Serang (ANTARA) - Kantor Bahasa Provinsi Banten mendorong gerakan revitalisasi di sekolah sebagai langkah penyelamatan budaya, sebab adanya tantangan kepunahan bahasa daerah akibat menurunnya jumlah penutur muda.
Kepala Kantor Bahasa Provinsi Banten, Devyanti Asmalasari di Serang, Kamis mengatakan penurunan penggunaan bahasa daerah di kalangan anak dan remaja menjadi sinyal serius bagi keberlanjutan identitas budaya Banten.
“Penutur bahasa daerah semakin berkurang, apalagi di generasi muda. Karena itu, revitalisasi kami fokuskan kepada anak-anak SD dan SMP,” ujar dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penutur bahasa daerah di Banten menurun sekitar 10 persen dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi itu menunjukkan perlunya intervensi pendidikan yang sistematis untuk mendorong kebanggaan berbahasa daerah.
Baca juga: Kantor Bahasa Banten perbarui standar layanan publik lewat forum dialog
Devyanti menegaskan, pelestarian bahasa daerah tidak bisa dilakukan sendiri oleh lembaganya. Dukungan pemerintah kabupaten dan kota menjadi kunci keberhasilan program revitalisasi yang saat ini tengah dijalankan.
“Kami tidak bisa berjalan sendiri. Pelestarian bahasa daerah harus melibatkan pemerintah daerah agar bisa diterapkan dalam muatan lokal di sekolah,” katanya.
Namun, ia mengakui belum semua pemerintah daerah memberikan dukungan penuh. “Belum semua daerah mengimplementasikan muatan lokal bahasa daerah. Kami berharap semua kabupaten dan kota di Banten bisa ikut berkomitmen,” ujar Devyanti.
Baca juga: Kepala Badan minta kantor bahasa dimanfaatkan secara optimal
Meski begitu, ia memberikan apresiasi kepada Kabupaten Pandeglang yang dinilai berhasil melaksanakan revitalisasi bahasa daerah secara mandiri.
“Pandeglang sudah bisa melaksanakan kegiatan dengan anggaran sendiri, termasuk Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat kabupaten,” katanya.
Sebagai upaya konkret, Kantor Bahasa Banten telah menerbitkan berbagai produk pelestarian seperti Kamus Bahasa Banten, Kamus Budaya Banten, aplikasi digital kebahasaan, serta buku cerita anak dwibahasa dan buku aksara daerah berjudul Pura.
“Produk-produk ini kami rancang agar bahasa daerah bisa dipelajari dengan cara yang menyenangkan,” ujarnya.
Selain itu, lembaganya juga menyusun tujuh modul pembelajaran bahasa daerah, mulai dari mendongeng, membaca puisi, menulis cerpen, hingga menulis aksara Sunda dan Pegoan serta menampilkan lawakan tunggal atau stand-up comedy.
Baca juga: Festival Tunas Bahasa Ibu, upaya lestarikan bahasa daerah
Devyanti menegaskan, pelestarian bahasa daerah bukan hanya soal budaya, melainkan juga identitas kolektif masyarakat.
“Bahasa adalah jati diri kita. Jika bahasa daerah punah, maka sebagian dari identitas budaya kita ikut hilang,” katanya.
Ia berharap, gerakan revitalisasi ini mampu menumbuhkan kembali kebanggaan generasi muda terhadap bahasa daerah mereka, sekaligus memperkuat karakter dan jati diri masyarakat Banten di tengah arus globalisasi.
Pada Oktober ini, Kantor Bahasa Provinsi Banten memeriahkan Bulan Bahasa 2025 dengan berbagai kegiatan kolaboratif untuk memperkuat literasi dan pelestarian bahasa daerah.
Baca juga: Kantor Bahasa Banten koordinasi antarinstansi lakukan revitalisasi bahasa daerah
Sejumlah kegiatan dilaksanakan bersama lembaga kebudayaan, penerbit, dan komunitas literasi di berbagai wilayah Banten.
“Minggu lalu kami melaksanakan beberapa kegiatan bersama lembaga lain, di antaranya Gelar Wicara Toponimi Sasaka Cibanten yang berkolaborasi dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 8 di Gedung Juang,” ujarnya di Serang.
Selain itu, pihaknya juga menggelar kegiatan mendongeng cerita anak dan simulasi Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) pada 11–12 Oktober di Gedung Juang.
Baca juga: Kantor Bahasa Banten fokus revitalisasi tiga bahasa daerah
Sementara di Tangerang, Kantor Bahasa bekerja sama dengan Gramedia Bintaro mengadakan lokakarya menulis puisi, mengulas buku, gelar wicara komunitas literasi, dan bedah buku.
“Acara di Tangerang berlangsung selama empat hari dan mendapat sambutan luar biasa,” katanya.
Devyanti menambahkan, kegiatan Bulan Bahasa di Banten tahun ini juga mencakup diskusi tentang menjaga kedaulatan bahasa negara bersama Tribun Banten serta kerja sama dengan Alih Wahana Banten di Pandeglang.
“Program kami mencakup pengembangan dan pembinaan bahasa serta sastra Indonesia, pelestarian bahasa dan sastra daerah, dan juga internasionalisasi Bahasa Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, kegiatan semacam ini penting untuk menghidupkan budaya literasi dan memperkuat posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
“Melalui kegiatan yang melibatkan masyarakat umum, akademisi, mahasiswa, dan komunitas literasi, kami ingin bahasa dan sastra terus berkembang sebagai ruang ekspresi dan jati diri bangsa,” katanya.
Baca juga: Kantor Bahasa Provinsi Banten Jajaki Kerjasama Kebahasaan dengan Krakatau Posco
