Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan sebanyak 6.184 rumah rusak akibat gempa bermagnitudo 6,5 di Maluku pada Kamis (26/9).
"Data hingga Kamis (3/10), rumah rusak berat 1.990 unit, rusak sedang 1.101 unit, dan rusak ringan 3.093 unit. Selain itu, 56 fasilitas umum juga rusak," kata Agus melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Agus mengatakan gempa Maluku juga menyebabkan 34 orang meninggal dunia, 149 orang luka-luka dan yang masih mengungsi 179.525 orang.
Menurut Agus, jumlah pengungsi masih cukup banyak karena tidak memahami status tanggap darurat yang telah ditetapkan pemerintah setempat.
"Mereka beranggapan selama masa tanggap darurat sebaiknya masih berada di pengungsian. Akibatnya, banyak yang memutuskan tetap di pengungsian hingga masa tanggap darurat berakhir pada Rabu (9/10)," tuturnya.
Agus mengatakan bantuan logistik yang didistribusikan melalui posko provinsi, kabupaten maupun yang secara langsung ke lokasi pengungsian semakin merata. BNPB masih terus membantu pemerintah daerah selama masa tanggap darurat.
"BNPB kembali memberikan bantuan dana siap pakai Rp1 miliar untuk operasional penanganan darurat. Selain itu, bantuan logistik berupa tenda gulung 5.000 lembar, matras 3.500 lembar, dan selimut 5.000 lembar juga telah diberangkatkan menuju Maluku," katanya.
Terkait pelayanan kesehatan, Agus mengatakan BNPB telah mengerahkan tiga unit rumah sakit lapangan.
Untuk penanganan psikososial, pemerintah daerah dan mitra telah bergerak ke beberapa titik seperti Liang,Waai, dan Tulehu. Pelatihan evakuasi di gedung bertingkat juga diselenggarakan di Kota Ambon.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Data hingga Kamis (3/10), rumah rusak berat 1.990 unit, rusak sedang 1.101 unit, dan rusak ringan 3.093 unit. Selain itu, 56 fasilitas umum juga rusak," kata Agus melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Agus mengatakan gempa Maluku juga menyebabkan 34 orang meninggal dunia, 149 orang luka-luka dan yang masih mengungsi 179.525 orang.
Menurut Agus, jumlah pengungsi masih cukup banyak karena tidak memahami status tanggap darurat yang telah ditetapkan pemerintah setempat.
"Mereka beranggapan selama masa tanggap darurat sebaiknya masih berada di pengungsian. Akibatnya, banyak yang memutuskan tetap di pengungsian hingga masa tanggap darurat berakhir pada Rabu (9/10)," tuturnya.
Agus mengatakan bantuan logistik yang didistribusikan melalui posko provinsi, kabupaten maupun yang secara langsung ke lokasi pengungsian semakin merata. BNPB masih terus membantu pemerintah daerah selama masa tanggap darurat.
"BNPB kembali memberikan bantuan dana siap pakai Rp1 miliar untuk operasional penanganan darurat. Selain itu, bantuan logistik berupa tenda gulung 5.000 lembar, matras 3.500 lembar, dan selimut 5.000 lembar juga telah diberangkatkan menuju Maluku," katanya.
Terkait pelayanan kesehatan, Agus mengatakan BNPB telah mengerahkan tiga unit rumah sakit lapangan.
Untuk penanganan psikososial, pemerintah daerah dan mitra telah bergerak ke beberapa titik seperti Liang,Waai, dan Tulehu. Pelatihan evakuasi di gedung bertingkat juga diselenggarakan di Kota Ambon.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019