Sampai pagi ini, tim kita telah mendirikan posko di Kebun Raya Baturraden,
Purwokerto (ANTARA) - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di lereng sebelah Barat Gunung Slamet, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, merambat ke wilayah Banyumas, kata Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 0701/Banyumas Letnan Kolonel Infanteri Chandra.

"Sudah dua hari ini (karhutla) masuk ke wilayah kita melalui Kaligua (Brebes, red.) ke Cilongok (Banyumas, red.) merupakan rembesan dari Brebes dan Tegal, tindak lanjutnya ke Selatan, mengarah ke wilayah kita, masuk di Petak 58D, itu wilayah Perhutani. Kemudian di situ yang terdampak hutan lindung, sehingga sangat perlu dilakukan penanganan segera," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Sabtu.

Menurut dia, penanganan tersebut perlu dilakukan segera karena tentu saja mengganggu ekosistem yang ada di hutan lindung itu.

Baca juga: Karhutla di Gunung Slamet berkobar di lereng barat-selatan

Ia mengemukakan pihaknya pada hari Jumat (20/9) hingga Sabtu (21/9) pagi telah memberangkatkan tiga tim ke lokasi kejadian karhutla.

"Tim pertama kita berangkatkan pada hari Jumat (20/9), pukul 16.00 WIB, di Kalipagu (Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden, Banyumas), tapi naiknya dari Kebun Raya Baturraden. Itu berjumlah 18 orang terdiri atas BPBD, TNI, Polri, masyarakat sekitar," jelasnya.

Selanjutnya pada pukul 23.30 WIB, tambah dia kembali diberangkatkan tim kedua berjumlah 31 orang melalui rute yang sama untuk memperkuat tim pertama.

"Sampai tadi malam sudah sampai di Check Point 2, kemudian melakukan kegiatan pembuatan sekat. Hal ini dilakukan agar api itu tidak merambat lagi ke sektor yang nantinya akan dilalui. Kemudian di sana ditemui sudah ada asap, debu, sehingga dimungkinkan api akan melewati wilayah itu," jelasnya.

Ia mengatakan pada Sabtu (21/9) pagi diberangkatkan tim ketiga sejumlah 41 orang untuk mengantisipasi atau menutup jalur lain yang kemungkinan akan dilewati api jika tim kedua tidak bisa mengatasinya.

Hingga saat ini, ujar dia penanganan masih berlangsung serta pihaknya bersama Bupati Banyumas, Kapolres Banyumas, dan BPBD Kabupaten Banyumas terus memantau perkembangan.

"Sampai pagi ini, tim kita telah mendirikan posko di Kebun Raya Baturraden. Perkembangan nanti akan kita laporkan karena memang agak sulit mencapai atau melihat titik api tersebut. Ini nanti kita berupaya menggunakan drone, kita punya drone yang (jangkauannya) sampai 10 kilometer," terangnya.

Baca juga: Kebakaran hutan lereng Gunung Slamet berhasil dipadamkan

Ia menyebutkan sebagai tindak lanjut penanganan karhutla di lereng Gunung Slamet, pada hari Minggu akan dilakukan rapat bersama yang melibatkan lima kabupaten terdampak, yakni Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes.

Lebih lanjut, Candra mengakui dalam penanganan karhutla tersebut difokuskan dengan cara membuat sekat karena kejadiannya di hutan rimba dengan medan yang sangat berat dan banyak jurang.

Dalam pembuatan sekat, kata dia pihaknya membuat perkiraan-perkiraan jalur yang akan dilalui api sehingga diharapkan dapat terisolasi.

"Ini langkah-langkah yang kita sudah kita lakukan termasuk menyiapkan medis di Check Point 0, pembuatan posko, kemudian sukarelawan juga kita siapkan di posko," tambahnya.

Saat ditanya mengenai jarak posko menuju lokasi kebakaran, dia mengemukakan berdasarkan estimasi dan informasi dari masyarakat jika berjalan kali membutuhkan waktu sekitar delapan jam perjalanan.

"Tim pertama sampai di Check Point 2 itu enam jam. Untuk menuju lokasi yang kita rencanakan membuat posko itu kemungkinan sampai delapan jam," lanjutnya.

Ia menjelaskan pihaknya akan terus memantau perkembangan penanganan karhutla di lereng Barat-Selatan Gunung Slamet yang diharapkan tidak meluas ke hutan rimba dan tidak lagi merambat hingga ke Purbalingga lagi.

Dalam hal ini, hutan di lereng sebelah timur Gunung Slamet yang masuk wilayah Kabupaten Purbalingga sempat mengalami kebakaran pada pertengahan bulan September 2019.

Baca juga: Surono: Peningkatan aktivitas Gunung Slamet tidak perlu dikhawatirkan

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019