Lebak (ANTARA) - Masyarakat Suku Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten terus memaksimalkan potensi alam setempat, namun gigitan ular berbisa menjadi tantangan tersendiri saat membuka ladang pertanian.
Ketua Sahabat Relawan Indonesia (SRI) Muhammad Arif Kirdiat dalam keterangan di Lebak, Kamis menyatakan sejak Januari hingga saat ini tercatat empat orang warga Suku Badui yang meninggal dunia karena gigitan ulat tanah tersebut.
"Kami melaporkan sejak Januari sampai 22 Kamis Mei 2025 tercatat 36 warga Suku Badui Dalam dan Badui Luar yang menjadi korban gigitan ular tanah dan empat di antaranya meninggal dunia," katanya.
Menurut dia, ada beberapa hal yang mengakibatkan masyarakat Badui yang terkena gigitan ular yang salah satunya terkendala pada serum anti bisa ular (ABU).
Baca juga: Pengunjung padati Saba Budaya Badui di pedalaman Lebak
Jika ada masyarakat Badui yang terkena gigitan ular berbisa, lanjut dia, pihaknya meminta relawan bergerak cepat dengan merujuk ke RSUD Banten untuk menyelamatkan jiwanya.
"RSUD Banten memiliki serum ABU sehingga bisa ditangani dengan baik," katanya menambahkan.
Sementara itu Pelaksana Harian (Plh) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak Endang Komarudin membenarkan jika ada masyarakat yang menjadi korban gigitan ular tanah terpaksa dirujuk ke RSUD Adjidarmo dan RSUD Banten.
Pemerintah daerah, lanjut dia, kini mengajukan permintaan 1.000 vial serum ABU guna memaksimalkan layanan masyarakat terutama di Puskesmas.
"Kami berharap bulan Juni 2025 bisa terpenuhi serum ABU itu, sehingga jika ada masyarakat yang digigit ular tanah bisa tertangani," katanya.
Baca juga: Digigit ular berbisa, warga Badui dirujuk ke RSUD Banten