Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengatakan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami BNPB telah berhasil menjangkau 512 desa yang ada di pesisir Selatan Jawa mulai dari Timur ke Barat.

"Sebanyak 42 ribu masyarakat yang kami datangi dan lebih dari 3.700 orang perangkat desa yang kami berikan pemahaman bencana," kata Lilik melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.

Lilik mengatakan ekspedisi selama 32 hari di 24 kabupaten/kota itu gagal mencapai sasaran menjangkau 518 desa untuk menyosialisasikan kesiapsiagaan dan potensi tsunami.

Kegagalan mencapai sasaran itu karena ada beberapa kendala yang dihadapi di lapangan, termasuk penolakan dari kepala desa dan perangkat desa. Namun, Lilik tidak mengungkap apa alasan penolakan tersebut.

Baca juga: Harapan penyintas tsunami Banten agar dibantu donatur

Lilik mengatakan tim ekspedisi menemukan tingkat kesiapsiagaan di beberapa daerah sudah cukup baik, terutama daerah-daerah yang pernah mengalami tsunami.

"Namun, yang belum pernah mengalami tsunami masih banyak yang belum paham dan tidak tahu harus evakuasi ke mana," tuturnya.

Padahal ada lebih dari 600 ribu jiwa yang tinggal di daerah yang rawan tsunami. Selain kesiapsiagaan, beberapa daerah juga belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk evakuasi.

"Dari Timur Jawa ke Barat banyak daerah wisata yang hampir sebagian besar tidak punya rambu peringatan tsunami. Hal ini sangat riskan bagi keselamatan pengunjung," katanya.

Ekspedisi Destana Tsunami terbagi dalam empat segmen, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Banten. Masing-masing segmen diikuti 200 orang melibatkan yaitu pemerintah, akademisi, masyarakat, lembaga usaha, dan media.

Ekspedisi yang dimulai sejak 12 Juli 2019 dari Jawa Timur itu telah memasuki wilayah Serang, Banten pada Selasa.

Baca juga: Gempa magnitudo 9.0 di Selatan Jawa 400 tahun lalu bisa berulang

Pewarta: Dewanto Samodro

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019