Jakarta (ANTARA News) - Hingga Agustus 2019, Kabupaten Jayapura hanya punya satu pelabuhan udara di Sentani. Bandara ini menjadi pintu masuk serta keluar dari dan ke berbagai daerah di Papua serta daerah lain di Indonesia. Belum ada bandar udara alternatif untuk menyangga Bandar Udara Sentani. Jumlah penerbangan komersil untuk mengangkut manusia, dan barang kian hari terus meningkat. Sementara pelabuhan laut masih dalam proses pembangunan.

Begitupun tempat-tempat penginapan seperti hotel, restauran dan lainnya juga sedang dalam proses pembangunan. Promosi pariwisata di Kabupaten Jayapura sudah digencarkan sejak tahun 2008 melalui Festival Danau Sentani, Festival Bahari Teluk Tanah Merah, dan berbagai event lainnya.

Berdasarkan potensi sumberdaya alam yang ada, Kabupaten Jayapura tidak hanya akan menjadi kota jasa dan pariwisata, tetapi juga akan menjadi kota industri. Kabupaten Jayapura berpotensi menjadi kota industri karena memiliki sumberdaya alam di bidang: pariwisata, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan dan peternakan, yang hingga kini belum dikelola.

Selama ini sudah banyak pemilik modal yang masuk melihat potensi sumberdaya alam di Kabupaten Jayapura, tetapi baru sebatas datang melihat-lihat situasi.

Oleh karena itu, untuk mendorong masuknya investasi dan percepatan pertumbuhan ekonomi rakyat, Mathius Awoitauw sebagai Bupati Jayapura mencanangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pertama di Papua, yang telah diresmikan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo pada bulan Mei 2015.

Menurut Mathius, Jayapura dan Papua secara umum memiliki sumberdaya alam yang banyak, tetapi infrastruktur transportasinya tidak ada, maka semua kekayaan yang ada itu tidak akan memberi manfaat bagi kehidupan rakyat. Sumberdaya alam yang kaya bisa berarti untuk kesejahteraan rakyat dan kemajuan pembangunan daerah, jika ada infrastruktur transportasi, seperti jalan darat, pelabuhan laut, dan pelabuhan udaranya sudah terbangun.

Hanya dengan terbangunnya infrastruktur transportasi: jalan darat, jembatan, pelabuhan laut, dan bandar udara yang bisa memperlancar arus masuk dan keluarnya manusia, barang dan jasa. Dengan demikian, ekonomi tumbuh dan masyarakat bisa sejahtera karena punya penghasilan.

Kawasan Ekonomi Khusus itu berlokasi di wilayah Distrik Depapre. Di lahan seluas sekitar 20 hektar yang terletak di bibir pantai Teluk Tanah Merah itu dibangun pelabuhan khusus peti kemas untuk memperlancar ekspor dan impor barang-barang dari Papua ke berbagai daerah di Indonesia maupun sebaliknya.

Di lokasi KEK itu tidak hanya membangun pelabuhan, tetapi juga akan dilengkapi dengan pergudangan, perkantoran, lahan penampungan kontainer, terminal kendaraan roda empat serta berbagai sarana dan prasarana penunjang lainnya. Jika pelabuhan peti kemas itu sudah beroperasi, maka seluruh kapal cargo yang selama ini masuk di pelabuhan laut Yarmoch di Kota Jayapura akan dialihkan ke pelabuhan laut Kabupaten Jayapura di Teluk Tanah Merah Distrik Depapre. Dan hanya kapal-kapal penumpang yang masuk ke pelabuhan Yarmoch.

Dalam jangka panjang, pelabuhan peti kemas Depapre atau KEK ini akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, yang manfaatnya tidak hanya untuk Kabupaten Jayapura, tetapi juga bagi kabupaten-kabupaten lain di sekitarnya. Seperti Kota Jayapura, Keerom, Sarmi, Mamberamo Raya, Yalimo, Jayawijaya, Pegunungan Bintang dan beberapa kabupaten lainnya di wilayah Pegunungan Tengah Papua. Pelabuhan peti kemas Depapre akan menjadi penyangga pelabuhan laut Makassar untuk wilayah Timur Indonesia.

