Serang (ANTARA) - Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, baru saja merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-22 dan momen tersebut ditandai dengan pesta rakyat berikut kick off Peringatan Satu Abad Tanah Peradaban Papua atau 100 Tahun Aitumieri yang akan berlangsung Oktober 2025.
Berpusat di Pelabuhan Wasior, berbagai acara digelar yang mengusung nuansa Pesta Rakyat. Rangkaian kegiatan dimulai pada Jumat,(11/4) dimana Bupati Elysa Auri bersama jajarannya melakukan ziarah ke makam para tokoh pemekaran Kabupaten Teluk Wondama.
“Kita semua bertanggung jawab untuk membangun Teluk Wondama sebagai Tanah Peradaban orang asli Papua yang lebih baik lagi”, pesan Auri dalam keterangan resmi yang diterima media.
Tak hanya berziarah, Bupati juga memberikan penghargaan kepada para tokoh tersebut. Pemkab akan menetapkan penghargaan itu dalam Surat Keputusan (SK) Bupati, yang akan diserahkan pada Puncak HUT Kabupaten Teluk Wondama, 12 April ini.
Sebagaimana diketahui, Kabupaten Teluk Wondama resmi berdiri menjadi Daerah Otonom Baru (DOB) pada 12 April 2003. Sebelumnya wilayah Wondama merupakan bagian dari Kabupaten Manokwari.
Rangkaian Puncak Acara HUT Kabupaten Teluk Wondama 2025 sendiri sangat menonjolkan vibes Pesta Rakyat. Itu terlihat dari Karnaval Mobil Hias, Donor Darah, Pemeriksaan Kesehatan Gratis, Penanaman Pohon Rambutan dan Binjai sebanyak 200 pohon, Pasar Kuliner, Tumpengan Massal Melibatkan 15,000 orang, Tos-Tos dan masih banyak lagi.
Tekad mengubah wajah kota menjadi lebih bersih dan cantik juga dilakukan dengan pemasangan lampu-lampu hias di sepanjang jalan. Malamnya akan ada Pesta Budaya berupa Tari Tradisional, Suling Tambur, Yosim Pancar, dan yang juga ditunggu: hadirnya artis-artis papan atas Papua.
Terkait nuansa Pesta Rakyat, Bupati Auri menyatakan bahwa ia sebagai pemimpin di Wondama sejatinya adalah pelayan Rakyat. “Kami, saya dan Pak Wabup dipilih oleh Rakyat, istilahnya ditugasi oleh masyarakat untuk membawa Teluk Wondama lebih baik lagi di semua bidang. Jadi memang kami ini pelayan Rakyat, itulah mengapa kita bergembira bersama semua elemen masyarakat hari ini”, tambah Auri.
Menariknya, Elysa Auri dan jajarannya juga memaksimalkan HUT Kabupaten Teluk Wondama sebagai momentum untuk mengajak seluruh elemen Rakyat Wondama mengawal bersama peringatan 100 Tahun Aitumieri.
Itu terlihat dari digelarnya Talk Show Aitumieri untuk menegaskan bahwa Kabupaten Teluk Wondama siap menyambut saudara-saudara mereka dari seluruh wilayah Papua, dan kota-kota lainnya untuk datang pada Oktober mendatang.
“Peringatan 100 Tahun Tanah Peradaban Papua bukan peristiwa biasa, melainkan batu pijak untuk kita melangkah dengan optimis ke depan. Mengapa? Karena dari sinilah peradaban Orang Papua dimulai, dalam arti pendidikan diajarkan secara terstruktur dan tertata. Ini juga bukan hanya milik orang Wondama, melainkan milik kita semua orang Papua”.
Keyakinan Auri benar, sebagaimana ditulis di buku Dr FC Kamma (1994), bahwa pada 1923, IS Kijne, bersama dengan F Slumpt dan Yohanes Eygendaal mendarat di Pulau Mansinam. Tak berapa lama, tepatnya Oktober 1925, sekolah berasrama dipindahkan dari Mansinam ke Bukit Aitumieri di daerah Miei Teluk Wondama. Nama sekolah dimaksud adalah Opleidingsschool voor Volksonderwijzers yang artinya Sekolah Pelatihan Bagi Pendidik-Pendidik Rakyat, atau bahasa gampangnya Sekolah Guru.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa seratus tahun lalu orang Papua telah mengenal pendidikan, bahkan pendidikan dengan asrama, layaknya yang kita lihat di era modern sekarang ini.
Saat itu Kijne dibantu Gosal, seorang guru dari Manado dan Joh Ariks dari Mansinam. Sampai dengan 1941 sekitar 250 siswa telah mengenyam pendidikan di sekolah itu. Selanjutnya mereka bekerja di berbagai bidang di pendidikan, gereja dan pemerintahan, membangun peradaban Papua.
Peringatan 100 Tahun Aitumieri nantinya akan melibatkan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Papua, dan juga didukung oleh pemerintah pusat. Sejauh ini persiapan cukup positif, dimana para pihak (stakeholders) menyambut baik peringatan tersebut.
“Oleh karenanya saya mengajak semua elemen masyarakat Wondama untuk menunjukkan rasa Kasih dan kebersamaan dalam menyambut para tamu nantinya. Mari kita tunjukkan Wondama sebagai Tanah Peradaban Papua”, pungkas Auri.