Surabaya (ANTARA) - Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, terletak di area tambak yang membentang dan jauh dari pemukiman penduduk maupun jalan raya.

Bisa dikatakan, lokasi GBT bersebelahan dengan Kabupaten Gresik karena hanya dipisahkan oleh sungai dan pertambakan.

Bahkan, jika usai dari stadion tersebut, pengendara yang mengarah ke Surabaya menuju Jalan Kalianak atau pintu tol Romokalisari harus berputar balik melintasi jalanan Kabupaten Gresik terlebih dahulu.

Stadion GBT diresmikan pada 6 Agustus 2010 oleh Wali Kota Surabaya saat itu, Bambang Dwi Hartono yang saat ini duduk di kursi parlemen di DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan.

Kapasitas Stadion GBT 50 ribu penonton dan termasuk stadion terbesar di Jawa Timur, bahkan bisa dikatakan terbesar kedua di Indonesia setelah Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta.

Baca juga: Stadion Jakabaring akan dibersihkan dari sponsor ilegal

Saat dibangun, niatnya di area GBT didirikan sport centre atau pusat olahraga, namun sampai sembilan tahun ini fasilitasnya sangat minim atau jauh dari harapan banyak pihak.

Selain stadion utama, di sana berdiri gedung serba guna yang biasa digunakan untuk sejumlah cabang olahraga, seperti bola basket, bola voli, hingga futsal.

Di sana juga terdapat sirkuit atau lintas yang diharapkan bisa digunakan untuk balap motor atau sepeda, termasuk juga digunakan adu balap sepatu roda.

Sedangkan, di dalam stadion terdapat lintasan atletik lari berjarak 400 meter dengan delapan jalur yang lintasannya diklaim berstandar internasional.

Di sisi barat, terdapat dua kolam pasir yang digunakan untuk berlatih atlet cabang olahraga lompat jauh.

Di libur awal musim kompetisi lalu, terdapat fasilitas tambahan di stadion, yaitu penambahan bench pemain dan ofisial yang mirip kursi motor sport didominasi warna merah, sehingga tampak modern serta lorong pemain yang bisa didorong menjorok sampai lapangan.

Baca juga: Mantan striker Jerman puji Stadion I Wayan Dipta

Untuk papan skor, sementara masih menggunakan layar digital (sejenis LED Videotron) berukuran sekitar 6x16 meter yang terpasang tidak permanen di sisi paling atas tribun timur stadion.

Itu pun digunakan ketika laga dimainkan malam hari, sebab saat sore hari tidak terlihat karena posisinya yang langsung terkena sinar matahari saat akan terbenam di ufuk barat.

Jika sore hari, seperti saat laga melawan Arema FC di final putaran pertama Piala Indonesia tahun lalu, papan skor masih menggunakan spanduk bertuliskan nama tim di sisi paling atas tribun utara.

Saat diresmikan sembilan tahun lalu, secara fisik Stadion GBT sangat fenomenal, selain bangunannya berbentuk oval, atap stadion juga nyaris melingkar, hanya terpotong di sisi utara dan selatan beberapa meter karena rencananya untuk papan skor digital.

Ditambah lagi lampu menyala warna-warni di bagian depan bangunan sehingga tampak gemerlap saat malam hari.

Namun, gemerlapnya stadion GBT tak diikuti pertandingan-pertandingan oleh tim kebanggaan warga Surabaya, Persebaya, yang saat itu terlibat dualisme hingga sanksi PSSI dan berimbas pada ketidakgairahan sepak bola di Kota Pahlawan.

Hingga akhirnya pada 2016, kembali Persebaya dibersihkan dari sanksi dan setahun kemudian sukses menjuarai Liga 2 sekaligus berhak merasakan atmosfer tertinggi di sepak bola Indonesia, Liga 1 sampai sekarang.

Tuan Rumah

Indonesia resmi ditunjuk oleh FIFA menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2021 setelah mengungguli dua pesaingnya, yaitu Brazil dan Peru.

Dikutip dari laman resmi PSSI di Jakarta, Kamis, pengumuman tersebut dilakukan dalam rapat Dewan FIFA yang digelar di Shanghai, China, Kamis (24/10) siang WIB.

"Alhamdulillah presentasi PSSI diterima dengan baik, sehingga Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20," ujar Kepala Hubungan Media dan Promosi Digital PSSI Gatot Widakdo.

Dengan demikian, Indonesia menjadi negara kedua di kawasan Asia Tenggara yang menggelar Piala Dunia U-20. Sebelumnya Malaysia pernah menjadi tuan rumah pada tahun 1997 saat nama turnamen masih Kejuaraan Dunia Pemuda FIFA.