Sebagai penunjang beroperasinya Kawasan Ekonomi Khusus Papua, pemerintah juga membangun jalan darat dua jalur yang menghubungkan Depapre - Sentani dan kota Jayapura, serta Jalan Trans Papua yang dibangun dari Jayapura ke Kabupaten: Keerom, Sarmi, Jayawijaya, Yalimo, Pegunungan Bintang, Boven Digoel dan Merauke.

Jalan trans Papua yang akan menghubungkan antar kabupaten-kabupaten tersebut sudah dibangun pemerintah sejak beberapa tahun silam. Jika kelak jalan trans Papua dan pelabuhan peti kemas di Depapre ini tuntas terbangun, maka akan mempercepat arus mobilisasi: manusia, barang dan jasa dengan mudah, murah dan lancar. Dan sekaligus diharapkan agar harga berbagai kebutuhan pokok yang melangit di Papua selama ini bisa dikendalikan.

Bupati Jayapura Mathius Awoitauw menggagas penetapan Kabupaten Jayapura sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di Papua bukan tanpa dasar. Kabupaten Jayapura memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat kaya dan kalau semua itu dikelola, maka akan mendatangkan devisa yang paling besar untuk kemajuan daerah. Dan banyak orang dipastikan akan datang mencari penghidupan yang layak di Kabupaten Jayapura. Mereka yang akan datang ini entah sebagai pencari kerja maupun sebagai pemilik modal yang hendak berinvestasi.

Untuk membuktikan bahwa Kabupaten Jayapura pantas menjadi Kawasan Ekonomi Khusus untuk menuju kota jasa, maka pemerintah daerah sudah melakukan berbagai aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah maupun oleh investor. Beberapa diantaranya: pertama, Bandar Udara Sentani, akan terus dikembangkan hingga menjadi bandara berskala internasional. Kedua, Penyelenggaraan festival budaya secara rutin yang sudah dimulai sejak tahun 2008 untuk mendorong tumbuhnya industri pariwisata di Kabupaten Jayapura. Ketiga, Pengakuan terhadap eksistensi masyarakat adat agar tidak dianggap sebagai penghambat, tetapi menjadi pelaku pembangunan di Kabupaten Jayapura. Keempat, Pembangunan pelabuhan peti kemas terbesar kedua di kawasan Timur Indonesia setelah Makassar di Distrik Depapre.

Kelima, pembangunan pabrik semen, yang ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2019. Pembangunan pabrik semen ini guna memenuhi kebutuhan semen untuk pembangunan di kawasan Timur Indonesia terutama Tanah Papua, Kepulauan Maluku, kawasan negara Papua New Guinea dan sekitarnya. 

Keenam, Perkebunan kelapa sawit di wilayah Lereh, Tajah, Unurum Guay dan sekitarnya. Ketujuh, Pusat pengelolaan perikanan laut di perairan Teluk Tanah Merah hingga Demta atas kerjasama pemerintah Swedia. Juga pembudidayaan perikanan darat (ikan air tawar) di Danau Sentani dan sekitarnya.

Ke delapan, pengelolaan kayu di hutan di wilayah Kabupaten Jayapura untuk ekspor dan kebutuhan lokal. Ke Sembilan, Pengelolaan tanaman kakao. Sepuluh, Pengelolaan lahan untuk tanaman padi, kedelai, singkong, jeruk dan lainnya. Dan sebelas, pembangunan pusat tenaga listrik: Pembangkit Listrik Tenaga Air di Urum Guay untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi industri dan rumah tangga di Jayapura, Keerom, Sarmi dan sekitarnya.

Jika ke-sebelas hal tersebut di atas berkembang dengan baik, maka akan terbuka lapangan kerja yang lebih luas dan akan mendatangkan devisa bagi Kabupaten Jayapura dan Papua secara umum.(ADV)

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019