Pembuatan baterai lithium harus mampu dikuasai dalam negeri karena merupakan teknologi kunci untuk kendaraan listrik, baik motor maupun mobil listrik, kata Direktur Sistem Inovasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Ophirtus Sumule.
"Mobil listrik adalah bagian dari pada sebuah strategi nasional. Teknologi kunci yang ada di mobil listrik adalah baterai," kata dia kepada wartawan di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan jangan sampai baterai lithium diimpor agar tidak memberikan kesempatan bagi pihak luar negeri untuk mendominasi pasar dalam negeri, saat produksi massal mobil listrik dilakukan.
Baca juga: Perlu penguatan komitmen ciptakan pendidikan inklusif
"Masa baterainya masih harus kita impor? Jadi kalau kita ingin menguasai hal-hal yang berkaitan dengan energi maka kita tinggal mengembangkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan," ujar dia
Selain memenuhi kebutuhan komponen utama kendaraan listrik, kata dia, pembangunan industri bahan baku baterai lithium akan menguatkan struktur sektor otomotif di dalam negeri.
"Harapan saya bahwa kitalah yang menguasai masalah teknologi. khususnya di dalam masalah bateria ini, itu salah satu yang sangat penting. Kalau umpamanya ini bisa kita kuasai maka kita akan berkaitan dengan masalah bahan baku, bagaimana mempersiapkan lithium ya nanti mensuplai kebutuhan di sana," ujar dia.
Dengan pengembangan mobil listrik, kata dia, industri pendukung harus dibangun dan didorong untuk tumbuh, termasuk dalam rangka pemenuhan komponen kendaraan dari dalam negeri, agar siap memasuki produksi massal.
"Industri itu akan ada yang menggabungkan teknologi itu sehingga dihasilkan produksi, nah industri itu juga bisa berkembang bagaimana dia menghasilkan bahan baku, industrinya akan lari ke sana, industri pertambangan, industri mineral, dan lain sebagainya," ujar dia.
Baca juga: Kemenristekdikti minta industri buka ruang bagi mahasiswa belajar praktik
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Mobil listrik adalah bagian dari pada sebuah strategi nasional. Teknologi kunci yang ada di mobil listrik adalah baterai," kata dia kepada wartawan di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan jangan sampai baterai lithium diimpor agar tidak memberikan kesempatan bagi pihak luar negeri untuk mendominasi pasar dalam negeri, saat produksi massal mobil listrik dilakukan.
Baca juga: Perlu penguatan komitmen ciptakan pendidikan inklusif
"Masa baterainya masih harus kita impor? Jadi kalau kita ingin menguasai hal-hal yang berkaitan dengan energi maka kita tinggal mengembangkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan," ujar dia
Selain memenuhi kebutuhan komponen utama kendaraan listrik, kata dia, pembangunan industri bahan baku baterai lithium akan menguatkan struktur sektor otomotif di dalam negeri.
"Harapan saya bahwa kitalah yang menguasai masalah teknologi. khususnya di dalam masalah bateria ini, itu salah satu yang sangat penting. Kalau umpamanya ini bisa kita kuasai maka kita akan berkaitan dengan masalah bahan baku, bagaimana mempersiapkan lithium ya nanti mensuplai kebutuhan di sana," ujar dia.
Dengan pengembangan mobil listrik, kata dia, industri pendukung harus dibangun dan didorong untuk tumbuh, termasuk dalam rangka pemenuhan komponen kendaraan dari dalam negeri, agar siap memasuki produksi massal.
"Industri itu akan ada yang menggabungkan teknologi itu sehingga dihasilkan produksi, nah industri itu juga bisa berkembang bagaimana dia menghasilkan bahan baku, industrinya akan lari ke sana, industri pertambangan, industri mineral, dan lain sebagainya," ujar dia.
Baca juga: Kemenristekdikti minta industri buka ruang bagi mahasiswa belajar praktik
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019