Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Lebak menjamin pasokan air relatif aman ke areal persawahan, sehingga petani tidak menimbulkan kekhawatiran ancaman gagal panen.
"Semua daerah irigasi (DI) teknis maupun semi teknis itu masih mengaliri pertanian pangan itu," kata Kepala Seksi Sungai Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Lebak Khaerudin di Lebak, Rabu.
Debit air dari sungai besar di antaranya Sungai Ciberang, Sungai Cisimeut, Sungai Ciujung dan sungai lainnya masih mengaliri ke Bendungan Irigasi, sehingga mampu mendistribusikan pasokan air ke areal persawahan.
Bahkan, curah hujan terjadi dibeberapa daerah di Kabupaten Lebak,termasuk, Rabu (12/8) malam hujan melanda Rangkasbitung dan sekitarnya.
Selain itu juga tanaman padi yang rata-rata 30 hari setelah tanam (HST) di Kabupaten Lebak tumbuh dan hijau, sebab pengairan DI masih optimal.
Karena itu, pihaknya menjamin pertanian pangan relatif aman untuk memenuhi ketersedian pasokan air ke areal persawahan sampai Oktober 2020.
Namun, dari 463 DI yang tersebar di 28 kecamatan belum mengalami kekeringan, karena debit air sungai masih tinggi.
"Kami optimistis tanaman padi bisa dipanen hingga awal Oktober mendatang," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan pemerintah daerah tahun 2020 akan membangun infrastuktur jaringan irigasi sebanyak 11 DI dengan dibiayai dana alokasi khusus (DAK) sekitar Rp3 miliar.
Pembangunan irigasi itu di Kecamatan Warunggunung, Leuwidamar, Lebak Gedong, Cirinten, Cileles, Cilograng dan Panggarangan.
Selama ini, Kabupaten Lebak menjadikan daerah lumbung pangan di Provinsi Banten, sehingga pembangunan jaringan irigasi menjadikan perhatian pemerintah daerah.
"Kami membangun sebanyak 11 unit jaringan irigasi itu dapat mengaliri sekitar ribuan hektare," katanya menjelaskan.
Sementara itu, Hasan, seorang petani Kalanganyar Kabupaten Lebak mengaku tanaman padi diwilayahnya masih menerima pasokan air, meski debitnya cukup kecil.
"Kami yakin bisa dipanen awal Oktober mendatang,karena distribusi air dari DI masih berlangsung," katanya.
"Semua daerah irigasi (DI) teknis maupun semi teknis itu masih mengaliri pertanian pangan itu," kata Kepala Seksi Sungai Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Lebak Khaerudin di Lebak, Rabu.
Debit air dari sungai besar di antaranya Sungai Ciberang, Sungai Cisimeut, Sungai Ciujung dan sungai lainnya masih mengaliri ke Bendungan Irigasi, sehingga mampu mendistribusikan pasokan air ke areal persawahan.
Bahkan, curah hujan terjadi dibeberapa daerah di Kabupaten Lebak,termasuk, Rabu (12/8) malam hujan melanda Rangkasbitung dan sekitarnya.
Selain itu juga tanaman padi yang rata-rata 30 hari setelah tanam (HST) di Kabupaten Lebak tumbuh dan hijau, sebab pengairan DI masih optimal.
Karena itu, pihaknya menjamin pertanian pangan relatif aman untuk memenuhi ketersedian pasokan air ke areal persawahan sampai Oktober 2020.
Namun, dari 463 DI yang tersebar di 28 kecamatan belum mengalami kekeringan, karena debit air sungai masih tinggi.
"Kami optimistis tanaman padi bisa dipanen hingga awal Oktober mendatang," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan pemerintah daerah tahun 2020 akan membangun infrastuktur jaringan irigasi sebanyak 11 DI dengan dibiayai dana alokasi khusus (DAK) sekitar Rp3 miliar.
Pembangunan irigasi itu di Kecamatan Warunggunung, Leuwidamar, Lebak Gedong, Cirinten, Cileles, Cilograng dan Panggarangan.
Selama ini, Kabupaten Lebak menjadikan daerah lumbung pangan di Provinsi Banten, sehingga pembangunan jaringan irigasi menjadikan perhatian pemerintah daerah.
"Kami membangun sebanyak 11 unit jaringan irigasi itu dapat mengaliri sekitar ribuan hektare," katanya menjelaskan.
Sementara itu, Hasan, seorang petani Kalanganyar Kabupaten Lebak mengaku tanaman padi diwilayahnya masih menerima pasokan air, meski debitnya cukup kecil.
"Kami yakin bisa dipanen awal Oktober mendatang,karena distribusi air dari DI masih berlangsung," katanya.