Jakarta (Antara News) - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) berhasil meraih pertumbuhan laba bersih pada tahun 2015 sebesar 26,3 juta dolar AS naik 42,4 persen dibanding tahun sebelumnya seiring keuntungan dari turunnya harga bahan baku naphtha sejak pertengahan 2015.
"Kami sempat menghentikan pabrik selama 85 hari untuk overhaul sehingga membuat pendapatan bersih turun 44 persen menjadi 1.377,7 juta dolar AS, namun kondisi ini terbantu dengan turunnya harga bahan baku naphtha pada pertengahan 2015," kata Human Resources & Corporate Administration CAP, Suryandi di Jakarta, Selasa.
Suryandi juga memperkirakan turunnya bahan baku naptha ini akan terus berlanjut sehingga pada tahun 2016 bahkan tahun 2017 perusahaan optimistis masih meraih kinerja positif.
"Sebanyak 90 persen kebutuhan naphtha CAP berasal dari impor, serta hanya 10 persen di peroleh dari dalam negeri. Kondisi ini membuat biaya produksi kami sangat bergantung kepada perkembangan harga BBM di luar negeri," jelas Suryandi.
Terkait kegiatan overhaul di pabrik yang berlokasi di Ciwandan Cilegon ini, Suryandi mengatakan wajib dilaksanakan secara berkala setiap empat tahun sekali, namun untuk tahun 2015 bersamaan ekspansi pabrik ethylene sehingga kapasitas produksi berhasil ditingkatkan dari 600 ribu ton menjadi 860 ribu ton.
Suryandi mengatakan peningkatan kapasitas produksi ethylene ini membuat produk turunan polypropylene kapasitasnya ikut meningkat menjadi 480.000 ton.
"Selama ini untuk memenuhi kebutuhan polypropylene di dalam negeri sebanyak 30 persen masih diimpor, dengan penambahan kapasitas ini maka kebutuhan impor dapat dikurangi secara signifikan," jelas Suryandi.
Suryandi juga mengungkapkan perusahaan pada tahun 2015 juga telah memulai pembangunan pabrik karet sintetis melalui PT Synthetic Rubber Indonesia. Pabrik senilai 435 juta dolar AS ini merupakan patungan CAP 45 persen dengan Michelin 55 persen.
Pabrik yang ditargetkan beroperasi pada awal 2018 akan mampu memproduksi karet sintetis 120 ribu ton per tahun. Produk karet sintetis ini banyak dipergunakan pada industri ban khususnya produk premium yang selama ini seluruhnya masih impor, kata Suryandi.
Suryandi mengatakan dengan peningkatan kapasitas produksi ditambah fasilitas pabrik baru setelah overhaul, serta tingginya marjin produk akan membuat kinerja positif akan terus berlanjut sehingga diharapkan CAP dapat memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan industri petrokimia di Indonesia ke depannya.
Sedangkan untuk bahan baku plastik, Suryandi mengatakan kebutuhan di Indonesia sebagian besar masih impor (hampir 50 persen), serta sebagian lagi dipasok dari cAP. kebutuhan plastik itu bukan hanya untuk kantong belanja saja, tetapi juga untuk kemasan makanan dan minuman, peralatan rumah tangga sampai kepada komponen kendaraan.
Suryandi mengatakan kontribusi terbesar pendapatan perusahaan berasal dari polyolefin sebesar 63 persen, polyolefin merupakan produk turunan dari polypropylene dan polyethylene. Pendapatan terbesar lainnya dari styrene monomer 19 persen, olefin 12 persen, dan butadiene 6 persen (butadiene ini nantinya sebagai bahan baku karet sintetis).