Serang (ANTARA) - Umah Tani Kota Serang, Provinsi Banten, membuktikan bahwa sistem pertanian terpadu berkonsep zero waste dapat diterapkan secara sukses di lahan perkotaan yang terbatas.
Pemilik Umah Tani Rizky Fatullah, di Serang, Selasa, mengatakan, dengan memanfaatkan setiap limbah menjadi sumber daya produktif, model pertanian di atas lahan seluas 2.500 meter persegi dan ini menjadi solusi atas tantangan ketahanan pangan di perkotaan.
Ia menjelaskan bahwa kunci dari sistem ini adalah menciptakan siklus ekologi tertutup, sehingga tidak ada limbah budi daya yang terbuang sia-sia.
“Konsep zero waste ini intinya. Limbah tanaman bisa jadi pakan magot atau pupuk organik. Kotoran ikan juga bisa diolah jadi nutrisi tanaman. Jadi tidak ada yang terbuang,” ujarnya pula.
Baca juga: 10 sekolah di Kota Serang jadi target program urban farming
Sistem terpadu ini mengombinasikan budidaya ikan nila, aneka sayuran, cabai, dan buah melon. Dalam siklus tersebut, magot dibudidayakan secara khusus untuk mengurai limbah organik yang kemudian menjadi pakan ternak bernutrisi tinggi atau pupuk. Sementara itu, air dari kolam ikan yang kaya nutrisi dialirkan untuk menyuburkan tanaman sayuran dan buah.
Menurut Rizky, penerapan model ini secara langsung menjawab tantangan utama pertanian di perkotaan, yaitu keterbatasan lahan dan pengelolaan limbah.
"Kita ingin menunjukkan bahwa bertani bisa dilakukan dengan lahan sempit tapi hasil tetap maksimal, dan yang terpenting, ramah lingkungan," ujarnya lagi.
Keberhasilan model pertanian zero waste ini juga didukung oleh strategi pemasaran mandiri. Umah Tani tidak bergantung pada tengkulak dan memilih menjual produknya langsung kepada konsumen melalui media sosial serta program petik melon langsung di kebun seharga Rp25.000 per kilogram. Selain sukses secara produksi, usaha ini juga memberdayakan warga sekitar dalam operasionalnya.
Baca juga: Meski lahan sawah menyusut, Pemkot Serang pastikan LP2B tetap aman
