Ada banyak angka besar di sini, tetapi itu semua ada pada angka impor, yang cukup mengesankan.
New York (ANTARA) - Harga minyak naik hampir dua persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah penurunan yang lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak mentah AS membantu meredakan kekhawatiran tentang melemahnya permintaan minyak yang disebabkan oleh perang perdagangan antara Washington dan Beijing.

Patokan global, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober bertambah 0,98 dolar AS atau 1,7 persen menjadi ditutup pada 60,49 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober naik 0,85 dolar AS atau 1,6 persen menjadi menetap pada 55,78 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Persediaan minyak mentah AS turun minggu lalu sebesar 10 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk penurunan 2,1 juta barel, karena impor melambat, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan.

"Ada banyak angka besar di sini, tetapi itu semua ada pada angka impor, yang cukup mengesankan," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.

Impor minyak mentah bersih AS turun 1,51 juta barel per hari menjadi 2,9 juta barel per hari, sementara impor di wilayah Gulf Coast turun ke rekor terendahnya di 1,2 juta barel per hari. Selama empat minggu terakhir, impor minyak mentah rata-rata sekitar tujuh juta barel per hari, 12,3 persen lebih rendah dari periode empat minggu yang sama tahun lalu.

Stok bensin AS juga turun 2,1 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 388.000 barel.

"Itu adalah laporan yang sangat bullish, salah satu yang lebih bullish yang kami miliki dalam beberapa saat, dengan menarik seluruh papan dan tentu saja penurunan minyak mentah besar-besaran, yang dihasilkan oleh penurunan impor lainnya," kata John Kilduff, seorang partner di Again Capital di New York. Penurunan itu kemungkinan karena penurunan ekspor Saudi ke AS, kata Kilduff.

Kegelisahan Brexit mengangkat dolar AS, yang umumnya bergerak terbalik dengan harga minyak, yang membatasi kenaikan minyak, kata Kilduff.

Dolar AS menguat ketika Perdana Menteri Boris Johnson bergerak untuk menangguhkan parlemen Inggris selama lebih dari sebulan sebelum Brexit, membuat marah lawan politiknya dan meningkatkan pertaruhan dalam krisis politik paling serius di negara itu dalam beberapa dekade.

Kekhawatiran tentang dampak perang tarif AS-China terhadap permintaan juga menahan harga minyak dari kenaikan lebih tinggi.

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Senin (26/8/2019) bahwa ia percaya China tulus tentang keinginan untuk mencapai kesepakatan perdagangan, sementara Wakil Perdana Menteri China Liu He mengatakan China bersedia untuk menyelesaikan perselisihan melalui negosiasi "tenang".

Namun demikian, pada Selasa (27/8/2019), kekhawatiran muncul kembali setelah kementerian luar negeri China mengatakan belum mendengar ada pembicaraan melalui telepon baru-baru ini antara Amerika Serikat dan China tentang perdagangan, dan bahwa pihaknya berharap Washington dapat menciptakan kondisi untuk pembicaraan.

Harga minyak mentah telah jatuh sekitar seperlima dari tertinggi tahun 2019 yang dicapai pada April, sebagian karena kekhawatiran bahwa perang perdagangan merugikan ekonomi global dan dapat mengurangi permintaan minyak.

Morgan Stanley pada Rabu (28/8/2019) menurunkan prospek harga untuk sisa tahun ini, untuk Brent menjadi sekitar 60 dolar AS per barel dari 65 dolar AS, serta untuk minyak mentah AS menjadi 55 dolar AS per barel dari 58 dolar AS ketika ia menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan untuk tahun ini dan berikutnya.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019