Tangerang (ANTARA) - Pelaksana tugas Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang juga Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Agung Kuswandono mendorong pengembangan industri baru berbasis sumber daya hayati.

"Bicara bagaimana sudah bisa kita kembangkan bukan hanya skala universitas dan skala lab, tapi bagaimana kita link-kan dengan industri sehingga bisa menimbulkan industri baru untuk menyejahterakan masyarakat dan bisa meningkatkan citra Indonesia di mata internasional," kata Agung dalam Seminar Nasional Pencegahan Pencurian Sumber Daya Hayati Indonesia di Hotel Sheraton, Tangerang, Banten, Senin.

Menurut Agung, banyak temuan dan inovasi tapi berhenti di pada skala laboratorium dan universitas dan belum menyentuh industri besar-besaran. Dia tidak menginginkan pengembangan produk berbasis sumber daya hayati hanya bergerak di usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tapi bisa masuk ke industri dan dunia bisnis yang lebih besar.

Baca juga: DPR minta konservasi diselaraskan protokol internasional

Dia juga mengatakan ada banyak keanekaragaman hayati yang harus ditemukan, dijaga dan dilindungi.

"Saat ini, pemanfaatan sumber daya hayati untuk industri di Indonesia masih relatif kecil dibandingkan dengan potensi yang ada. Bahkan, salah satu penelitian menyebutkan hanya sekitar 5 persen saja potensi ujar hayati yang sudah dimanfaatkan untuk industri," kata Agung.

Untuk itu, sentuhan pemerintah menjadi penting untuk mengembangkan ekosistem pengembangan sumber daya hayati dan industri berbasis sumber daya hayati baik melalui kebijakan maupun peraturan untuk mendorong pemanfaatan sumber daya hayati sehingga menghasilkan produk yang bisa dikomersialisasi ke industri.

Agung menginginkan hasil penelitian dan pengembangan bidang sumber daya hayati dimanifestasikan jadi skala industri dan yang dapat menjawab kebutuhan bangsa.

Dia berharap agar hasil riset bidang sumber daya hayati dapat menyelesaikan berbagai masalah di Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk pengembangan industri, perlu banyak aspek yang memengaruhi termasuk kesiapan infrastruktur dan pabrik dan sumber daya manusia.

Agung juga menjelaskan dari hasil suatu penelitian disebutkan bahwa dari 150 obat-obatan yang diresepkan dokter di Amerika Serikat, 118 jenis berbasis sumber alam, yaitu 74 persen dari tumbuhan, 18 persen jamur, 5 persen bakteri, dan 3 persen vertebrata seperti ular Nilai obat-obatan dari bahan alam mencapai 40 miliar dollar Amerika Serikat pertahun Industri farmasi atau obat-obatan memang merupakan industri yang sangat besar, dengan perkiraan persentase dari keseluruhan nilai industri bahwa nilai tumbuhan alami yang digunakan dalam industri farmasi berkisar dari 400-900 miliar dolar AS per tahun.

Dia menuturkan riset, pengembangan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang sumber daya hayati harus ditingkatkan. Hal itu sejalan dengan program prioritas Kabinet Indonesia Maju yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia.

"Karena jika tidak dimanfaatkan oleh Indonesia, maka potensi yang keanekaragaman hayati yang besar tersebut akan dimanfaatkan oleh negara maju dan perusahaan multinasional," ujar Agung.

Baca juga: Pemerintah dorong perlindungan dan pengembangan sumber daya hayati
 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019