Semarang (ANTARA) - Pakar keamanan siber dari Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) Doktor Pratama Persadha menyebut Palapa Ring Timur atau Tol Langit dapat meningkatkan ekonomi digital di kawasan timur Indonesia.

"Keberadaan Palapa Ring Timur ini bisa menggairahkan ekonomi digital di sana. Bahkan, banyak peluang untuk membawa Indonesia bagian timur menjadi primadona wisata dan ekonomi digital tanah air," kata Pratama Persadha melalui surat elektroniknya kepada ANTARA di Semarang, Senin malam.

Apalagi, lanjut Pratama, Palapa Ring Timur memiliki infrastruktur jaringan sepanjang 6.878 kilometer serat optik darat dan bawah laut, serta segmen jaringan radio microwave sebanyak 49 hop.

Baca juga: Rudiantara: Palapa Ring Timur selesai

Secara total, proyek Palapa Ring menghubungkan 90 kabupaten/kota yang terdiri atas 57 kabupaten/kota layanan dan 33 kabupaten/kota interkoneksi melalui jaringan kabel serat optik sepanjang 12.148 km yang terdiri atas kabel optik darat dan bawah laut serta segmen jaringan radio microwave sebanyak 55 hop.

Pratama yang juga Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi CISSReC mengemukakan hal itu ketika merespons pengumuman dari Pemerintah bahwa Tol Langit mulai beroperasi.

Tol Langit tersebut menjangkau 51 kabupaten/kota yang melalui empat provinsi, yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Papua, dan Papua Barat, terdiri atas 35 kabupaten/kota layanan dan 16 kabupaten/kota interkoneksi.

Baca juga: Menakar ekonomi digital lewat Palapa Ring

Pratama menyebutkan infrastruktur backbone yang ada di Palapa Ring Timur terdiri atas kabel serat optik darat, kabel serat optik bawah laut, dan radio microwave.

Menurut dia, ada sumber daya manusia (SDM) bertalenta yang belum terekspos selama ini. Begitu pula, lokasi wisata alam atau hal-hal menarik yang bisa dimaksimalkan dengan kecepatan internet yang merata di sana.

"Saya pikir tidak berhenti dengan menyediakan internet kencang saja, tetapi negara harus turut hadir untuk memberikan arahan apa saja yang bisa dilakukan," kata pria asal Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini.

Pratama yang juga dosen Etnografi Dunia Maya pada Program Studi S-2 Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berharap internet ini jangan sampai bernasib seperti fasilitas olahraga untuk event internasional yang kemudian terbengkalai setelah kegiatan selesai.

"Pemerintah harus memaksimalkan penggunaannya, baik dari sisi ekonomi maupun SDM," kata Pratama yang pernah sebagai Pelaksana Tugas Direktur Pengamanan Sinyal Lemsaneg (sekarang Badan Siber dan Sandi Negara/BSSN).

Sementara itu, dari sisi birokrasi sendiri, lanjut dia, tentu Palapa Ring seharusnya bisa menjadi solusi e-Government seperti yang selalu disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo.

Dengan Palapa Ring Timur ini, menurut Pratama, akan mempercepat penambahan pemakai internet di Tanah Air. Bahkan, dia memperkirakan tembus ke angka 200 juta di akhir tahun 2020.

"Ini ada potensi ekonomi, apalagi data sekarang lebih bernilai dibandingkan minyak bumi," katanya.

Perlu diketahui bahwa potensi ekonomi digital Indonesia 2019 menurut Google mencapai 40 miliar dolar AS atau di atas Thailand 16 miliar dolar AS dan Singapura 12 miliar dolar.

"Bahkan, menurut Google, potensi ekonomi digital tanah air pada tahun 2025 mencapai puncaknya dengan 133 miliar dolar AS," kata Pratama Persadha.

Pewarta: D.Dj. Kliwantoro
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019