Minuman "Nata De Coco" di Kabupaten Lebak, Banten kembali memenuhi pasar setelah empat bulan lalu tidak berproduksi akibat lockdown pandemi COVID-19.
"Kami sejak sepekan terakhir ini memasok minuman itu sebanyak 10 ton ke Bogor," kata Soleh (35) seorang pemilik minuman "Nata De Coco" di Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak, Kamis.
Minuman "Nata De Coco" yang sempat tidak berproduksi akibat pandemi COVID-19 kini kembali menggulirkan pertumbuhan ekonomi juga penyerapan lapangan pekerjaan warga setempat.
Produksi minuman yang bahan bakunya air kelapa dan dilakukan permentasi itu dipasok ke perusahaan di Kabupaten Bogor, Tangerang dan Jakarta.
Mereka perusahaan tersebut sudah menjalin kerja sama dengan pemilik usaha minuman "Nata De Coco" di Kabupaten Lebak.
Selama ini, ujar dia, dirinya sejak sepekan terakhir memasok minuman ke luar daerah sebanyak 10 ton dengan harga Rp2.000/Kg.
"Jika harga Rp2.000/Kg dengan menjual 10 ton maka diakumulasikan mendapatkan Rp20 juta. Pendapatan sebesar itu tentu dapat menggulirkan ekonomi masyarakat setempat," katanya menjelaskan.
Menurut dia, produksi minuman itu tentu dapat mengulirkan pendapatan ekonomi masyarakat padesaan mulai petani kelapa, pekerja hingga pedagang.
Sebab, produksi minuman tersebut dapat diproduksi menjadi minuman kelapa kopyor dan kini banyak kafe-kafe di Rangkasbitung menyediakan minuman itu.
Karena itu, pihaknya optimistis setelah pemerintah menerapkan tatanan kehidupan baru di tengah pandemi COVID-19 dapat membangkitkan ekonomi masyarakat.
"Kami berharap usaha ini kembali normal hingga omzet mencapai Rp80 juta/bulan," katanya menjelaskan.
Sementara itu, Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Saepudin mengatakan pemerintah daerah terus melakukan pembinaan juga peningkatan kualitas serta pemberian serifikasi minuman halal.
Saat ini, kata dia, sentra minuman "Nata De Coco" tersebar di Kecamatan Warunggunung dan Cikulur.
Produksi minuman itu dipasok ke perusahaan besar di luar daerah hingga 100 ton dengan lima unit usaha dan menyerap tenaga kerja sekitar 150 orang.
"Kami berharap di tengah pandemi COVID-19 tetap pelaku usaha industri kecil dan menengah (IKM) kembali pulih menggulirkan pertumbuhan ekonomi warga," katanya.
"Kami sejak sepekan terakhir ini memasok minuman itu sebanyak 10 ton ke Bogor," kata Soleh (35) seorang pemilik minuman "Nata De Coco" di Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak, Kamis.
Minuman "Nata De Coco" yang sempat tidak berproduksi akibat pandemi COVID-19 kini kembali menggulirkan pertumbuhan ekonomi juga penyerapan lapangan pekerjaan warga setempat.
Produksi minuman yang bahan bakunya air kelapa dan dilakukan permentasi itu dipasok ke perusahaan di Kabupaten Bogor, Tangerang dan Jakarta.
Mereka perusahaan tersebut sudah menjalin kerja sama dengan pemilik usaha minuman "Nata De Coco" di Kabupaten Lebak.
Selama ini, ujar dia, dirinya sejak sepekan terakhir memasok minuman ke luar daerah sebanyak 10 ton dengan harga Rp2.000/Kg.
"Jika harga Rp2.000/Kg dengan menjual 10 ton maka diakumulasikan mendapatkan Rp20 juta. Pendapatan sebesar itu tentu dapat menggulirkan ekonomi masyarakat setempat," katanya menjelaskan.
Menurut dia, produksi minuman itu tentu dapat mengulirkan pendapatan ekonomi masyarakat padesaan mulai petani kelapa, pekerja hingga pedagang.
Sebab, produksi minuman tersebut dapat diproduksi menjadi minuman kelapa kopyor dan kini banyak kafe-kafe di Rangkasbitung menyediakan minuman itu.
Karena itu, pihaknya optimistis setelah pemerintah menerapkan tatanan kehidupan baru di tengah pandemi COVID-19 dapat membangkitkan ekonomi masyarakat.
"Kami berharap usaha ini kembali normal hingga omzet mencapai Rp80 juta/bulan," katanya menjelaskan.
Sementara itu, Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Saepudin mengatakan pemerintah daerah terus melakukan pembinaan juga peningkatan kualitas serta pemberian serifikasi minuman halal.
Saat ini, kata dia, sentra minuman "Nata De Coco" tersebar di Kecamatan Warunggunung dan Cikulur.
Produksi minuman itu dipasok ke perusahaan besar di luar daerah hingga 100 ton dengan lima unit usaha dan menyerap tenaga kerja sekitar 150 orang.
"Kami berharap di tengah pandemi COVID-19 tetap pelaku usaha industri kecil dan menengah (IKM) kembali pulih menggulirkan pertumbuhan ekonomi warga," katanya.