Mataram (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan pelatihan bagi 100 orang dosen dari perguruan tinggi negeri dan swasta di Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, mengenai industri keuangan nonbank (IKNB) syariah agar mereka bisa lebih memahami sektor tersebut.

"Ini adalah salah satu cara yang sedang dan terus diperjuangkan oleh OJK dalam rangka meningkatkan akselerasi terutama pemahaman dan pengetahuan tentang IKNB syariah," kata Kepala Departemen Pengawasan IKNB 2B OJK, Bambang W Budiawan, saat penutupan "training of trainers" (TOT) IKNB syariah di Universitas Muhammadiyah Mataram, Kamis.

NTB, kata dia, merupakan daerah ketujuh yang mendapatkan pelatihan tentang IKNB syariah dari OJK. Provinsi itu dipilih karena tingkat literasi IKNB syariah masih relatif rendah berdasarkan hasil survei.

Selan itu, NTB merupakan provinsi yang memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri keuangan syariah karena mayoritas penduduknya muslim. Tidak heran, lembaga perbankan sudah lebih dulu membuka layanan syariah. Salah satunya Bank NTB Syariah yang sebelumnya menerapkan layanan konvensional.

"Mestinya IKNB juga bersyariah karena lembaga jasa keuangan tersebut spesifik nonbank. Ada asuransi, dana pensiun, pembiayaan, penjaminan dan ada pegadaian, bahkan lembaga keuangan mikro dan industri keuangan nonbank lain," ujarnya.

Menurut dia, NTB sangat potensial untuk disyariahkan dalam hal industri jasa keuangan. Namun upaya tersebut tidak mudah karena tantangan permintaan masyarakat yang masih belum begitu besar.

Oleh sebab itu, kata Bambang, yang perlu didorong adalah sisi permintaan, bukan hanya dari sisi penawaran saja seperti yang selama ini terjadi.

"Itu kewajiban peserta yang di TOT hari ini, untuk menyampaikan syiar Islam yang sudah diperoleh. Ini harus menjadi gerakan yang tidak boleh terputus. Mungkin kita tidak bisa masif tapi tidak boleh putus meskipun ada keterbatasan daerah geografis daerah kepulauan dan kendala teknis lainnya," kata Bambang.

Sementara itu, Kepala OJK NTB Farid Falatehan menyebutkan tingkat literasi keuangan syariah di NTB masih di kisaran lima persen, termasuk juga pemahaman para mahasiswa relatif kecil.

Meskipun demikian, perkembangan industri keuangan syariah di NTB terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu juga dibuktikan dengan pertumbuhan aset yang mencapai 21,48 persen pada periode Januari-Juni 2019.

Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan aset perbankan konvensional sebesar 4,72 persen pada periode yang sama.

Demikian juga dengan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan syariah mencapai 25,8 persen, sedangkan perbankan konvensional justru tumbuh negatif sebesar minus 1 persen pada semester I-2019.

Dari sisi penyaluran pembiayaan perbankan syariah juga tumbuh 5,72 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kredit yang disalurkan perbankan konvensional yang tumbuh 4,07 persen pada semester I-2019.

"Pertumbuhan perbankan syariah di NTB selalu di atas konvensional, dan angka nasional. Itu menunjukkan bahwa tingkat literasi dan inklusi warga NTB tentang industri keuangan syariah terus membaik dari tahun ke tahun.

Farid juga berharap melalui TOT IKNB syariah yang diberikan kepada dosen dari seluruh perguruan tinggi negeri dan swasta di NTB, akan memberikan dampak terhadap peningkatan literasi dan inklusi industri keuangan syariah di provinsi yang dijuluki Pulau Seribu Masjid tersebut.

Baca juga: OJK dorong BPR Syariah berkolaborasi hadapi era industri 4.0
Baca juga: Lembaga keuangan syariah didorong bantu pembiayaan industri halal
Baca juga: BI : Indonesia harus kejar ketertinggalan industri syariah

Pewarta: Awaludin
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019