Tranformasi di atas diharapkan dapat mengurangi biaya logistik Indonesia sebesar 13,5 persen dari PDB sektor industri dan khususnya meningkatkan indeks kinerja logistik Indonesia yang saat ini masih berada di bawah negara Asia lainnya
Jakarta (ANTARA) - Transformasi logistik 4.0 diharapkan dapat ikut menurunkan biaya logistik Indonesia yang saat ini masih mencapai 24 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono dalam seminar bertajuk “Membangun Rantai Pasok Nasional Terintegrasi Berbasis Platform Logistik 4.0” di Jakarta, Rabu, mengatakan fenomena revolusi industri 4.0 juga telah ikut mentransformasi sektor logistik.

Transformasi di sektor logistik meliputi munculnya teknologinaeperti physical internet, standar IT, data analytics, cloud, blockchain, robotik dan automasi, yang semuanya berdampak pada digitalisasi logistik dan rantai pasok.

"Logistik 4.0 akan mendorong perubahan metode dan cara pertukaran data antar ekosistem logistik dari pertukaran data bilateral yang kurang efisien menjadi platform digital yang meningkatkan keamanan dan kemudahan akses pada informasi 'end-to-end' rantai pasok," katanya.

Logistik 4.0 juga diyakini akan meningkatkan kepastian atas keaslian dan imutabilitas dokumen digital, meningkatkan kolaborasi ekosistem dan kepercayaan alur kerja lintas organisasi.

Selanjutnya, logistik 4.0 juga akan mendorong penurunan biaya administrasi yang jauh lebih murah dan mengeliminasi biaya untuk memindahkan dokumen fisik lintas batas internasional.

"Tranformasi di atas diharapkan dapat mengurangi biaya logistik Indonesia sebesar 13,5 persen dari PDB sektor industri dan khususnya meningkatkan indeks kinerja logistik Indonesia yang saat ini masih berada di bawah negara Asia lainnya," katanya.

Kemenperin mengharapkan agar para pemangku kepentingan dalam ekosistem logistik dapat berkolaborasi untuk mengembangkan platform logistik 4.0 Indonesia berbasis blockchain, cloud, big data, dan IoT untuk meningkatan kelancaran aliran material (barang dan jasa), aliran finansial, dan aliran informasi/digital secara efektif dan efisien.

Dengan demikian, Indonesia dapat mencapai visi Making Indonesia 4.0 menjadi top 10 ekonomi dunia pada 2030.

"Untuk itu, diperlukan komitmen bersama para pemangku kepentingan logistik Indonesia dan penyusunan rencana aksi nyata dalam bentuk 'pilot project' yang seyogyanya mulai dilaksanakan pada tahun 2020," imbuhnya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan Sugihadjo  mengatakan biaya logistik di Indonesia memang masih cukup tinggi, yakni sekitar 23,5 persen dari PDB pada 2014-2017.

"Jika dibandingkan 2013, ada penurunan 2,2 persen dari sebelumnya 25,7 persen. Harapannya dengan penurunan biaya logistik ini, maka daya saing kita akan meningkat," katanya.

Baca juga: Kadin berharap tim menteri ekonomi baru bisa tekan biaya logistik

Baca juga: Pusat Logistik Berikat berkontribusi turunkan biaya logistik

Baca juga: Luhut: pelabuhan terintegrasi tekan biaya logistik hingga 45 persen

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019