Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten meminta petani meningkatkan produksi kakao melalui perluasan tanaman karena permintaan pasar cenderung meningkat sehingga dapat mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat.

"Kita tahun ke tahun menyalurkan bantuan benih kakao guna meningkatkan produksi kakao," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Minggu.

Sebagaimana diketahui, selama ini, produksi kakao di daerah itu mencapai 2.500 ton/tahun dari lahan seluas 5.752 hektare.


Menurut Dede Supriatna, potensi pengembangan tanaman kakao di Kabupaten Lebak berpeluang menjadikan sentra unggulan, karena didukung lahan darat begitu luas.

Petani membudidayakan tanaman kakao di lahan-lahan darat di lokasi perbukitan, pegunungan, serta areal setinggi 500 meter di atas permukaan laut. Penghasil sentra kakao di Kabupaten Lebak meliputi Kecamatan Gunungkencana, Banjarsari, Cileles, Cirinten, Bojongmanik, Cikulur, Cibadak, Muncang, Wanasalam, Malingping, dan Cijaku.

Namun, lanjutnya, kebanyakan areal perkebunan coklat milik masyarakat itu ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lainnya. Pemerintah daerah mendorong agar petani mengembangkan budi daya tanaman kakao lebih luas,sehingga ke depan menjadikan andalan ekonomi petani.

"Kami tahun ini menyalurkan bantuan benih kakao kepada petani juga provinsi Banten hingga puluhan hektare," katanya menjelaskan.


Menurut dia, penyaluran bantuan benih kakao tersebut dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas kakao melalui pengembangan perluasan tanaman juga peremajaan.

Selain itu, ia mengingatkan bahwa permintaan biji kakao cukup tinggi di pasaran dan cukup menjanjikan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat. "Kami berharap penyaluran bantuan benih itu dapat menjadikan sentra unggulan kakao ke depan," ujar dia.


Ia mengatakan, saat ini harga kakao di tingkat penampung antara Rp30.000-40.000 ribu per kilogram. Apabila, petani mengembangkan seluas satu hektare dengan produksi dua ton per hektare maka diharapkan bisa menghasilkan Rp60juta dengan harga di pasaran Rp30.000/Kg.

"Saya kira pendapatan sebesar itu tentu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani," katanya.


Sementara itu, seorang petani, Sukatma mengaku bahwa dirinya setiap enam bulan memanen kakao hingga mencapai 30 kilogram dengan harga Rp30.000/Kg.

Produksi kakao itu, kata dia, tentu cukup membantu pendapatan ekonomi keluarga. "Kami hari ini menjual kakao di penampung di Rangkasbitung sebanyak 30 Kg dengan penghasilan Rp9 juta," kata Sukatma.
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019