Pemanfaatan Aspal Plastik Lebih Ke Lingkungan
Selasa, 3 Juli 2018 22:53 WIB
Harus dipertimbangkan usia jalan dan penghematan dari biaya pemeliharaan setelah menggunakan teknologi aspal dengan limbah plastik
Cilegon (Antaranews) - Kalangan pemerintah sependapat pemanfaatan aspal plastik untuk pembangunan jalan lebih ditujukan kepada aspek melestarikan lingkungan, ketimbang pertimbangan ekonomis.
"Teknologi mencampurkan aspal dengan limbah plastik lebih cocok ditujukan agar sampah plastik tidak lagi menjadi persoalan serius ke depannya," kata Kepala Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Energi Baru Terbarukan Kementerian Koordinator Kemaritiman, Ridha Yasser di Cilegon, Selasa.
Sebelumnya PT Chandra Asri Petrochemical Tbk berinisiatif untuk menerapkan teknologi aspal dengan campuran limbah plastik pada jalan di lingkungan pabrik ditujukan agar pemerintah dan badan usaha lainnya dapat mengambil langkah serupa untuk mengurangi limbah plastik.
Sedangkan Kasubbid Standard dan Pedoman Direktorat Preservasi Jalan, Erwanto Wahyu Hidayat mengatakan, dari tujuh Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) untuk dijadikan percontohan pemanfaatan aspal dengan campuran limbah plastik, beberapa diantaranya belum mampu memasok limbah plastik sesuai kebutuhan.
"Sampah yang dapat dipakai untuk campuran aspal merupakan jenis HDPE (High Density Poly Ethylene) atau dikenal sebagai kantong kresek. Dari beberapa lokasi volume dan keberlangsungan pasokan harus dijaga kalau daerah itu ingin menerapkan teknologi ini," ujar dia.
Erwanto mengaku pemerintah masih melakukan sejumlah perhitungan agar pemanfaatan limbah plastik untuk campuran aspal ini masuk dalam skala ekonomi karena selain pasokan juga harus dipertimbangan mengenai kekuatan dan usia jalan dengan adanya teknologi ini.
Sementara ini kalau dihitung ongkos mencacah plastik belum termasuk ongkos kirim Rp4000 per kilogram, maka akan menambah 10 persen dari harga aspal, tetapi dengan adanya campuran ini usia jalan akan lebih panjang, begitu juga penggunaan aspal menjadi dapat dihemat mengingat sebagian besar aspal masih diimpor, jelas Erwanto.
Erwanto menjelaskan, usia jalan yang dihampar aspal yang dicampur limbah plastik, berdasarkan hasil kajian Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Pusjatan PUPR) meningkat dalam kisaran empat sampai enam persen.
Lebih jauh, Kepala Pusat Litbang Industri Hijau Kementerian Perindustrian, Teddy Caster Sianturi sependapat pengembangan teknologi aspal limbah plastik bukan melihat nilai ekonomisnya, tetapi aspek lingkungan berupa pengurangan limbah plastik menjadi pertimbangan utama.
"Kami mengadopsi India yang sudah berhasil membangun jalan sepanjang 200 kilometer dengan memanfaatkan teknologi campuran aspal dengan limbah plastik yang ternyata minim biaya pemeliharaan karena aspal ini lebih tahan air dan sangat fleksibel," ujar dia.
Teddy mengatakan, kehadiran Pusjatan Kementerian PUPR dan BPPT merupakan kombinasi yang bagus untuk mengkaji lebih jauh teknologi ini terutama melihat dari berbagai aspek baik itu lingkungan, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Menurut Teddy kalau melihat kondisi di Indonesia maka pemerintah memiliki peranan penting untuk pengembangan teknologi ini diantaranya dengan memberikan intensif bagi industri berupaya mengurangi limbah plastik baik melalui daur ulang atau ada upaya lain.
"Saya rasa pemerintah harus hadir disini agar pemanfaatan limbah plastik memiliki nilai tambah sehingga perusahaan/ masyarakat akan ikut terlibat di dalamnya," ujar dia.
Sedangkan General Manager Polymer Technical Service and Product Development PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, Edi Rivai mengatakan, penggunaan teknologi aspal limbah plastik untuk jalan di lingkungan pabrik sebagai upaya memberikan motivasi kepada perusahaan dan masyarakat untuk mengelola limbah plastik dengan baik.
"Kesadaran harus terus dipupuk untuk menangani limbah diantaranya dengan ikut andil dalam memilah-milah sampah baik itu plastik, organik, atau lainnya," ujar dia.
