Permintaan dalam jumlah besar ikan asap ini datang dari China, selain itu mereka juga meminta agar pembudidaya menyediakan ikan patin dengan tekstur daging ikan patin yang bewarna putih
Kota Pekanbaru (ANTARA) - Ikan patin hasil budidaya pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Desa Koto Mesjid, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau, kini mulai merambah pasar China.

"Permintaan dalam jumlah besar ikan asap ini datang dari China, selain itu mereka juga meminta agar pembudidaya menyediakan ikan patin dengan tekstur daging ikan patin yang bewarna putih," kata Khairul Ikhsan pemilik usaha budidaya ikan patin di Kampar, Jumat.

Menurut Ikhsan, peluang ekspor untuk meningkatkan pemasaran ikan patin sudah terbuka, apalagi ikan segar ataupun ikan asap tersebut memiliki tekstur yang berbeda dari ikan asap yang sudah beredar di pasar internasional.

Baca juga: Pesona Dermaga Tepian Mahligai di Kampar bak "Romansa Bali"

Ia menyebutkan selain ikan segar, produk olahan ikan berupa ikan patin asap juga sudah merambah pasar internasional di samping memiliki pasar di Pulau Sumatera.

"Untuk penjualan ikan patin segar, kami sudah mengisi pasar di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, Jambi, Palembang dan provinsi lainnya di Pulau Sumatera dengan kisaran harga Rp15.500 per kilogram," katanya.

Ikhsan menyebutkan omzet yang diperoleh mencapai Rp35-50 juta per bulan sedangkan budidaya ikan patin, dilakukan pada kolam ikan berukuran 30x 20 meter dengan jumlah bibit ikan mencapai 20 ribu ekor per kolam. Pakan yang diberikan tiap kolam mencapai 7-8 ton per per bulan sedangkan produksi dari semua kolam mencapai 50 ton lebih setiap bulan.

Baca juga: Ubi racun ternyata dapat dijadikan tambahan penghasilan

Ia mengatakan untuk pakan ikan berupa pakan hasil swadaya lebih untuk meminimkan biaya karena pakan pabrikan yang mahal sehingga pakan ikan gilingan tersebut dibuat secara mandiri.

Sementara itu sentra bahan baku untuk pembuatan pakan tersebut seperti dedak padi dan ikan asin berasal Jawa dan dominan dari Sumatera Barat, sekaligus menghemat ongkos produksi pengolahan ikan.

Baca juga: Kepri minta pusat ikut dorong perkembangan pariwisata Pulau Penyengat

Pengolahan pakan ikan tersebut dikerjakan tiga karyawan sedangkan proses pengerjaan sebagian besar dilakukan di gudang penggilingan, dan keberadaan gudang penggilingan pakan ikan ini diharapkan bisa mengurangi pengangguran di desa itu.

"Untuk upah pengerjaan pembuatan pakan ini dibayar Rp250 per kilogram dan setiap bulan pekerja bisa mengantongi gaji sebesar Rp2-3 juta. Besaran upah diberikan berdasarkan banyak jumlah pakan yang siap dikerjakan," katanya.

Baca juga: Menpar lepas penyu di Pulau Pengelap Kota Batam

 

Pewarta: Frislidia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019