Mengonsumsi ikan mampu atasi gizi buruk
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mengupayakan peningkatan konsumsi ikan dari dalam negeri dalam rangka melesatkan kinerja sektor kelautan dan perikanan sekaligus menuju visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

"Mengonsumsi ikan mampu atasi gizi buruk. Makanya, kami akan terus mengajak masyarakat terus makan ikan, terutama daerah yang tingkat konsumsinya masih rendah," kata Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut Aryo Hanggono, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, KKP terus gencar melakukan sosialisasi Program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) ke daerah-daerah yang tingkat konsumsi ikannya masih rendah, sebagai upaya guna mendongkrak konsumsi ikan domestik.

Aryo mengingatkan bahwa peningkatan konsumsi ikan ini menjadi penting karena kandungan gizi pada ikan mampu mengatasi masalah hambatan pertumbuhan (stunting) yang melanda di beberapa daerah di Indonesia.

Ia mengungkapkan, saat ini baru tiga provinsi di Indonesia yang lepas dari masalah stunting, sehingga kegiatan seperti Safari Gemarikan juga harus terus dilaksanakan berkolaborasi dengan berbagai pihak.

Apalagi, menurut dia, di tengah jumlah penduduk yang terus meningkat, sangat penting menjaga ketahanan pangan.

Ikan menjadi salah satu bagian penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Oleh karena itu, ketersediaannya harus cukup, baik diperoleh dari perikanan tangkap maupun hasil budi daya.

Sebelumnya, Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja menyatakan perlunya pemantapan dan akselerasi terhadap konsep Indonesia sebagai poros maritim dunia untuk lima tahun ke depan.

"Kita berada pada posisi review dan pemantapan kembali. Jadi apa yang telah kita capai dalam lima tahun kemarin, kita mulai melakukan perbaikan, pemantapan dan akselerasi, perbaikan dari apa yang telah kita tata," kata Sjarief.

Ia berpendapat ada lima pilar utama dalam mewujudkan poros maritim, yakni pembangunan kembali budaya maritim Indonesia; menjaga dan mengelola sumber daya laut; infrastruktur dan konektivitas: diplomasi maritim; serta pertahanan dan keamanan.

Namun, lanjutnya, dalam pelaksanaannya, Indonesia masih mengalami berbagai kendala, antara lain IUU Fishing, penurunan minat rumah tangga nelayan, hingga stunting pada anak karena tidak mampu mengonsumsi ikan.

Lebih lanjut Sjarief mengatakan bahwa saat ini masyarakat Indonesia membutuhkan 50 kilogram ikan per orang per tahun. Dengan jumlah penduduk 260 juta, maka ikan yang harus disiapkan untuk konsumsi dalam negeri mencapai 12,8 juta ton per tahun.

Baca juga: Konsumsi Ikan di Sumbar naik sejak 10 tahun terakhir
Baca juga: Menteri Susi ajak masyarakat konsumsi ikan seperti orang Jepang

Baca juga: Menteri Susi sebut ironi, konsumsi ikan masyarakat Jambi rendah

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019