan infrastruktur penting dilakukan untuk menjamin pertumbuhan ekonomi termasuk pengembangan pusat pertumbuhan baru di kawasan Indo-Pasifik.

 Presiden Jokowi menilai sinergi antara Master Plan on ASEAN Connectivity 2025 dan Belt and Road Initiative yang dimiliki China, adalah suatu keniscayaan.

Baca juga: Menarik lawan jadi kawan dalam konsep Indo-Pasifik yang diperluas
Rencana utama itu berfokus pada lima bidang strategis yaitu, infrastruktur berkelanjutan, inovasi digital, logistik tanpa batas, keunggulan pengaturan, dan mobilitas manusia.

Saat ini, perdagangan ASEAN dan China senilai 479,4 miliar dolar AS atau 17 persen dari total perdagangan ASEAN dengan negara lainnya.

Sedangkan investasi langsung (FDI) China di seluruh negara ASEAN diperkirakan mencapai 150 miliar dolar AS pada 2018. Ke depannya, Macroeconomic Research Office (AMRO) memprediksi investasi China di ASEAN bisa mencapai 500 miliar dolar AS pada 2035, dengan perang dagang antara AS-China sebagai katalis untuk lonjakan investasi.

Menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, kolaborasi China dengan ASEAN untuk mengimplementasikan master plan 2025 juga diapresiasi oleh Jakarta.

“Sejumlah kerja sama ekonomi yang berpeluang dikembangkan termasuk inovasi, kota pintar, e-commerce, ekonomi digital, keamanan siber, serta teknologi informasi dan telekomunikasi,” tutur Airlangga.

 Inisiatif lanjutan


Untuk menindaklanjuti implementasi Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik, pemerintah Indonesia akan menyelenggarakan sebuah forum yang melibatkan seluruh negara anggota ASEAN serta mitra-mitranya di kawasan dalam kegiatan bertajuk ASEAN Indo-Pacific Infrastructure and Connectivity Forum pada 2020.
Baca juga: Presiden ke KTT ASEAN di Thailand bawa isu pembangunan infrastruktur

Indonesia berpandangan bahwa peningkatan konektivitas dan infrastruktur di negara-negara ASEAN akan meningkatkan kemakmuran kawasan.

Melalui inisiatif ini, Indonesia berharap agar pada akhirnya ASEAN dapat terus melaju dan menjadi lokomotif pengembangan kerja sama di kawasan Indo-Pasifik---di saat situasi dunia dipenuhi ketidakpastian dan pertumbuhan ekonomi yang direvisi terus menurun.

Pemerintah Indonesia menilai prospek kerja sama dalam kerangka Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik bersifat konkret dengan sejumlah inisiatif kerja sama ekonomi yang dapat dilaksanakan.

Kerja sama konkret ini  yang mendasari kesepakatan di antara negara anggota ASEAN serta mitranya seperti Amerika Serikat, China, Jepang, Australia, dan India, untuk menerima pandangan tersebut.

Pandangan yang mengutamakan sentralitas ASEAN ini diharapkan menjadi rujukan kerja sama di kawasan Indo-Pasifik, serta menjadi petunjuk bagi negara-negara anggotanya untuk tidak memihak pada kekuatan adidaya manapun dalam perebutan pengaruh di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

“Intinya ketika ASEAN mau bekerjasama dalam konteks Indo-Pasifik, tolok ukurnya harus menggunakan pandangan ini. Sifatnya harus inklusif dan tidak boleh mencederai kepentingan (negara) lain. Ini sebagai pedoman,” tutur Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kemlu Siswo Pramono, beberapa waktu lalu.

Pemerintah Indonesia juga meyakini bahwa kerja sama yang bertujuan mentransformasikan rivalitas menjadi kerja sama itu dapat dikembangkan ke bidang-bidang lain di luar ekonomi, di bawah mekanisme yang dipimpin ASEAN (ASEAN-led mechanisms).

Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Association of South East Asia Nations / ASEAN) didirikan pada  8 Agustus 1967 di Bangkok oleh lima Negara Anggota, yaitu, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, kemudian bertambah dengan masuknya Brunei Darussalam  pada  8 Januari 1984, Vietnam pada 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar pada  23 Juli 1997, dan Kamboja pada tanggal 30 April 1999.
 

Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019