Baca juga: Stadion Pakansari yang masih muda, namun berdaya magis

Baca juga: Jusuf Kalla tinjau Stadion Si Jalak Harupat


Sebagai tuan rumah, Indonesia juga berhak tampil langsung di Piala Dunia U-20 tahun 2021 dan itu akan menjadi penampilan perdana timnas Indonesia di Piala Dunia U-20 sepanjang sejarah.

Total ada 10 stadion yang siap digunakan untuk menggelar Piala Dunia U-20 dua tahun mendatang, yaitu Stadion Gelora Bung Tomo di Surabaya, Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta, Stadion Pakansari di Kabupaten Bogor dan Stadion Manahan di Solo.

Berikutnya, Stadion Kapten I Wayan Dipta di Gianyar, Bali, Stadion Mandala Krida di Yogyakarta, Stadion Jakabaring di Palembang, Stadion Wibawa Mukti di Cikarang Timur, Stadion Patriot Candrabhaga di Bekasi, serta Stadion Si Jalak Harupat di Bandung.

Renovasi GBT

Setelah Indonesia dinyatakan tuan rumah, sejumlah pengelola yang stadionnya diajukan sebagai calon venue langsung bergerak, salah satunya Pemerintah Kota Surabaya selaku pemilik Stadion GBT.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi memastikan renovasi GBT bersama lima lapangan penunjang latihan dilakukan secara bertahap dan ditargetkan selesai selama 10 bulan.

"Ada beberapa renovasi yang dilakukan di Stadion GBT agar berstandar internasional, mulai dari renovasi kamar mandi, pintu utama, papan skor, dan paving halaman depan," katanya.

Selain itu, ada juga penambahan daya lampu dari 1.400 lux menjadi 2.400 lux hingga penambahan fasilitas lain, seperti Jacuzzi di ruang ganti pemain dan single seat (tempat duduk tunggal untuk penonton).

Jalur masuknya juga sudah dipasang separator, lalu ditambah penerangan, termasuk pemasangan tunnel (jalur), dan bakal dilengkapi dengan cctv, wifi, hingga penguat sinyal.

Tunnel menuju lapangan dibuat berbeda, yakni dari tempat konferensi pers sampai ke lapangan dibuat secara terpisah, kemudian pengerjaan papan skor, bagian depan stadion seperti pintu masuk dan paving sedang dilakukan.

Baca juga: Renovasi Stadion GBT dikebut jelang bidding venue Piala Dunia U-20

"Saat ini masih menata kembali desain lay out-nya. Namun, renovasi GBT yang paling utama adalah pergantian rumput secara total yang bakal dikerjakan pada awal Januari 2020," ucapnya.

Walaupun sebelumnya sudah ada rumput berstandar Internasional, berjenis "Zoycia Matrella", tidak sepenuhnya utuh dan beberapa sudah tambah sulam.

Terkait akses menuju stadion, Pemkot Surabaya sedang mencari jalan alternatif lain, sebab kendaraan besar seperti bus membutuhkan ruas jalan lebar dan saat ini tak bisa dilewati bus berukuran besar.

Menurut Eri, ada dua alternatif jalan yang bisa digunakan menuju Stadion GBT, yaitu melewati jalan Jalur Lingkar Luar Barat (JLLB) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo.

"Kalau lewat tol kan tidak bisa, karena terbentur terowongan sebelah Osowilangon. Kami juga meminta surat ke Jasa Marga untuk exit tol agar bisa langsung ke GBT. Pilihan lain lewat akses Pelindo III," tuturnya.

Selain renovasi Stadion Utama GBT, Pemkot Surabaya siap membenahi lima lapangan pendamping yang nantinya digunakan sebagai tempat latihan tim peserta Piala Dunia U-20 tahun 2021.

Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kota Surabaya Afghani Wardhana menjelaska, jika Stadion GBT yang diajukan sebagai venue Piala Dunia U-20 disetujui FIFA, harus disiapkan lima lapangan pendamping untuk tempat latihan.

Kelima lapangan pendamping yang disiapkan masing-masing Stadion Gelora 10 November, Lapangan Karanggayam, Lapangan Lakarsantri, Lapangan Sambikerep, dan Lapangan Sememi.

"Semua lapangan dibenahi dengan sarana dan fasilitas yang sesuai standar internasional, seperti ruang ganti pemain, toilet, lampu lapangan hingga penutup atau pagar agar latihannya bisa bersifat tertutup. Yang pasti harus benar-benar memenuhi standar FIFA," tuturnya.

Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019