Kasus positif COVID-19 di Brazil, Selasa (12/5) meningkat melampaui jumlah pasien di Jerman, khususnya saat Presiden Brazil Jair Bolsonaro berencana membuka pusat kebugaran dan salon kecantikan.
Langkah Bolsonaro itu ditentang beberapa pimpinan negara bagian mengingat Brazil merupakan salah satu pusat penyebaran COVID-19 dunia.
Sejak kasus pertama COVID-19 ditemukan pada akhir Februari, pemerintah sampai saat ini mencatat 177.589 orang di Brazil telah tertular penyakit yang disebabkan jenis baru virus corona atau SARS-CoV-2. Jumlah pasien di Brazil melampaui angka di Jerman, 170.508 jiwa, dan hampir mendekati angka pasien positif dan yang kemungkinan positif di Prancis sebanyak 178.225 jiwa.
Eropa mulai mencabut aturan karantina wilayah karena jumlah korban jiwa mulai turun, tetapi penyakit masih mewabah di Brazil. Akan tetapi, Bolsonaro mengambil risiko bertambahnya korban jiwa dengan memberi kelonggaran aturan jaga jarak serta mengkritik kebijakan isolasi negara bagian.
Brazil sempat mengalami satu hari paling mematikan saat mencatat 881 kematian akibat COVID-19 dalam waktu 14 jam.
Bolsonaro pada minggu ini memperpanjang konflik dengan gubernur-gubernur negara bagian dengan mengeluarkan surat keputusan yang menyebut sejumlah usaha, di antaranya pusat kebugaran dan salon kecantikan sebagai "layanan esensial". Aturan itu membuat tempat tersebut dikecualikan dari aturan karantina.
Presiden dengan pandangan politik sayap kanan itu mengatakan terpuruknya ekonomi akibat tutupnya sektor usaha lebih buruk daripada penyakit.
"Gubernur yang tidak sepakat dengan surat keputusan ini dapat mengajukan gugatan di pengadilan," kata Bolsonaro lewat akun media sosialnya. Ia kemudian mengancam akan menggunakan jalur hukum melawan pimpinan negara bagian yang tidak mematuhi aturan presiden.
Setidaknya ada 10 gubernur yang mengatakan mereka tidak akan mengikuti instruksi presiden itu.
"Bolsonaro berjalan menuju jurang dan ingin membawa kita semua bersamanya," kata Gubernur Rio de Janeiro, Wilson Witzel, lewat unggahan di Twitter.
Popularitas Bolsonaro menurun sejak Brazil mengalami krisis kesehatan akibat COVID-19, demikian hasil sejumlah survei. Sikap tidak setuju terhadap keputusan presiden meningkat dari 47 persen pada Januari sampai lebih dari 55 persen dalam sebuah survei yang dirilis, Selasa (12/5).
Mahkamah Agung Brazil belum lama ini juga mengizinkan aparat menyelidiki Bolsonaro terkait tuduhan ia mengatur investigasi kepolisian. Penyelidikan itu turut mengurangi dukungan publik untuk Bolsonaro, membuat perhatian masyarakat ke penanggulangan pandemi teralihkan, serta mengguncang pasar.
Bolsonaro menang pemilihan presiden pada 2018. Ia berjanji akan membersihkan hambatan dalam politik dan mereformasi perekonomian demi meningkatkan pertumbuhan setelah resesi. Namun, rencana itu pun terhambat oleh pandemi.
Sejumlah narasumber mengatakan pemerintah kemungkinan memangkas sejumlah target ekonomi pada 2020, salah satunya penurunan nilai Produk Domestik Bruto sampai lebih dari empat persen. Sebelumnya, pemerintah memprediksi nilai PDB Brazil akan stabil.
Sejauh ini, jumlah pasien positif COVID-19 di Brazil telah melampaui Jerman dan Prancis, meskipun tingkat pemeriksaan di negara Amerika Latin itu jauh tertingal dibandingkan dua negara Eropa tersebut.
Brazil per Senin (11/5) telah memeriksa hampir 338.000 sampel COVID-19 di beberapa laboratorium resmi dalam waktu tiga bulan, kata Kementerian Kesehatan. 145.000 sampe lainnya masih dianalisis oleh petugas laboratorium.
Sementara itu, laboratorium di Jerman telah memeriksa lebih dari 330.000 sampel hanya untuk minggu lalu. Laboratorium di Jerman memiliki kapasitas tes sampai kurang lebih 838.000 sampel per minggunya. Prancis juga berinvestasi meningkatkan kapasitas tes sampai 700.000 sampel per minggu.
Kementerian Kesehatan Brazil mencatat per Selasa 12.400 orang meninggal dunia akibat COVID-19.
