Jakarta (ANTARA) - Pusat Litbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan dari Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meluncurkan desain lanskap mitigasi pencemaran timbal di kawasan industri.

Desain lanskap tersebut diterapkan dengan menanam pohon jenis mahoni (Swietenia macrophylla), Flamboyan (Delonix regia), Pinus (Pinus merkusii). Peluncuran desain lanskap mitigasi pencemaran timbal di kawasan industri disampaikan pada Festival Riset Hutan Tropis dan Lingkungan Hidup di Serpong, Selasa.

Kepala P3KLL Herman Hermawan menyatakan sampai dengan saat ini pihaknya masih melakukan monitoring efektivitas tanaman dalam mitigasi dampak pencemaran timbal di udara di sekitar kawasan industri.

Untuk penanganan pencemaran timbal ini P3KLL bersinergi dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas Indonesia (FKM-UI), Pusat Sains dan Teknologi Nuklir-Badan Tenaga Nuklir Nasional (PSTN-BATAN), serta Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), ujar Herman .

Adapun kegiatan ini dilatarbelakangi oleh hasil penelitian P3KLL beberapa tahun terakhir yang menunjukkan bahwa sumber pencemaran timbel saat ini didominasi dari aktivitas peleburan aki bekas. Peleburan aki bekas yang masih banyak ditemui menjadi sumber utama pencemaran timbel, baik melalui udara, air, dan tanah.

Penelitian yang dilakukan P3KLL dan PSTNT-BATAN pada 2011 menunjukkan Pb di udara ambien di Cinangka Kabupaten Bogor yaitu 5,186 g/m3; di Parung Panjang Kabupaten Bogor 17,503 g/m3; serta di Manis Jaya, Kabupaten Tangerang 4,142 g/m3. Angka tersebut menunjukkan hasil konsentrasi Pb telah melampaui baku mutu berdasarkan PP 41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara yaitu 2 g/m3 rata-rata 24 jam.

Berikutnya, tahun 2015 hasil penelitian P3KLL menunjukkan rata-rata kadar timbal (Pb) dalam darah 60 siswa SD di sekitar pabrik peleburan aki bekas di Desa Kadu, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang adalah 39,18 g/dL. Sementara itu rata-rata kadar timbal dalam darah 69 siswa SD di sekitar pabrik peleburan aki bekas di Kabupaten Lamongan Jawa Timur adalah 11,76 g/dL. Angka tersebut melebihi baku mutu yang ditetapkan WHO yaitu 5 g/dL.

Tahun 2016, ia mengatakan kembali dilakukan pengukuran kadar Pb dalam darah pada 64 siswa sekolah SD di lokasi yang sama di Desa Kadu, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang masih diperoleh kadar Pb rata-rata 32,0 g/dL. Angka menunjukkan penurunan, namun tetap masih tinggi melebihi baku mutu WHO.

Hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dari riset PSTNT BATAN yang menunjukkan tingginya konsentrasi Pb di udara ambien di lokasi tersebut.

Yang terbaru, ia mengatakan penelitian yang dilakukan P3KLL tahun 2018 menunjukkan bahwa emiten timbal masih ditemukan dari beberapa kawasan industri, khususnya industri peleburan aki.

Pada 21 Februari 2019, P3KLL melakukan pengambilan contoh uji di daerah Cinangka dan Parung Panjang Kabupaten Bogor. Hasilnya diketahui kadar timbal dalam tanah di sekitar lokasi daur ulang aki bekas di daerah Cinangka adalah 14393 mg/Kg; timbal di dalam tanah di sekitar lokasi daur ulang aki bekas di Parungpanjang yaitu 10421 mg/Kg; di lokasi bekas pembakaran aki bekas 12288 mg/Kg; serta Pb dalam tanah sawah di Parung panjang yaitu 1634 mg/Kg.

Untuk kadar timbal dalam daun di Cinangka Bogor berkisar 48-577 mg/Kg, dan daun di Parung Panjang berkisar 1,2-132 mg/Kg.

Menurut penelitian M. Santoso, Marselina, Lestiani dan Mukhtar di 2016, tingginya konsentrasi Pb yang terdapat pada partikulat halus sangat berbahaya untuk masyarakat sekitarnya karena dampak yang diakibatkan sangat berpengaruh pada kesehatan manusia bahkan dapat menyebabkan kematian.

Apabila Pb yang terdapat di udara terhisap dan terakumulasi lebih dari 10 g/dL pada seorang anak dapat mengakibatkan menurunnya tingkat intelensia, learning disability, mengalami anemia, hambatan pertumbuhan, perkembangan kognitif buruk, sistem kekebalan tubuh yang lemah dan gejala autis, bahkan kematian dini.

Sementara itu, penelitian oleh Safrudin, Krisnawati dan Mahalana di tahun 2011 juga menyatakan dampak negatif pencemaran timbal juga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti gangguan fungsi pernafasan, hipertensi, disfungsi ginjal, kanker, serta jantung koroner.

Penelitian Hidayat, Fauzi dan Hindratmo di tahun 2019 menyatakan berdasarkan pengukuran kadar timbal dalam daun mengindikasikan bahwa semakin dekat dengan kawasan pabrik, kadar timbel semakin meningkat secara signifikan.

Tingginya konsentrasi Pb pada partikulat halus juga dapat menjadi indikator terdapatnya sumber yang memiliki aktivitas mengemisikan Pb di sekitar lokasi tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil survei yang menunjukkan terdapatnya aktivitas pengolahan aki bekas sejak beberapa tahun terakhir.

Penelitian Marselina di 2012 menunjukkan kegiatan pengolahan tersebut di dominasi oleh kegiatan aki bekas untuk memperoleh kembali logam timbalnya. Kegiatan pengolahan ini dilakukan dengan membuka lahan hutan yang tidak terlalu jauh dari perumahan penduduk.

Kegiatan ini umumnya dilakukan pada malam hari hingga dini hari dan tidak memiliki sarana pengendalian pencemaran udara seperti sarana pengendalian partikulat yang dihasilkan dari sisa pembakaran aku bekas.

Baca juga: Dinas LH DKI: 47 perusahaan dijatuhi sanksi pencemaran lingkungan

Baca juga: Dinas LH DKI inspeksi industri dengan cerobong asap


Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019