Serang (Antara News) - Puluhan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari sejumlah universitas dan sekolah tinggi di Banten melakukan deklarasi menjaga keutuhan NKRI dan Pancasila di Auditorium Untirta Serang, Rabu.
Deklarasi tersebut dilakukan usai silaturahmi dan Dialog Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi se-Provinsi Banten dengan tema "Ideologi Pergerakan Mahasiswa Kontemporer" di Auditorium Untirta Serang.
Hadir sebagai narasumber dalam dialog tersebut Akademisi Untirta Dr Suwaib Amirudin, perwakilan ulama Matin Syarkowi dan perwakilan aktivis Mahasiswa Adam Makrifat,(Sekjen Gema Saba)
Dalam deklarasi yang dibacakan perwakilan Ketua BEM Untirta menyatakan, para Ketua BEM siap mengawal dan menjaga Pancasila serta NKRI serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Sementara dalam paparannya KH Matin Syarkowi mengatakan, Pancasila dan NKRI adalah final dan tidak ada pihak manapun yang bisa menganggu gugat, mengingat dua hal itu yakni NKRI dan Pancasila diperoleh melalui perjalanan panjang, bukan hadiah dari negara lain.
"Sebagai fakta dari memperjuangkan Pancasila dan NKRI banyak taman makam pahlawan," kata Matin.
Ia mengatakan, sejak lama banyak pihak yang merongrong terhadap ideologi Pancasila dan itu bukan bukan hal yang baru.
"PKI dan NII juga sejak dulu merongrong Pancasila. Namun, itu semua secara de facto dan yuridis sudah selesai. Kalau sekarang ada gerakan anti Pancasila kita mau tahu mana. Kalau faktanya memang ada harus diselesaikan, siapapun yang mengotak atik ideologi bangsa, itu pemikiran primitif," kata Matin Syarkowi.
Sementara Suwaib Amirudin mengatakan, munculnya gerakan-gerakan radikal di masyarakat adalah karena ada aliran pemikiran yang mengklaim dirinya atau kelompoknya paling benar.
"Empat penyebab munculnya radikalisme di kalangan mahasiswa, pertama karena ada faham keagamaan yang disakralkan, organisasi ekstra kampus, kebijakan publik yang tidak berpihak kepada masyarakat serta kesenjangan ekonomi," katanya.
Narasumber lainnya Adam Makrifat mengkritisi idelogi gerakan mahasiswa kontemporer saat ini yang lebih mementingkan kesenangan pribadi, bukan berjuang untuk membela kepentingan-kepentingan masyarakat dengan cara turun ke jalan.
"Kalau saya menyebut ideologi gerakan mahasiswa sekarang adalah ideologi selfie-selfie saja. Berbicara ideologi tapi hanya sebatas pembahasan dalam diskusi, habis itu selfie-selfie di kampus. Setelah itu pulang dan tidak ada tindak lanjutnya," kata Adam.
Menurutnya, pertarungan ideologi tidak akan ada akhirnya sampai akhir nanti karena pertarungan ideologi seperti NII dan PKI terjadi sejak dulu. Kemudian pada 2017 muncul dua-duanya, ada yang ke kiri-kirian ada juga yang ke kanan-kanan.
"Generasi Pancasila adalah sama Jong Java, Madura, Sumater dan lainnya. Tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan antargolongan," katanya.