Institut Kesehatan Metrik dan Evaluasi (IHME) University of Washington membuat model yang memprediksi lebih dari 880.000 orang di Brazil akan tewas akibat COVID-19 sampai Agustus tahun ini.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
Langkah Bolsonaro itu ditentang beberapa pimpinan negara bagian mengingat Brazil merupakan salah satu pusat penyebaran COVID-19 dunia.
Sejak kasus pertama COVID-19 ditemukan pada akhir Februari, pemerintah sampai saat ini mencatat 177.589 orang di Brazil telah tertular penyakit yang disebabkan jenis baru virus corona atau SARS-CoV-2. Jumlah pasien di Brazil melampaui angka di Jerman, 170.508 jiwa, dan hampir mendekati angka pasien positif dan yang kemungkinan positif di Prancis sebanyak 178.225 jiwa.
Eropa mulai mencabut aturan karantina wilayah karena jumlah korban jiwa mulai turun, tetapi penyakit masih mewabah di Brazil. Akan tetapi, Bolsonaro mengambil risiko bertambahnya korban jiwa dengan memberi kelonggaran aturan jaga jarak serta mengkritik kebijakan isolasi negara bagian.
Brazil sempat mengalami satu hari paling mematikan saat mencatat 881 kematian akibat COVID-19 dalam waktu 14 jam.
Bolsonaro pada minggu ini memperpanjang konflik dengan gubernur-gubernur negara bagian dengan mengeluarkan surat keputusan yang menyebut sejumlah usaha, di antaranya pusat kebugaran dan salon kecantikan sebagai "layanan esensial". Aturan itu membuat tempat tersebut dikecualikan dari aturan karantina.
Presiden dengan pandangan politik sayap kanan itu mengatakan terpuruknya ekonomi akibat tutupnya sektor usaha lebih buruk daripada penyakit.
"Gubernur yang tidak sepakat dengan surat keputusan ini dapat mengajukan gugatan di pengadilan," kata Bolsonaro lewat akun media sosialnya. Ia kemudian mengancam akan menggunakan jalur hukum melawan pimpinan negara bagian yang tidak mematuhi aturan presiden.
Setidaknya ada 10 gubernur yang mengatakan mereka tidak akan mengikuti instruksi presiden itu.
"Bolsonaro berjalan menuju jurang dan ingin membawa kita semua bersamanya," kata Gubernur Rio de Janeiro, Wilson Witzel, lewat unggahan di Twitter.
Popularitas Bolsonaro menurun sejak Brazil mengalami krisis kesehatan akibat COVID-19, demikian hasil sejumlah survei. Sikap tidak setuju terhadap keputusan presiden meningkat dari 47 persen pada Januari sampai lebih dari 55 persen dalam sebuah survei yang dirilis, Selasa (12/5).
Mahkamah Agung Brazil belum lama ini juga mengizinkan aparat menyelidiki Bolsonaro terkait tuduhan ia mengatur investigasi kepolisian. Penyelidikan itu turut mengurangi dukungan publik untuk Bolsonaro, membuat perhatian masyarakat ke penanggulangan pandemi teralihkan, serta mengguncang pasar.
Bolsonaro menang pemilihan presiden pada 2018. Ia berjanji akan membersihkan hambatan dalam politik dan mereformasi perekonomian demi meningkatkan pertumbuhan setelah resesi. Namun, rencana itu pun terhambat oleh pandemi.
Sejumlah narasumber mengatakan pemerintah kemungkinan memangkas sejumlah target ekonomi pada 2020, salah satunya penurunan nilai Produk Domestik Bruto sampai lebih dari empat persen. Sebelumnya, pemerintah memprediksi nilai PDB Brazil akan stabil.
Sejauh ini, jumlah pasien positif COVID-19 di Brazil telah melampaui Jerman dan Prancis, meskipun tingkat pemeriksaan di negara Amerika Latin itu jauh tertingal dibandingkan dua negara Eropa tersebut.
Brazil per Senin (11/5) telah memeriksa hampir 338.000 sampel COVID-19 di beberapa laboratorium resmi dalam waktu tiga bulan, kata Kementerian Kesehatan. 145.000 sampe lainnya masih dianalisis oleh petugas laboratorium.
Sementara itu, laboratorium di Jerman telah memeriksa lebih dari 330.000 sampel hanya untuk minggu lalu. Laboratorium di Jerman memiliki kapasitas tes sampai kurang lebih 838.000 sampel per minggunya. Prancis juga berinvestasi meningkatkan kapasitas tes sampai 700.000 sampel per minggu.
Kementerian Kesehatan Brazil mencatat per Selasa 12.400 orang meninggal dunia akibat COVID-19.
Institut Kesehatan Metrik dan Evaluasi (IHME) University of Washington membuat model yang memprediksi lebih dari 880.000 orang di Brazil akan tewas akibat COVID-19 sampai Agustus tahun ini.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020