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk menghampar aspal limbah plastik untuk jalan di lingkungan pabrik seluas 6.372 meter persegi dengan memanfaatkan tiga ton limbah plastik kresek.
Baca juga: Chandra Asri Manfaatkan Aspal Plastik Solusi Lingkungan
"Teknologi mencampurkan aspal dengan limbah plastik lebih cocok ditujukan agar sampah plastik tidak lagi menjadi persoalan serius ke depannya," kata Kepala Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Energi Baru Terbarukan Kementerian Koordinator Kemaritiman, Ridha Yasser di Cilegon, Selasa.
Sebelumnya PT Chandra Asri Petrochemical Tbk berinisiatif untuk menerapkan teknologi aspal dengan campuran limbah plastik pada jalan di lingkungan pabrik ditujukan agar pemerintah dan badan usaha lainnya dapat mengambil langkah serupa untuk mengurangi limbah plastik.
Sedangkan Kasubbid Standard dan Pedoman Direktorat Preservasi Jalan, Erwanto Wahyu Hidayat mengatakan, dari tujuh Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) untuk dijadikan percontohan pemanfaatan aspal dengan campuran limbah plastik, beberapa diantaranya belum mampu memasok limbah plastik sesuai kebutuhan.
"Sampah yang dapat dipakai untuk campuran aspal merupakan jenis HDPE (High Density Poly Ethylene) atau dikenal sebagai kantong kresek. Dari beberapa lokasi volume dan keberlangsungan pasokan harus dijaga kalau daerah itu ingin menerapkan teknologi ini," ujar dia.
Erwanto mengaku pemerintah masih melakukan sejumlah perhitungan agar pemanfaatan limbah plastik untuk campuran aspal ini masuk dalam skala ekonomi karena selain pasokan juga harus dipertimbangan mengenai kekuatan dan usia jalan dengan adanya teknologi ini.
Sementara ini kalau dihitung ongkos mencacah plastik belum termasuk ongkos kirim Rp4000 per kilogram, maka akan menambah 10 persen dari harga aspal, tetapi dengan adanya campuran ini usia jalan akan lebih panjang, begitu juga penggunaan aspal menjadi dapat dihemat mengingat sebagian besar aspal masih diimpor, jelas Erwanto.
Erwanto menjelaskan, usia jalan yang dihampar aspal yang dicampur limbah plastik, berdasarkan hasil kajian Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Pusjatan PUPR) meningkat dalam kisaran empat sampai enam persen.
Lebih jauh, Kepala Pusat Litbang Industri Hijau Kementerian Perindustrian, Teddy Caster Sianturi sependapat pengembangan teknologi aspal limbah plastik bukan melihat nilai ekonomisnya, tetapi aspek lingkungan berupa pengurangan limbah plastik menjadi pertimbangan utama.
"Kami mengadopsi India yang sudah berhasil membangun jalan sepanjang 200 kilometer dengan memanfaatkan teknologi campuran aspal dengan limbah plastik yang ternyata minim biaya pemeliharaan karena aspal ini lebih tahan air dan sangat fleksibel," ujar dia.
Teddy mengatakan, kehadiran Pusjatan Kementerian PUPR dan BPPT merupakan kombinasi yang bagus untuk mengkaji lebih jauh teknologi ini terutama melihat dari berbagai aspek baik itu lingkungan, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Menurut Teddy kalau melihat kondisi di Indonesia maka pemerintah memiliki peranan penting untuk pengembangan teknologi ini diantaranya dengan memberikan intensif bagi industri berupaya mengurangi limbah plastik baik melalui daur ulang atau ada upaya lain.
"Saya rasa pemerintah harus hadir disini agar pemanfaatan limbah plastik memiliki nilai tambah sehingga perusahaan/ masyarakat akan ikut terlibat di dalamnya," ujar dia.
Sedangkan General Manager Polymer Technical Service and Product Development PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, Edi Rivai mengatakan, penggunaan teknologi aspal limbah plastik untuk jalan di lingkungan pabrik sebagai upaya memberikan motivasi kepada perusahaan dan masyarakat untuk mengelola limbah plastik dengan baik.
"Kesadaran harus terus dipupuk untuk menangani limbah diantaranya dengan ikut andil dalam memilah-milah sampah baik itu plastik, organik, atau lainnya," ujar dia.
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk menghampar aspal limbah plastik untuk jalan di lingkungan pabrik seluas 6.372 meter persegi dengan memanfaatkan tiga ton limbah plastik kresek.
Baca juga: Chandra Asri Manfaatkan Aspal Plastik Solusi Lingkungan