Makassar (ANTARA) - Direktur Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Selatan Endang Kurnia Saputra mengatakan, 90 persen potensi cadangan bahan tambang nikel dunia berada di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua).

"Potensi ini harus menjadi kekuatan, kita bisa jadi negara dengan teknologi industri yang baik," kata Endang di Makassar, Jumat.

Hanya saja, menurut Endang syaratnya berat karena harus menguasai teknologi dan pemerintah harus memiliki visi untuk penguasaan teknologi untuk memproduksi baterai-baterai lithium yang berbahan dasar nikel.

Baca juga: Setelah nikel, pemerintah kaji percepatan larangan ekspor mineral lain

Dia mengatakan, pemerintah harus dapat memanfaatkan teknologi agar ke depan dapat memproduksi bateraii lithium yang merupakan kebutuhan bahan bakar mobil elektrik.

Mobil elektrik ini yang akan berkembang pesat di dunia pada masa mendatang sebagai tuntutan pengurangan bahan bakar minyak (BBM) dan pengadaan mobil yang ramah lingkungan.

Baca juga: Kembangkan mobil listrik, 1 Januari 2020 tidak ada lagi ekspor nikel

Berkaitan dengan hal tersebut, kata Endang, pemerintah harus menciptakan banyak insinyur-insinyur yang menguasai teknologi untuk mendukung produksi baterai lithium secara masif.

"Sumber Daya Alam (SDA) yang banyak tidak cukup tanpa penguasaan teknologi. Tidak ada satu negara maju di dunia tanpa ada dukungan dan pengusaan teknologi," katanya.

Karena itu, lanjut dia, syarat mutlak yang harus disiapkan adalah SDM yang memiliki kompetensi dalam menguasai teknologi, agar kedepan Indonesia dapat menjadi pemain yang menguasai pasar bukan hanya penonton saja.

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019