Tangerang (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang manfaatkan lahan PT Angkasa Pura Indonesia seluas seluas 9.860 meter persegi untuk retensi dalam meminimalkan dan mengatasi risiko banjir di Batuceper dan kawasan Bandara Soekarno - Hatta.
Asisten Daerah Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kota Tangerang Ruta Ireng Wicaksono di Tangerang, Sabtu, mengatakan nantinya kolam retensi tersebut mampu menampung air mencapai 15 ribu meter kubik.
"Kolam retensi ini akan berfungsi sebagai penampung debit air hujan saat curah hujan tinggi dan diproyeksikan melindungi fasilitas listrik yang selama ini memasok kebutuhan listrik bandara sampai kawasan pemukiman," kata Ruta.
Baca juga: Gubernur Andra Soni minta warga ikut berperan aktif atasi masalah sampah
Pemkot Tangerang pun telah mengerahkan sejumlah alat berat untuk mempercepat realisasi pembangunan kolam retensi di kawasan tersebut. Targetnya, pembangunan kolam retensi dapat diselesaikan pada akhir bulan ini.
“Kami berharap pembangunan kolam retensi ini bisa berjalan lancar sesuai dengan target yang sudah ditentukan, sehingga akhir bulan Juli ini bisa beroperasi untuk meminimalisir potensi banjir di sekitar kawasan tersebut,” kata dia.
Pemkot Tangerang, kata Ruta, berharap pemanfaatan aset lahan perusahaan tersebut dapat menjamin keamanan, kenyamanan dan kelancaran aktivitas bagi masyarakat Kota Tangerang.
"Ini adalah komitmen kita dalam pengendalian banjir di Kota Tangerang sebab pembangunan kolam retensi menjadi salah satu langkah strategis untuk meminimalkan risiko banjir," ujarnya.
Baca juga: BPBD Tangerang imbau warga waspadai hujan lebat di awal Juli
Sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang telah mengeluarkan imbauan waspada terhadap kemungkinan hujan berintensitas sedang hingga lebat di sejumlah wilayah pada awal Juli 2025.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Kota Tangerang Mahdiar mengatakan wilayah yang diperkirakan berpotensi mengalami hujan lebat meliputi Kecamatan Larangan, Ciledug, Pinang, dan Kecamatan Karang Tengah.
"Hujan dengan intensitas tinggi berpotensi menimbulkan genangan air hingga banjir lokal, terutama di kawasan yang memiliki sistem drainase yang kurang optimal," kata Mahdiar.
Mesiki saat ini tidak ada peringatan dini resmi terkait potensi curah hujan ekstrem atau kekeringan dari BMKG, pihaknya terus memantau perkembangan cuaca dan berkoordinasi dengan BMKG serta instansi terkait untuk mengambil langkah antisipatif.
"Meskipun belum ada peringatan dini dari BMKG, kami tetap menyiagakan personel dan peralatan untuk merespons potensi bencana hidrometeorologi,” ujarnya.
Baca juga: Pembangunan drainase di Larangan Kota Tangerang selesai Oktober