Serang (ANTARA) - Gubernur Banten Andra Soni menantang Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) setempat untuk merancang strategi peningkatan literasi yang bisa diintegrasikan dalam program prioritas daerah mengingat prosentase saat ini dinilai kecil.
“Budaya literasi kita masih kecil sekali, maaf, baru di 24 persenan. Nah itu adalah PR kita untuk bagaimana harus kita tingkatkan itu,” kata Andra usai membuka Banten Book Fair 2025 di halaman Kantor DPK Provinsi Banten, Kota Serang, Rabu.
Andra menekankan pentingnya literasi sebagai fondasi kemajuan peradaban, yang tak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga menjadi jalan bagi masyarakat untuk memahami informasi dan mencapai tujuan hidup.
“Waktu saya kecil, itu ada tukang koran, dan banyak bacaan yang saya baca. Itu semua bisa kita tahu dan dapatkan dari hasil membaca. Jaman saya kecil, nggak ada alat lain selain buku atau tulisan,” kata dia.
Baca juga: OJK Banten tingkatkan literasi keuangan bagi masyarakat sekitar kantor
Menurut Andra, dorongan minat baca sejak dini dapat membentuk karakter dan arah hidup seseorang. Ia mengaku banyak terinspirasi oleh bacaan hikayat dan cerita yang memberi motivasi sejak masa kecil.
“Saya itu suka baca cerita-cerita hikayat, cerita-cerita yang menginspirasi, jadi saya terfikir untuk saya mau seperti ini, saya ingin begini,” tambahnya.
Guna mengatasi rendahnya angka literasi, Andra memberikan tantangan kepada DPK untuk menyusun strategi dan program konkret yang dapat diusulkan dalam pembahasan APBD Perubahan dan RPJMD mendatang.
“Saya berikan challenge kepada teman-teman dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan. Mari kita diskusikan bagaimana strategi untuk meningkatkan angka literasi kita, baik mungkin melalui program-program atau kegiatan,” tuturnya.
Baca juga: KSI gelar jurnalisme hidupkan literasi Gen Z di sekolah
Menanggapi arahan tersebut, Kepala DPK Banten Usman Asshidqqi Qohara menyebut pihaknya telah menjalankan sejumlah program literasi, meski terbentur keterbatasan anggaran.
“Selama ini kan orang taunya literasi itu hanya perpustakaan, tapi literasi itu juga soal kesejahteraan. Makanya, beberapa program kita sekarang ini literasi tidak hanya baca tulis, tapi literasi untuk hidup yang lebih baik dan inklusif,” kata Usman.
Ia memaparkan beberapa inisiatif yang tengah dijalankan seperti pustaka bergerak, mobil pintar, layanan arsip keliling, serta program peningkatan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dan Tingkat Kegemaran Membaca (TGM). Seluruh layanan tersebut bersifat gratis.
Baca juga: Kepsek hingga guru di Kota Tangerang diajak tingkatkan literasi menulis
Meski demikian, Usman mengakui jangkauan wilayah yang luas menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan program literasi.
“Beberapa program itu selama ini berjalan, ya walau dengan keterbatasan anggaran, tapi kita bisa jalan. Tapi kita juga mengalami kesulitan, ini kan harus menjangkau ke seluruh Banten, nah itu yang saat ini masih menjadi tantangan kita,” ujar dia.
Sebagai upaya tambahan, DPK akan memperkuat kolaborasi dengan dinas perpustakaan kabupaten/kota melalui Forum Perpustakaan Umum Indonesia.
“Saya ingin kita bersinergi dengan kabupaten kota untuk meningkatkan itu (angka literasi). Jadi saling bekerja sama,” pungkas Usman.
Baca juga: Tingkatkan IPM, Pemkab Lebak tumbuhkan budaya literasi membaca di masyarakat