Jakarta (ANTARA) - Sejak Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengeluarkan imbauan pengurangan penggunaan kantong plastik sebagai wadah daging kurban pada Lebaran Haji 2019, mendadak besek menjadi perbincangan.

Tempat yang terbuat dari anyaman bambu bertutup bentuknya segi empat itu seolah menjadi primadona baru yang keberadaannya diburu.

Maklum saja karena selama ini sebagian besar masyarakat terbiasa menggunakan kantong plastik yang penggunaannya terkadang hanya sekali pakai.

Besek sendiri banyak digunakan di beberapa wilayah Pulau Jawa, seperti Yogyakarta untuk mengemas makanan ringan.

Celah-celah kecil yang ada pada besek membuat udara dapat keluar masuk. Hal Inilah yang kemudian membuat makanan yang ada di dalam besek menjadi tidak cepat basi.

Selain ramah lingkungan, penggunaan besek sebagai wadah pengganti kantong plastik karena kemampuannya yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

Tumbuhan itu masing-masing memiliki manfaat. Bambu ini bisa sebagai antibiotik. Dari hasil analisis, Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jawa Barat Pranyata Tangguh Waskita, strukturnya memang bisa menghambat bakteri.

Selain itu, besek memiliki pori besar yang baik untuk sirkulasi udara bagi daging. Pranyata Tangguh Waskita juga mengatakan bahwa penyimpanan daging dalam kantong plastik yang diikat akan membuat daging berada dalam keadaan hangat karena tidak ada sirkulasi udara. Kondisi itu membuat bakteri cepat tumbuh.

Baca juga: Besek bambu masih sulit ditemukan di sejumlah pasar

Upaya Distribusi

Imbauan Gubernur DKI Jakarta soal penggunaan besek direspons oleh Perumda Pasar Jaya yang mengupayakan distribusi ke wadah pengganti kantong plastik tersebut ke 75 pasar tradisional dan 37 toko ritel di bawah Pasar Jaya.

Awalnya, Pasar Jaya hanya menyalurkan sebanyak 20.000 besek ke 112 lokasi tersebut. Namun, karena permintaan yang tinggi akhirnya jumlah tersebut ditambah hingga mencapai 85.000 besek.

Menurut Kepala Humas PD Pasar Jaya Amanda Gita Dinanjar, itu tahap awal. Setelah pihaknya rilis, banyak yang pesan.

Amanda mengatakan bahwa masyarakat sudah bisa mendapatkan besek seharga Rp 2.000,00 tersebut di 112 titik distribusi di Jakarta sejaki Rabu (7/8).

"Iya, sudah ada di pasar-pasar. Mulai Minggu sudah kami droping," kata Amanda.

Perumda Pasar Jaya bahkan harus membeli besek sebagai wadah daging kurban dari pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di berbagai daerah, seperti Tasikmalaya, Yogyakarta, hingga Tulungagung.

Selain itu, kata Asisten Manager Usaha dan Operasi Pasar Kramat Jati Purnomo, pihaknya akan membagikan sebanyak 500 besek secara gratis untuk wadah daging kurban pada Iduladha 1440 Hijriah di mesjid sekitar area pasar.

Purnomo mengatakan besek tersebut akan dibagikan pada hari Minggu, pada hari-H Lebaran Besar 2019 untuk membagi hasil kurban 2 ekor sapi dan 10 ekor kambing.

Untuk pembeli besek, Pasar Kramat Jati Jakarta Timur akan menjual barang tersebut khusus untuk wadah daging kurban mulai Kamis (7/8).

Besek bambu wadah daging kurban tersebut dapat dibeli di Mini DC, minimarket Perumda Pasar Jaya di Pasar Kramat Jati.

Baca juga: Pasar Jaya berburu besek bambu di berbagai daerah

Sulit Ditemukan

Walaupun Perumda Pasar Jaya menyatakan bahwa besek sudah bisa didapatkan di 112 titik distribusi di Jakarta, mulai hari Rabu (7/8), kenyataannya tidak semua lokasi tersebut ditemukan penjual besek.

Berdasarkan pantauan di sejumlah lokasi, salah satunya di Pasar Pulo Gadung tidak ditemukan pedagang yang menjual besek.

"Di sini enggak ada yang dagang (besek)," kata Hadi, pedagang Pasar Gadung, Jakarta.

Wanita paruh baya itu tak menampik ada masyarakat yang menanyakan besek meski banyak yang harus kecewa karena tidak ada yang menjual.

"Kalau saya jualnya cuma tusuk satai, kipas, sama arang. Kalau mau mencari besek biasanya saya harus beli dahulu ke Jatinegara," katanya.

Kekosongan stok besek juga diungkapkan pedagang Pasar Klender SS (tidak mau disebut namanya). Menurut dia, sejak lama stok besek habis di pasar tersebut.

"Iya, saya tahu sekarang katanya pakai besek enggak boleh pakai kantong plastik. Akan tetapi, di sini sudah lama enggak ada barangnya," ujarnya.

Menurut dia, belum ada pengelola Pasar Jaya yang mendistribusikan stok besek ke tingkat pedagang di Pasar Klender SS.

Tak hanya itu, besek juga belum bisa ditemukan di Jakmart Sunan Giri yang dikelola oleh Pasar Jaya. Menurut Rizki, staf Jakmart Sunan Giri, pihaknya belum menerima pesanan besek.

"Kami sudah order, cuma belum dikirim dari sananya. Mungkin karena masih sibuk mengirim ke tempat lain," katanya.

Menurut dia, pelanggan yang datang ke Jakmart Sunan Giri juga tidak terlalu banyak yang menanyakan besek.

"Mungkin karena di sini orang tahunya pasar penjahit, jadi jarang yang nanya. Padahal, kami juga sebenarnya sudah kasih pengumuman di depan pasar," ungkap Rizki.

Baca juga: Permintaan tinggi, Pasar Jaya tambah pasokan besek bambu

Berkelanjutan

Sementara itu, anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta Ramly Muhammad mengatakan bahwa penggunaan besek untuk menggantikan plastik secara berkelanjutan, tidak berhenti pada momen Iduladha ketika pembagian daging kurban.

"Kalau mulai terapkan aturan, harus berlanjut. Itu juga harus dimasyarakatkan semua, dibumikan semua," katanya.

Wakil Ketua Komisi E itu mendukung langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang meminta warga menggunakan besek. Ia menyebut langkah tersebut sebagai terobosan baru untuk melindungi lingkungan dari pencemaran sampah plastik.

"Umumnya plastik itu sudah meracuni semuanya, termasuk ikan di laut. Kalau besek, bisa jadi tempat daging dan bisa digunakan berulang. Kita harus berani, saya pikir ini sudah ada terobosan baru, harus berani," ujarnya.

Ia mengharapkan penerapan penggunaan besek juga harus diikuti sanksi yang tegas apabila ada yang membuang sampah, termasuk plastik, sembarangan.

Sanksi itu, lanjut dia, berupa denda yang besar sehingga diharapkan memberikan efek jera kepada masyarakat.

Mengubah kebiasaan masyarakat yang terbiasa dengan kantong plastik tampaknya membutuhkan proses yang tidak sebentar.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun diharapkan juga konsisten dalam membuat kebijakan terkait dengan upaya melestarikan lingkungan yang disertai dengan sosialisasi yang tidak setengah hati.

Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019