Budi Waseso pesimis bahwa BUMN sektor pangan tersebut tidak mencapai target penyaluran hingga akhir tahun karena kejahatan yang dilakukan oknum atau mafia penyalur beras BPNT.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyebut realisasi penyaluran beras untuk Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) baru mencapai 30.000 ton dari alokasi yang sudah disiapkan sebesar 700.000 ton hingga akhir tahun 2019.

Budi Waseso pesimis bahwa BUMN sektor pangan tersebut tidak mencapai target penyaluran hingga akhir tahun karena kejahatan yang dilakukan oknum atau mafia penyalur beras BPNT.

"Saya sudah menyiapkan 700.000 ton sampai Desember, hari ini baru terealisasi 30.000 ton karena hambatan itu tadi. Ini bukti nyata, harusnya mungkin hari ini setidaknya sudah terealisasi 150.000-an ton," katanya pada konferensi pers di Kantor Perum Bulog di Jakarta, Senin.

Buwas mengungkapkan salah satu modus penyimpangan yang dilakukan para penyalur beras BPNT adalah dengan melakukan kampanye negatif terhadap beras produksi Bulog.
Baca juga: Bulog sebut kerugian negara akibat ulah mafia BPNT Rp5 triliun

Oknum melakukan manipulasi dengan cara menukar beras Bulog dengan beras lain yang kualitasnya lebih rendah ke dalam kantung bermerek Bulog. Akibatnya, masyarakat penerima bantuan terkecoh dan mengira bahwa beras bermutu rendah, yakni bau, berkutu dan kusam, adalah beras produksi Bulog.

Buwas menjamin bahwa beras yang disalurkan untuk program BPNT adalah produk yang berkualitas. Ia mengungkapkan bahwa karung beras berlogo Bulog diperjualbelikan secara bebas di situs online dengan harga Rp1.000 per karung.

Selain itu, oknum penyalur juga membuat video rekayasa seolah-olah Bulog mendistribusikan beras berkualitas rendah, yakni berkutu dan bau, untuk Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Video yang diduga terjadi di wilayah Jawa Tengah tersebut pun diviralkan untuk mengelabui masyarakat.

"Rekaman video itu diviralkan di Youtube, dan itu salah satu bentuk reaksi mereka (mafia), jelas indikasi rekayasa. Ini yang bekerja nanti 'cyber crime' karena penyimpangannya juga triliunan, harus kita lawan," kata Buwas.
Baca juga: Budi Waseso bakal bongkar kejahatan oknum penyalur beras BPNT

Dengan kondisi tersebut, Bulog pun sulit untuk memasuki segmen pasar BPNT karena citra produk beras yang tidak bermutu tersebut. Buwas memprediksi dengan hambatan yang terus terjadi ini, Bulog hanya akan mampu menyalurkan beras sekitar 90.000 ton hingga akhir tahun.

"Saya minta bantuan agar mafia tidak kurang ajar terus. Paling-paling kalau terus begini, cuma tersalur 90.000 ton," kata dia.

Buwas menambahkan berdasarkan hasil penelusuran di lapangan, kasus penyimpangan penyaluran beras BPNT ini hampir terjadi di semua wilayah Indonesia, tidak terkecuali paling banyak ditemukan di DKI Jakarta dan Pulau Jawa.
Baca juga: Kurang diminati, Bulog perlu inovasi agar berasnya terserap BPNT

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019