Harga minyak jatuh lagi lebih dari satu dolar per barel pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) setelah sehari sebelumnya sempat menguat, karena meningkatnya jumlah pembatasan terkait virus pada perjalanan memangkas permintaan bahan bakar global.

Harapan atas paket stimulus AS dua triliun dolar akan meningkatkan kegiatan ekonomi yang sehari sebelumnya mampu mengangkat harga minyak, tampak mulai diabaikan lagi.

Kepala Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan permintaan minyak di seluruh dunia bisa turun sebanyak 20 juta barel per hari atau 20 persen dari total permintaan, ketika tiga miliar orang saat ini berada di bawah perintah tinggal di rumah karena wabah Virus Corona.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei jatuh 1,89 dolar AS atau 7,7 persen menjadi menetap pada 22,60 dolar AS per barel. Harga Minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei merosot 1,05 dolar AS atau 3,8 persen menjadi ditutup di 26,34 dolar AS per barel. Kedua kontrak turun sekitar 60 persen sejauh tahun ini.

Guncangan ganda pandemi Virus Corona serta lonjakan pasokan dari Arab Saudi dan Rusia setelah kedua negara gagal mencapai kesepakatan untuk membatasi pasokan telah mengguncang pasar minyak mentah, yang telah kehilangan sekitar setengah nilainya pada Maret.

"Dengan permintaan anjlok 20 persen atau lebih secara global, ini setara dua kali produksi Arab Saudi yang perlu dihentikan untuk mencoba menyeimbangkan pasar ini," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.

Minyak berjangka AS terutama lebih lemah dari patokan minyak mentah internasional Brent. Departemen Energi AS membatalkan rencana untuk membeli minyak mentah domestik buat Cadangan Minyak Strategis (SPR) setelah dana tidak dimasukkan dalam paket stimulus yang lebih luas.

"Ada asumsi tertentu bahwa itu akan terjadi sehingga Anda memiliki penyokong, pada tingkat tertentu, (untuk WTI) yang tidak ada untuk patokan internasional," kata Direktur Berjangka Mizuho, Bob Yawger di New York.

Senat AS dengan suara bulat meloloskan rancangan undang-undang paket stimulus dua triliun dolar yang bertujuan membantu pekerja dan industri yang terpukul dampak pandemi Virus Corona, dan mengirim undang-undang tersebut ke Dewan Perwakilan Rakyat. DPR diharapkan memberikan suara pada Jumat.

RUU paket stimulus AS sebesar dua triliun tersebut tidak banyak membantu meredakan kegelisahan investor.

"Minyak sudah mati," tulis Gary Ross, pendiri BlackGold Investors, menulis di Twitter. “Pasar internasional dan domestik terlalu banyak menggunakan minyak. Maaf untuk mengatakan menuju satu digit! "

Runtuhnya pakta pemotongan pasokan antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lain yang dipimpin oleh Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, akan meningkatkan pasokan minyak, dengan Arab Saudi berencana untuk mengirim lebih dari 10 juta barel per hari mulai Mei.

Guncangan kembar berdesir melalui industri minyak. Perusahaan-perusahaan minyak dan gas terkemuka di dunia telah memotong pengeluaran sekitar 20 persen, sementara kilang-kilang minyak memangkas tingkat operasi karena permintaan yang melambat.

Petrobras dari Brazil mengatakan akan menekan kembali produksi jangka pendek sebesar 100.000 barel per hari, menunda pembayaran dividen dan memangkas rencana investasi 2020-nya.

 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020