Lokasi konservasi penyu di pesisir selatan di Desa Jogosimo, Klirong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menjadi objek wisata baru di daerah tersebut.
Koordinator Kelompok Sadar Wisata Gajah Gunung, Desa Jogosimo, Kecamatan Klirong, Kastam (49), di Kebumen, Kamis, mengatakan tempat konservasi penyu ini mulai beroperasi pada 2018.
Ia menuturkan latar belakang warga membuat konservasi ini, karena sebelumnya banyak beredar telur-telur penyu di pasar dan kadang ada orang memotong penyu untuk dikonsumsi.
"Jadi kami mempunyai pemikiran untuk melestarikan hewan yang hampir punah ini, apalagi penyu merupakan salah satu hewan purba yang masih hidup sampai sekarang dan umurnya bisa mencapai 200 tahun," katanya.
Ia menuturkan kalau masyarakat pesisir ini tidak berusaha melestarikannya siapa lagi yang akan peduli.
Ia menyebutkan penyu yang ada di wilayah tersebut merupakan jenis lekang.
Menurut dia akhir-akhir ini sejumlah kelompok anak PAUD/TK berkunjung ke lokasi konservasi tersebut untuk melihat penyu-penyu kecil yang dipelihara di kolam sebelum dilepas di pantai.
Ia menyampaikan dalam konservasi ini masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata Gajah Gunung dengan anggota 40 orang, secara bergiliran melakukan ronda malam untuk mencari telur penyu di pantai, karena penyu bertelur pada malam hari.
"Begitu kita mengetahui ada penyu bertelur di pantai maka untuk melindungi dari pencurian dan juga predator waktu menetas maka telur kami pindah untuk ditetaskan di lokasi konservasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
Koordinator Kelompok Sadar Wisata Gajah Gunung, Desa Jogosimo, Kecamatan Klirong, Kastam (49), di Kebumen, Kamis, mengatakan tempat konservasi penyu ini mulai beroperasi pada 2018.
Ia menuturkan latar belakang warga membuat konservasi ini, karena sebelumnya banyak beredar telur-telur penyu di pasar dan kadang ada orang memotong penyu untuk dikonsumsi.
"Jadi kami mempunyai pemikiran untuk melestarikan hewan yang hampir punah ini, apalagi penyu merupakan salah satu hewan purba yang masih hidup sampai sekarang dan umurnya bisa mencapai 200 tahun," katanya.
Ia menuturkan kalau masyarakat pesisir ini tidak berusaha melestarikannya siapa lagi yang akan peduli.
Ia menyebutkan penyu yang ada di wilayah tersebut merupakan jenis lekang.
Menurut dia akhir-akhir ini sejumlah kelompok anak PAUD/TK berkunjung ke lokasi konservasi tersebut untuk melihat penyu-penyu kecil yang dipelihara di kolam sebelum dilepas di pantai.
Ia menyampaikan dalam konservasi ini masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata Gajah Gunung dengan anggota 40 orang, secara bergiliran melakukan ronda malam untuk mencari telur penyu di pantai, karena penyu bertelur pada malam hari.
"Begitu kita mengetahui ada penyu bertelur di pantai maka untuk melindungi dari pencurian dan juga predator waktu menetas maka telur kami pindah untuk ditetaskan di lokasi konservasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019