Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Maluku membangun fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) dan penampungan atau shelter untuk pengungsi di Desa Waai, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah yang terdampak gempak tektonik dengan magnitudo 6,5.

Pembangunan shelter dan dua unit fasilitas MCK dikerjakan oleh anggota Korps Sukarela (KSR) PMI Provinsi Maluku, di pusatkan di kawasan jalan tani yang menjadi lokasi pengungsian sekitar 132 kepala keluarga (KK).

"Pembangunan shelter dan fasilitas MCK ini bagian dari operasi tanggap darurat yang dilaksanakan guna mendukung para korban gempa kemarin, terutama mereka yang kondisinya sangat parah, seperti di jalan tani ini," kata Sekretaris PMI Provinsi Maluku Herry Latuheru di Ambon, Senin.

Ia menjelaskan lokasi pengungsian di jalan tani tersebar dalam empat titik hunian. Masing-masing titik hunian memiliki jumlah KK yang berbeda-beda. Pada titik pertama jumlah pengungsi yang didata sebanyak 31 KK, titik kedua berjumlah delapan KK, kemudian titik ketiga ada 18 KK dan yang paling atas kurang lebih ada 75 KK.

Para pengungsi tersebut merupakan warga yang sebelumnya bermukim di kawasan pesisir pantai Desa Waai, tak jauh dari pasar tradisional setempat. Kuatnya goncangan gempa bumi telah mengakibatkan rumah mereka rusak berat.

Para korban kemudian memutuskan untuk menyelamatkan diri dan dengan mengungsi ke area dataran tinggi di jalan tani. Hingga kini mereka belum mendapatkan bantuan tanggap darurat sama sekali.

Karena itu PMI Provinsi Maluku, kata Herry berinisiatif membangun shelter dan fasilitas MCK kepada pengungsi di jalan tani agar bisa digunakan oleh mereka.

"Mereka korban gempa yang terdampak paling parah, ada korban jiwa dan rumah-rumahnya rusak parah sehingga tidak bisa ditinggali lagi, sementara hingga saat ini mereka juga belum tersentuh bantuan apapun," ucapnya.

Selain membangun shelter dan fasilitas MCK, PMI Provinsi Maluku juga mencoba menghibur anak-anak korban gempa, dengan mengajak mereka memainkan permainan papan ular tangga jumbo yang berukuran sekitar 3x4 meter.

"Kami mencoba menghibur anak-anak yang masih trauma gempa dan harus mengungsi karena bencana yang terjadi, sehingga mereka tidak merasa tertekan karena telah berada berhari-hari di lokasi pengungsian," jelas Herry.
 

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019